It's Not A Fairy Tale

Pairing: Sasunaru and Other Pairings

Rating: T (Maybe, we'll change for Rating-_-)

Warning: BL, Typo(s),Abal, OOC, a glimpse of Gender Bend, Please No Flame:)

Genre: Romance/Fantasi

Disclaimer: Masashi Kishimoto(c)

.

.

.

Summary

Disini ada Fairy, tapi bukan negeri dongeng. Disini ada Vampire, tapi bukan Twilight. Disini ada werewolf tapi bukan Van Helsing, Disini ada romansa cinta mewarnai perbedaan tapi bukan negeri 1001 malam.

.

.

.

Namanya Naruto Uzumaki. Anak laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal hanya bersama pamannya, Paman Iruka. Ciri-cirinya, ia bisa dikatakan kurang tinggi, kalau tidak mau dibilang ce to the bol. Dia juga manis, punya 3 tanda lahir berbentuk kumis kucing di kedua pipi bakpao nya. Unyu deh pokoknya. Tampangnya yang super Uke itu, bisa membuat om-om mesum kehabisan darah saking banyaknya darah yang keluar di hidung belang mereka.

Mesin pheromone ceritanya. Tapi, sayangnya Naruto itu kelewat polos, kalau juga tidak mau dibilang bodoh saudaranya dableg, kembaranya bego, kakaknya tolol, anaknya idiot, atau apalah itu. Rambutnya pirang meskipun bukan keturunan bule. Matanya biru meski bukan anaknya pangeran Wiliam cicitnya Ratu Elizabeth. Dia suka bilang 'dattebayo' diakhir ucapannya. Entah apa maksudnya.

"Naru-chan!"suara cempreng, meski masih cemprengan suaranya Naruto terdengar memanggil si pirang yang sedang berjalan menuju sekolahnya. Dan, ah, Naruto itu sekolah di Konoha Senior High School, tempat percetakan cowok-cowok keren nan kece berjiwa seme, pencari Uke-uke manis yang berkeliaran di sekitar mereka. Romantis kalau tidak mau dibilang modus.

"Hey, Kiba.. Kenapa kau berkeringat? Apa kau habis marathon?"tanya Naruto, sambil memasukan sebagian roti isi ramennya (emang ada? Katanya sih ada, author udah coba,lho..#plakk) Dengan tampang polosnya, Naruto menatap Kiba sembari mengunyah roti favorite nya itu. "iya, tadi aku harus mengantar pakan anjing dulu ke pelanggan"jawab Kiba. Naruto menjilati jari-jarinya dengan sisa remah-remah saus ramennya seperti biasa.

"Humm, begitu.. Ayo, berangkat bersama, 'ttebayo"Ajak Naruto.

"Kiba-chan, Naru-chan, Semangat masa muda!"

Mereka berdua menoleh, dan mendapati senpai mereka yang sebelas dua belas dengan makhluk legendaris Jepang, yang sering disebut Kappa. Ok, ini senpai gemar sekali dengan olahraga. Sebelum berangkat sekolah, Lee senpai selalu menyempatkan diri lari pagi sendirian. Dia itu anak kesayangannya guru olahraga, bergigi bersih bening seperti tanpa kaca karena sering berkumur dengan obat kumur warna biru ber-label 'clink' hingga giginya pun terlihat 'clink' ketika di terpa matahari.

Huwwooohhh...

Jangan lupakan fakta, kalau Lee Senpai juga hobi berkumur-kumur dengan obat kumur yang sama dengan Guy sensei. Kalian tahu sendiri, saat ini gigi Lee senpai tampak mengkilau melebihi paman botak yang suka menggoda Naruto di persimpangan jalan. "Iya, sampai bertemu di sekolah, senpai"seru Naruto. Kiba dan Naruto pun lekas berjalan, dan berharap tidak bertemu dengan sesuatu yang berkilau di hadapan mereka. Ya, sesuatu yang berkilau itu belum tentu indah, bukan?

.

.

.

* Konoha High School *

Naruto menatap kagum sebuah foto yang terpampang jelas di mading. Sebuah foto dengan berita harian yang berhasil dibuat oleh reporter sekolah menceritakan, bahwa kejadian aneh baru saja terjadi akhir-akhir ini. Naruto yang memang pada dasarnya menyukai cerita dongeng, berkali-kali membaca harian itu. "Lihat dia, dia itu manis! Tapi sayang sekali, dia masih kekanak-kanakan"Desas-desus terdengar di belakang Naruto, yang diketahui adalah senpai nya yang senang sekali bergosip.

Ah, padahal cowok, tapi suka sekali gosip. Dan, apalah arti Gender? Kalau gosip itu begitu nikmat mengalahi masakan restoran Perancis yang bisa merogoh kocek dalam-dalam dan hanya mendapatkan makanan bagaikan mengemis pada si pelit (#plak). "seperti anak-anak saja.. Siapa sih yang memajang berita dongeng itu? Aneh, aku sih mau saja jadi semenya, tapi... Entahlah"sahut senpai yang satunya lagi. Dih, pede gila..

Naruto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia pun berbalik badan dan tersenyum manis ke arah dua senpai 'sok' ganteng itu. Tanpa aba-aba, dua senpai itu pun jatuh ke lantai dengan darah di hidung mereka. Naruto ceming, kenapa setiap laki-laki pingsan kalau ia tersenyum? Apa ada yang salah dengannya?"aku tidak mengerti, kenapa mereka pingsan"gumam Naruto.

Si imut itu pun menoleh saat mendengar suara ricuh dari arah gerbang. Disana, tampak anak-anak tengah mem-bully seseorang. Itu adalah satu keburukan cowok-cowok ganteng di sekolah tersebut. Tanpa sengaja, Naruto melihat sosok kakek-kakek dengan rambut mencuat-cuat sambil memeluk buku besar sedang di guyur seember air bekas mengepel lantai. Dengan segera, Naruto langsung berlari menuju keramaian.

"Hentikan..Hentikan! Naru mohon, hentikan!"Naruto menjadikan dirinya tameng untuk pria itu. "Oi,Naru-chan, minggir! si tua bangka ini sudah menbrak mobil ku, lihat!"seru seorang pemuda bernama Utakata seraya menunjuk mobil berwarna putih miliknya. Para siswa pun secara serentak minggir dan memperlihatkan bagian depan mobil yang masih terlihat mulus. "Iya, tapikan kakek ini tidak sengaja.. Utakata-senpai, mobil senpai juga baik-baik saja"sahut Naruto, seraya membantu pak tua itu untuk bangun.

Ribut-ribut dan para siswa pun segera bubar, setelah mereka kira sudah tidak asyik lagi kalau uke imut nan tenar di sekolah mereka ikut campur dalam pem-bully'an itu. Meninggalkan Naruto dan si kakek tua hanya berdua di sana. "Kakek tidak apa-apa?"tanya nya ramah. Kakek berwajah tegas itu mengangguk pelan. "kakek kelihatannya lapar, ayo ikut aku kek"Naruto menggandeng tangan keriput si kakek dan mengajak si kakek ke arah taman. Naruto bolos untuk pertama kalinya.

Nah, begitu menemukan tempat duduk yang nyaman, Naruto pun mendudukan dirinya dan mempersilahkan si kakek untuk duduk di bangku taman. "ini untuk kakek"Naruto mengeluarkan sebuah roti isi ramennya dan memberikannya untuk si kakek. Ia tidak bertanya 'apa kakek mau ini?' karena kata paman Iruka, ketulusan itu bukanlah untuk dipertanyakan.

"Terimakasih, nak"ucap si kakek. Dengan terburu-buru si kakek membuka bungkus plastik bening itu dan menyantap roti pemberian Naruto. 'hap', sepotong masuk ke mulut si kakek.

Kunyah..

Kunyah..

Kunyah..

Dan..

Iris onyx si kakek berkaca-kaca bagaikan memakai softlens. Ia terkejut begitu mencicipi roti tersebut. "Ini adalah roti terenak yang pernah aku makan"puji si Kakek. Naruto tersenyum, baru kali ini ada orang lain yang memuji roti buatannya selain paman Iruka. "terimakasih, kek"ucap Naruto. Betapa terkejutnya ia, saat melihat si kakek makan begitu cepat mengingat usia kakek yang sudah tak lagi muda. "glekk..aku baru sadar jika ada manusia polos berbudi luhur seperti mu, nak"kata si kakek.

Naruto tersedak, saat si kakek memujinya. "ano, tapi aku tidak seperti-"

"sebagai hadiah, buku ini untuk mu, nak"ujar si Kakek, seraya memberikan buku besar itu dan sebuah kalung berbentuk kunci.

Naruto menerimanya, baru beberapa detik ia melihat ke arah buku di tangannya. "Terimaka-eh, kakek.."si Kakek menghilang begitu saja. Naruto yang memang pada dasarnya polos, mengira bahwa si kakek sedang buru-buru ke kamar mandi.

.

.

.

* Apartment Naruto *

Naruto tinggal di sebuah apartment yang berada di tengah-tengah keramaian kota bersama paman Iruka yang bekerja sebagai seorang guru Sekolah Dasar. Sejak usia 1 tahun, Naruto diasuh oleh paman Iruka yang ber-status sebagai adik tiri ibunya. Naruto sangat menyayangi paman Iruka, begitu pun sebaliknya. Paman Iruka yang begitu menyayangi Naruto berjuang keras untuk menghidupi Naruto dengan biaya warisan peninggalan ayah dan ibu Naruto yang di tabung oleh Iruka dan ditambah dengan penghasilannya sebagai guru tetap di sekolah dasar bertaraf internasional.

Usia paman Iruka baru 26 tahun. Jadi, dari kecil ia sudah mengasuh Naruto. Lebih kecil dari usia Naruto sekarang. Itulah yang membuat Naruto bangga dengan sang paman. Hari ini, paman Iruka bilang akan memberikan pendalaman materi untuk siswa kelas 6 SD. Dan paman Iruka akan pulang jam 6 sore. Maka dari itu, Naruto lah yang mengurus apartment dan memasak untuk makan malam.

Setelah memasak sup ayam dan tempura, Naruto pun segera mandi dan menyiapkan makan malam sebelum paman Iruka pulang. 30 Menit kemudian, paman Iruka pulang. Mereka berdua pun melangsungkan makan malam bersama. Meskipun sederhana, kecil, dan tidak mewah, tapi ada kehangatan di sana. Kesederhanaan yang selalu diajarkan Iruka pada Naruto. Hingga Naruto tidak pernah menuntut apa-apa pada Iruka sejak ia kecil.

"Aku mau belajar dulu, paman"pamit Naruto sehabis membantu Iruka merapikan meja makan. "ya, belajarlah yang rajin, Naru-chan"sahut paman Iruka yang tengah mencuci piring.

Paman Iruka terkejut ketika melihat sebuah buku klasik yang tergeletak di dekat kompor saat ia sedang menata piring di rak. Paman manis itu pun penasaran, dan mengambil buku tersebu, lalu membawanya ke ruang tengah. "lho, ada kuncinya juga"gumam paman Iruka, seraya memutar kunci tersebut ke arah yang dituju.

Klek..

Wah, berhasil-_-

Paman Iruka pun membuka lembar demi lembar buku tebal dengan cover kulit hewan itu. "UNDERLAND"eja paman Iruka. Apa itu Underland? Apa itu resep makanan baru? Jari-jari lentiknya mulai membuka halaman demi halaman dan membacanya.

Hingga..

Sebuah cahaya begitu terang keluar dari buku tersebut saat ada gambar seorang pria berwajah tampan dengan masker menutupi wajahnya sedang memandang bulan, dan berharap pada sang dewa malam untuk menghadirkan seseorang untuknya. "Naru-chan"seru Paman Iruka, saat tiba-tiba ia merasa tubuhnya tertarik ke dalam buku itu.

.

.

.

* Naru's Room *

Jelas sekali paman Iruka memanggil namanya. Naruto yang sedang belajar pun menghentikan kegiatannya dan berjalan menuju ruang tengah. Sesampainya disana, ia tidak menemui paman Iruka dan hanya menemukan sebuah buku pemberian kakek tua tadi siang terbuka seperti habis di baca. Naruto tersenyum, ternyata paman Iruka juga masih menyukai dongeng seperti dirinya. Naruto mencabut kunci tersebut dari bagian samping buku. Tanpa sengaja buku tersebut terjatuh ke lantai, sebelum Naruto menutup buku tersebut.

Naruto kagum ketika melihat gambar seorang pemuda tampan sedang menunggang kuda di tengah kegelapan malam dengan pedang terhunus. "ketika malam tiba, maka datanglah pada ku"Eja Naruto pada bagian tulisan dimana sosok itu berbicara. Sebuah sinar pun keluar, Naruto terkejut. "Huwwwahhhhhh"teriak Naruto saat tiba-Tiba saja cahaya itu menariknya masuk ke dalam buku.

.

.

.

* Di suatu tempat *

"Aku berharap, kau mengirimkan seseorang pada ku, wahai sang dewa"ujar seorang pria tampan berusia 27 tahun sambil mengadahkan kepalanya ke atas. Dibagian pinggang dan perut terdapat perban, pertanda pria itu sedang terluka. "dengan begitu ada yang bisa merawat diri ku.. Sakit seperti ini sungguh tersiksa"katanya, mulai berlebihan. Mungkin saja sekarang dewa malam sedang sweatdroped saat mendengar doa dari makhluk tak tahu diri itu. Apa-apaan doanya tadi?

"kyaaaaaa...aduuhhh"

Si pria bersurai keperakan itu menoleh dan mendapati seorang pria berwajah manis telungkup di atas ranjangnya. "ne, kau mengabulkan doaku"Kata pria itu. Pria manis paman Iruka bangun dari posisinya dan mendapati seseorang yang bukan keponakannya sedang meneliti dirinya. "menjauh dari ku, paman mesum!"Seru Iruka, seperti anak gadis yang hendak di rape oleh om-om mesum.

.

.

.

* Hutan..

"Kyaaa"Naruto berteriak saat mendengar suara auman yang semakin mendekat ke arahnya. Sejak terjatuh dari ketinggian, Naruto dibuat ketakutan dengan kegelapan di tengah hutan tanpa penerangan dan suara auman yang menambah kesan mencekam di sekitarnya. Naruto terus bergumam 'tuhan, aku tidak mau mati' yang ia ulang terus menerus, berharap tuhan mendengarkan doanya. Mata merah hewat itu semakin mendekat, Naruto tak kuasa berteriak keras.

"Tolong"Teriak Naruto, harapannya saat ini ada seseorang yang menyelamatkan dirinya.

Di lain tempat, tak jauh dari tempat Naruto. Terlihat seorang pemuda tampan sedang berlatih berburu di malam hari. Adalah kebiasaan UCHIHA SASUKE Pangeran para hunter adik dari raja Uchiha Itachi, yang memimpin negeri Underland dan seluruh kaum di dalamnya. Pangeran punya hobi berburu di malam hari. Entah apa maksud si pangeran tampan ini.

"Tolong"suara jeritan minta tolong terdengar. Pangeran tidaklah tuli untuk hal itu. "kau dengar itu, Yuu?"Tanya Sasuke pada kuda kesayangannya yang sedang mengunyah rumput. Si kuda cuma bisa mengunyah dan tidak menyahuti pertanyaan si pangeran. Ya, iyalah.. Siapa suruh nanya ke kuda, dasar blo'on.

"ku harap kau mendengarnya, Yuu"Si Yuu menghentikan acara makannya, dan menatap sang pangeran dengan tatapan 'Aku-malu-memiliki-tuan-seperti-mu-' dengan lagak sok kerennya, si pangeran melompat naik ke atas pohon besar. Angin menerpa jubahnya, hingga jubah itu melambai-lambai terkena angin. Dengan sok pedenya, si pangeran beraksi melompat ke sana kemari seolah berkata: 'akulah si tampan, yang sejak lahir memang sudah tampan. Dan akan selalu tampan, terlihat tampan, dan aku si tampan yang tidak pernah kehilangan kadar tampan ku' sial, terkutuklah si tampan itu.

Sett..

Mata oniks si pangeran berubah menjadi merah dengan 3 koma yang berputar. Terlihat seorang yang amat manis, sedang ketakutan dengan seekor serigala mulai mendekati tubuh mungilnya. "tubuhnya mungil sekali, apa dia wanita"tanya nya entah pada siapa. Si pangeran maho ini tidak berniat menolong si imut yang sedang ketakutan karena mengira jika si imut adalah seorang gadis kecil. Tapi...

"Aku tidak mau mati.. Aku bahkan belum menjawab permintaan Temujin Senpai yang meminta ku untuk menjadi Uke nya"

Clingg..

Oh..

Ternyata seorang pemuda bishounen, toh. Hahahah, pantas saja si pangeran tampak bingung dengan gender Naruto. Dengan gagah berani, si pangeran turun dan mencabik tubuh serigala itu dengan pedang miliknya. Naruto terus memperhatikan adegan pembunuhan itu. Ia yang takut melihat darah, akhirnya pingsan saat itu juga.

"kok pingsan"gumam Sasuke, ketika melihat Naruto pingsan dengan wajah yang..Ekhem-Imut-Ekhem. Si super seme itu pun segera menggendong tubuh mungil Naruto ala bridal style dan menuju tempat ia meninggalkan si Yuu-chan. "Yuu, ayo kita pergi"seru Sasuke, setelah menaiki kudanya sambil memangku Naruto.

.

.

.

* Akasuna's Mushroom Dwelling*

Dan, kita berpaling ke sebuah rumah unik yang di huni oleh seorang fairy dan seorang hunter juga putra mereka yang imut itu. Rumah ala dwarf mini itu terlihat begitu tenang, mengingat penghuninya yang saling menyayangi dan juga saling memiliki satu sama lain.

Makan malam adalah waktu di rumah berbentuk jamur polkadot itu. Tampak seorang wanita berpakaian dress biru panjang dengan surai blonde, seorang pria tampan bersurai merah maroon, dan seorang anak kecil berusia 5 tahun sedang menyantap makan malam mereka.

Si merah junior begitu manja pada sang ibu. Tak peduli tatapan membunuh dari pria yang duduk paling ujung. Melihat ayahnya melempar deathglare ke arahnya, Akasuna Gaara tidak gentar dan malah melemparkan balik sang ayah dengan deathglare miliknya. Berada di posisi diperebutkan seperti ini memang tidak asyik. Deidara terlihat canggung, dengan lembut dibelainya pelan surai bata putra kesayangannya itu.

"kau kan ada Pr dari Anko-sensei, kenapa tidak mengerjakan sekarang, sayang?"tanya sang ibu dengan nada yang lembut. Sebagai seorang fairy, sudah pasti Deidara memiliki sisi bijak, anggun nan lembut,(#Hoekk) yang dimiliki oleh kebanyakan kaum fairy.

Gaara menoleh, dan menatap sang ibu dengan nasi yang masih dikunyah oleh gigi susu rapihnya. Wajah imutnya terlihat menggemaskan bagi siapa saja yang melihatnya, termasuk sang ibu. Dengan gemas Deidara mencubit pelan pipi putranya. "ah, kau memang menggemaskan"ujar Deidara.

Si kecil pun menoleh ke arah sang ayah. Dia menyeringai menatap kekalahan sang ayah. 'Aku-mengalahi-mu-papa' tatapnya pada si ayah. Sasori menahan kesal. Apa-apaan putranya itu. "Sebental lagi, ma"suara yang dibuat-buat terdengar dingin, malah semakin terdengar cempreng mengingat usianya yang masih 5 tahun.

Sasori tertawa, putranya memang selalu berpura-pura seolah dia adalah anak yang sudah dewasa. Melupakan usianya yang masih 5 tahun. "lebih baik dengan yang dewasa, daripada bersama dewasa yang di manipulatif seperti itu"sindir Sasori. Kali ini, Gaara lah yang jengkel. "Aku benci papa"Gaara berlari menuju kamarnya, dan tidak peduli papanya yang tertawa terbahak-bahak.

"Lihat, putra mu ngambek, Dei!"Seru Sasori. "Hahahahaha"Tawanya. Deidara menggelengkan kepalanya pelan, berharap ada sesuatu yang menghentikan tawa suaminya yang sedang mengunyah makanan. "Uhuk-uhuk"Sasori tersedak. "Tuh kan..tuh kan.. Tertawa sambil makan itu tidak sehat, dasar gila"Deidara malah mensyukuri suaminya yang hampir mati tersedak.

.

.

.

* Ke esokan harinya *

Naruto merasa aneh ketika sesuatu yang dingin menyentuh dan mencubit pipi gembilnya. Siapa sih? Ganggu orang tidur saja. "uhumm"Igau Naruto, seraya menyingkirkan sesuatu yang dingin itu dari pipinya. Perlahan, Naruto membuka matanya. Ia terkejut saat melihat seorang yang tampan menatap lekat ke arahnya sambil mencubit-cubit gemas pipi chubby nya. "A..ano, a..aku dimana?"tanya Naruto dengan tatapan sepolos anak kucing.

Kyaaaaa...

Sasuke hampir saja terjungkal ke lantai, saat melihat wajah imut Naruto. Kembali ke sisi tegasnya, Sasuke hanya menyahuti 'hn' atas pertanyaan Naruto. Hello, kamu itu miskin kata atau gimana sih? "Kakak, Naru harus pulang"Lirih Naruto. Iris sapphire nya berkaca-kaca, ketakutan melihat sosok yang tidak ia kenal sama sekali.

Hayooo, Sasuke.. Anak orang kamu apakan?

"Tenanglah, aku tidak akan me-rape mu"Hibur Sasuke. ' tidak untuk sekarang' lanjutnya dalam hati. Naruto mengusap air matanya, dan menatap iris obsidian pangeran ganteng di hadapannya kini. "Siapa nama mu?" tanya Sasuke, seraya mengelus lembut pipi chubby Naruto. "Na..Naruto, kakak siapa namanya?"Tanya Naruto.

"Aku Sasuke.. Pangeran tampan dari negeri Underland"Jawab Sasuke, OOC sekali dia. Naruto sontak saja terkejut. "Underland"Beo si pirang. "itu adalah dunia, dimana kau bisa menemukan makhluk-makhluk fantasi yang nyata. Seperti troll, Fairy, dan lain-lain"Jelas Sasuke. "Aku ada di negeri dongeng"sahut Naruto. Sasuke mengacak-acak surai blonde Naruto. "Tapi, kau tidak bisa menyebutnya negeri dongeng"Kata Sasuke.

"tapi aku mau pulang"gumam Naruto. Tanpa sadar air matanya mulai merembes, begitu mengingat Kiba, Paman Iruka, dan juga Moe-chan (tanaman hias yang ia pelihara di dalam kamarnya). "Huweeee, Naru mau pulang"

"O..oi, tenanglah..ten-Ehh, darimana kau dapat kalung itu?"tanya Sasuke, baru sadar akan kalung yang digunakan oleh Naruto. Kalung itu berbentuk prisma, yang diketahui adalah kunci untuk membuka buku pemberian kakek tua itu. "Ini diberikan oleh kakek tua kemarin"jawab Naruto. Sasuke terdiam sejenak. Terserah, tapi kali ini Sasuke benar-benar terkejut oleh kalung tersebut.

"kau tidak bisa kembali ke negeri mu, Naruto"ujar Sasuke, tajam (setajam korslet-_-). "K..K..Kenapa begitu?"tanya Naruto, tergagap. "Kau tidak bisa pulang sebelum kau membantu kami" jawab Sasuke. "Ba..bantu apa? T..t..tapi, aku harus lapor pada paman dulu"Sahut Naruto. Sasuke menggeleng pelan, "Orang-orang yang mengenal mu tidak akan pernah tahu kau menghilang dari dunia mu terkecuali orang-orang yang benar-benar menyayangi mu"Sasuke beranjak dari posisinya.

"apa maksud kak Sasu?"tanya Naruto, bingung. "dasar dobe"ejek Sasuke. Naruto menggembungkan pipinya, siapa sih yang tidak kesal dipanggil dobe? Cih, menyebalkan. "apa? Siapa yang kak Sasu sebut dobe? Dasar Sasu Teme"Naruto balas mengejek Sasuke. "Tentu saja kau, dobe"Sasuke tertantang.

"aku tidak mau tahu, pokoknya aku mau PULANGGGGGG"Teriak Naruto. Sasuke menutup telinganya. Teriakan Naruto benar-benar seperti auman para troll dan werewolf yang menjadi satu. Telinga si tampan berdengung hebat. "Ouch, kau-"

Jduuaaarrrrrrrr...gludukk..gludukk..

Ucapan Sasuke terhenti saat mendengar suara petir. Ok, manusia macam apa yang teriakannya bisa mengundang hujan seperti ini? Apa Naruto itu pawang hujan? Duh, aneh sekali. Sekarang siapa yang terlihat idiot? Tentu saja, si teme.

"Dobe, ayo ikut aku"Seru Sasuke, seraya menarik pergelangan tangan Naruto. "Eh.. Kita mau kemana, Kyaaaaa"Teriak Naruto, saat tiba-tiba Sasuke menggendong dirinya yang masih tertutup selimut dengan gaya bridal style. Sasuke segera melompat ke arah balkon dan terjun bebas. Naruto berteriak, memecah keheningan di tengah-tengah hujan deras. "Aku tidak mau mat-eh, kita terbang?"Tanya Naruto. "hn, apa kau kedinginan?"Sasuke balik bertanya.

Naruto menggeleng pelan, "tidak, kenapa kita tidak kehujanan"Naruto mendongak ke atas, ia terkejut saat cahaya biru tua menutupi tubuh keduanya, seolah sebagai pelindung dari derasnya hujan. "sugoiiiiiiii"Puji Naruto. Sasuke tanpa sadar tersenyum, dan membiarkan Naruto menatap kagum padanya. Yap, padahalkan Sasuke suka marah kalau ada para fansgirl menatap kagum ke arahnya. Tapi kali ini...

Ada apa dengan dirinya?

.

.

.

* Negeri Manusia (konoha, pukul 1 siang) "Naruto apa kau baik-baik saja?"Tanya Kiba. Inuzuka Kiba terlihat khawatir, ketika melihat Naruto terlihat berbeda dari biasanya. Naruto yang sekarang terlihat lebih diam. Padahal, untuk ukuran remaja seperti mereka, Naruto itu tidak bisa diam, seperti anak monyet yang gemar melompat ke sana kemari. Naruto juga cerewet dan paling heboh. Tapi kali ini aneh, Naruto berubah jadi pendiam.

"Naru, apa boleh aku ke rumah mu?"tanya Kiba, lagi.

"Hn"sahut Naruto.

Keduanya pun berjalan menuju apartment Naruto dalam keheningan. Bahkan, Kiba masih bertanya-tanya ada apa dengan Naruto. Satu hal, Kiba merasa bahwa yang berjalan di sampingnya ini bukanlah Naruto. Merasa penasaran, Kiba terus memperhatikan Naruto. Benar juga, tanda lahir seperti kumis di pipi Naruto tidak ada. Iris sapphire Naruto juga terlihat redup dari biasanya.

"kau tidak bisa membukanya, Naru?"tanya Kiba, merasa aneh ketika Naruto terlihat katro saat hendak membuka pintu apartmentnya. "tinggal masukan sandinya saja, Naru"Kiba menekan beberapa huruf sehingga pintu apartment itu terbuka. Maklum saja, Kiba sering keluar masuk apartment Naruto, sehingga pemuda penggemar anjing itu hafal betul dengan seluk beluk apartment milik sahabatnya.

Kiba mengedarkan pandangannya. Biasanya, Naruto akan segera menyiapkan minuman dan makanan ringan untuknya, tapi kali ini Berbeda sekali. Kiba mendudukan dirinya di sofa. Matanya pun tertuju ke arah buku besar yang tergeletak begitu saja dibawah lantai. Kiba yang penasaran pun berjongkok dan terus meneliti buku tersebut.

Halaman demi halaman ia baca. Hingga kejadian yang sama pun terulang kembali. Cahaya terang muncul dan menghisap tubuh Kiba. Pemuda itu berteriak, namun secepat kilat cahaya itu hilang bersamaan lenyapnya sosok Kiba.

.

.

.

* Istana Underland*

Naruto menatap kagum seisi ruangan besar penuh seni itu. Sejak tiba di istana Underland, Sasuke segera meninggalkan Naruto di kamarnya, sedangkan pangeran pergi entah kemana. "jadi, Kak Sasu tinggal di istana megah seperti ini? Huwoohh, enak sekali"Gumam Naruto. Tapi, kenapa Sasuke malah lebih senang menghabiskan waktunya di pondok miliknya sendirian? Apa dia tidak suka dengan suasana istana ini?

"Nagato, jangan lari-lari!"Naruto terkejut ketika tiba-tiba saja terlihat seorang pemuda manis bersurai merah darah dengan perut yang besar dan seorang anak kecil berusia 5 tahunan membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman. Tunggu, kenapa dengan perut pemuda itu? "Kata papa, mama tidak boleh membawa yang belat-belat"seru anak kecil itu. "baiklah-baiklah, papa mu memang menyebalkan, Naga-chan"ujar pemuda itu.

"Hey"sapa Naruto.

"huwwoooww, manisnya"puji Nagato.

"hey, kau kah Naruto?"Tanya pemuda itu.

"ya, a..aku Naruto.. Kakak siapa?"Naruto balik bertanya.

"Aku Kyuubi, dan ini putra ku, Nagato"Pemuda bernama Kyuubi itu memperkenalkan bocah kecil yang ternyata adalah anaknya.

"dan ini baby-chan"Nagato mengusap lembut perut besar Kyuubi. "Naga-chan"Kyuubi menunduk malu. Naruto semakin bingung, tempat apa sebenarnya ini?

"ahahah, ano.. kak Kyuu, biarkan saja, Naga-chan kan bangga sebentar lagi akan punya adik"Naruto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kyuubi tertawa, "haha, iya"sahut Kyuubi. "Ini makanannya, kami pergi dulu ya"pamit Kyuubi, seraya memberikan nampan tersebut ke tangan Naruto.

"hebat"puji Naruto, begitu melihat cepatnya Kyuubi menghilang.

"makanlah"seru suara baritone yang muncul dari dinding. Naruto hampir saja melempar nampan di tangannya saking terkejutnya. "K..Kak Sasu"Gagapnya. Sasuke tersenyum dan mendudukan dirinya di samping Naruto(yang sedari tadi duduk di ranjang ukuran king size miliknya). "Kau pasti lapar kan"kata Sasuke.

Kruyyyuuukkk..kruyuukkk..

Kalau sedang lapar, cacing di dalam perut memang tidak bisa di ajak kompromi. Wajah Naruto merona malu, tidak sopan kan kalau perut mu bunyi di depan petinggi istana macam Sasuke.

"Ano, tadi Kak Sasu pergi kemana?"tanya Naruto, seraya memasukan sepotong daging ke mulutnya. "menemui para petinggi clan"jawab Sasuke. Naruto menghentikan makannya, ketika curiga dengan daging yang ia makan. Darimana sang pangeran mendapatkan daging selezat ini? Apa jangan-jangan daging manusia? Hiieeee, ngeri..

"itu daging sapi, tenang saja aku tidak sebodoh itu memberi mu daging manusia"Kata Sasuke, seakan bisa menebak isi pikiran Naruto. "Ada seorang manusia ditemukan di rumah sakit Underland tadi malam.. Mungkin kau mengenalnya"Lanjut Sasuke. "Apa dia memiliki luka melintang di hidungnya?"tanya Naruto. Sasuke menggeleng pelan, "aku tidak tahu.. Makanya besok kau ikut aku ke rumah sakit"sahut Sasuke.

Naruto mengangguk pelan. "ada saus"Seru Sasuke, seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. Lidah Sasuke pun menjilat setitik noda saus yang terdapat di sudut bibir Naruto. Naruto merona malu ketika mendapati sikap Sasuke yang begitu perhatian padanya.

"Err, Kak Sasu.. Jangan dekat-dekat"Seru Naruto.

Sasuke menjauhkan wajahnya dari wajah Naruto. "kenapa?"Tanya Sasuke. Naruto menggeleng kan kepalanya. "ano, yang tadi itu Kak Kyuubi dan-"

"dia itu kakak ipar ku, istri dari aniki. Nagato itu memang anaknya, dan Kyuubi memang bisa err- ya, semacam M-preg"Jelas Sasuke.

"apa itu M-Preg?"Tanya Naruto.

"M-preg itu ramuan dimana laki-laki bisa mengandung"jawab Sasuke.

.

.

.

* DarknessLand*

Dimana sebuah negeri, yang bertolak belakang dengan negeri Underland. Negeri para Vampire aliran hitam, yang gemar menghisap darah manusia dan memakan jantungnya, adalah negeri yang berambisi untuk menguasai negeri Underland. Bagi mereka, Underland adalah musuh terbesar yang harus di basmi. Awalnya, Darkness Land adalah bagian Utara negeri Under Land, karena negeri itu adalah dimana para vampire tinggal.

Tapi sayangnya, sebagian vampire memberontak pada penguasa, dan memilih membuat sebuah negeri di dalam negeri. Sedangkan vampire aliran putih, memilih untuk menetap dan menyatu bersama saudara muda mereka, yang disebut Hunter. Para Hunter awalnya adalah seorang vampire aliran putih yang selalu membasmi para vampire aliran hitam. Tapi karena perkembangan zaman, dimana terjadi persilangan antara Vampire aliran putih dan seorang manusia, maka terbentuklah Hunter. Lebih kuat dari Vampire dan lebih kuat dari manusia biasa. Mereka tidak menghisap darah manusia, akan tetapi mereka haus akan membunuh para vampire aliran hitam.

"sang maha agung sudah menemukan anak itu"ujar seorang pria penuh perban menutupi tubuhnya.

"ya, kau benar Danzou-sama! 'dia' adalah keturunan terakhir Raja Vampire putih Utara"seru seorang pria dengan wajah ditutupi masker hitam.

"kita harus bertindak, sebelum para Hunter bertindak mendahului kita"Pria bernama Danzou itu bangun dari singgasana nya.

"Belum lagi, putri dari kerajaan mermaid laut timur sudah bergabung dengan para Hunter"

Suasana begitu hening, ruangan yang hanya di terangi oleh lilin itu terlihat begitu dingin dan mencekam. "Perintahkan siluman ular itu untuk membuat strategi"ujar Danzou. "dan biarkan pangeran yang maju ke tanah musuh"Lanjut Danzou, seraya menoleh ke arah seorang pemuda berwajah pucat dengan surai raven klimisnya.

"apa yang harus ku lakukan ayah?"tanya pemuda itu.

"kau harus menculik adik perempuan Putri Karin saat sang putri sedang mengikuti acara naik tahta"Ujar Danzou, seraya menyentuhkan tangannya ke tembok. Sebuah cahaya perlahan muncul, dan menghadirkan sosok seorang gadis kecil bersurai merah muda sedang bermain di atas batu karang, tak lupa kakinya yang berbentuk ekor warna-warni yang terlihat begitu indah.

"Haruno Sakura"Danzou menarik kembali tangannya dari tembok, dan hilanglah sosok berwajah manis itu.

"jangan kecewakan aku seperti yang dilakukan kakak mu, Sai"

.

.

.

TBC

.

.

.

Hi...

New Fic,lho..

Mungkin yang waktu itu sempet dengerin curcol Naru pasti tau kalo Naru bakalan publish Fic baru. Sebenarnya sih udah lumayan lama, tapi berhubung fic yang lainnya belum selesai, so, mungkin selesain satu fic dulu dan baru publish yang baru. Ano, soal rating, menurut kalian T atau M? Abal banget ya? Gomen, ne.. saya usahakan lagi deh. (eh, jangan percaya sama sejarah hunter, Vampire putih dan semacamnya, itu berdasarkan Imajinasi ku doang, lho)

Jaa, see, next chapter..

.

.

.

Review?