Title: I'm Sorry

Author: LoveHyunFamily

Cast: Oh Sehun

Oh Ziyu

Xi Luhan

Someone

Pair: SeHunxLuHan; Slight SomeonexLuhan

Rated: T

Genre: Sad; Romance; Drama; Family

Disclaimer: Cast milik orang tua, agensi dan diri mereka sendiri. Ovie cuma make namanya aja. Dan tentunya cerita murni milik Ovie '-'

Warning! Yaoi; BL; Shounen-Ai; dan sejenisnya.

Summary: Luhan menikah dengan Sehun, seorang wirausaha dibidang makanan yang tidak terlalu besar dan tidak terkenal namun masih dapat mencukupi kehidupan mereka bersama Ziyu-anak mereka. Dan setelah usaha Sehun hampir bangkrut. Dimulailah Luhan yang bertingkah./"Umma. Jangan pergi"/"Luhan hentikan ini!"/"Aku muak dengan kalian!"/"UMMA! Hiks"

Happy Reading

Hari ini hari yang cerah. Secerah hati kedua insan yang akan melaksanakan upacara suci yang dinamakan pernikahan. Walaupun mereka sesama lelaki, itu sama sekali tak mengurungkan niat keduanya untuk mengikat diri mereka seerat-eratnya. Bahkan mereka dengan terang-terangan mengundang para kolega dari ayah seorang lelaki berwajah tampan yang sudah menunggu mempelai di altarnya.

Dengan setelan jas hitam dan warna celana kain yang senada membuat lelaki itu berjuta-juta lebih tampan dari biasanya.

Dan sang lelaki tampan tersenyum kala menyadari sang mempelai sudah berdiri disampingnya dengan pipi yang merona. Sang mempelai memakai setelan jas berwarna putih juga celana kain yang senada membuat ia terlihat sangat cantik dimata sang lelaki tampan.

Sang lelaki tampan berterima kasih kepada lelaki paruh baya—ayah sang lelaki manis- yang mengantarkan separuh hidupnya itu untuk kehadapannya.

"Jangan menunduk seperti itu" ucap sang lelaki tampan seraya mengangkat dagu sang mempelai yang membuat beberapa anak dari tamu undangan—remaja- memekik tertahan karenanya.

Sang lelaki manis hanya menurutinya dan pipinya semakin merona saat bertatap wajah membuat sang lelaki tampan tersenyum manis. Kemudian mereka menghadap pastor yang sedari tadi tersenyum melihat keromantisan yang dibuat oleh dua orang sesama jenis itu.

"Baiklah, bisa kita mulai sekarang?" sang lelaki tampan mengangguk, dan sang pastor melanjutkan acaranya. Saat sang lelaki tampan ditanyai, ia menjawab dengan lantang. Namun setelah sang lelaki manis yang ditanyai, ia menjawabnya dengan malu-malu namun penuh dengan nada mantap dikalimatnya.

"Dengan ini, kalian sudah resmi sebagai pasangan sehidup semati. Oh Sehun bisa memasangkan cincin untuk saudara Xi Luhan" perintah sang pastor sembari memberikan kotak berwarna merah yang didalamnya terdapat sepasang cincin.

"Dan aku perintahkan Sehun untuk mencium pasangannya" dengan patuh Sehun—sang lelaki tampan- mendekatkan wajahnya pada Luhan—sang lelaki manis. Luhan hanya dapat menahan malu saat bibir Sehun sudah berada diatas bibirnya, karena masih banyak orang disana. Sungguh Luhan ingin pingsan saja setelah ini. Ditambah dengan Sehun yang memeluknya membuat tubuh mereka tertempel dengan sempurna. Bahkan tamu undangan sudah masing-masing memegang tisu. Ada yang menangis, ada pula yang mengelap hidungnya lalu diikuti cairan merah pekat yang berada di tisu tersebut.

Cpk!

Wow, kita tidak tahu seberapa dalamnya ciuman itu hingga saat mereka melepaskannya terdengar bunyi yang sangat kentara.

"Saranghae Oh Luhan"

~I'm Sorry~

Beberapa Bulan Kemudian

"Sehun! Sehun!" Luhan keluar dari kamar mandi dengan berlarian sembari berteriak mencari sang suami berada dimana.

GREBB

Luhan segera memeluk Sehun dengan erat kala sang suami menghampirinya, membuat yang dipeluk hanya mengerutkan alisnya bingung. "Hey, ada apa? Siang-siang begini kau berteriak. Seperti kesurupan saja" Sehun hanya mengusap punggung sang 'suami' dengan lembut. Karena Luhan tak kunjung melepaskan pelukannya. Untung saja Luhan tidak mengamuk saat Sehun mengatakan 'seperti kesurupan saja'. Biasanya Luhan akan mengamuk jika Sehun berkata yang tidak-tidak. Namun kali ini berbeda, Luhan dalam keadaan sangat senang sekarang. Jadi ia tidak terlalu memperdulikan kata-kata Sehun tadi.

"Sehun" Luhan berujar lembut dan melepaskan pelukannya seraya tersenyum sangat lebar pada Sehun. Membuat Sehun bingung sendiri akan tingkahnya sekarang.

"Ya, ada apa sayang?" uh, entah kenapa Sehun memanggilnya sayang seperti itu membuat dadanya terasa penuh dan sesak. Namun bukan sesak yang menyakitkan, ini beda. Biasanya Luhan tidak bereaksi seheboh ini saat Sehun memanggilnya sayang. Apa ini efek dari- oh itu bisa saja terjadi.

"Luhan?" Luhan tersadar dari dunia hebohnya dan menatap Sehun yang memandangnya bingung. Membuat senyuman Luhan tambah lebar dari sebelumnya, Sehun jadi semakin takut.

"Sehun, kau tahu?" Tanya Luhan dengan antusias sembari menangkupkan kedua tangan mungilnya pada rahang Sehun. Dan Sehun tentu saja menggeleng. "Aku hamil" ucapnya pelan namun bisa kita dengar nadanya yang sangat sangat senang itu.

Blank.

Sehun Blank. Apa kata Luhan tadi?

"Apa?" Bodoh, untuk apa dipertanyakan lagi jika sudah mendengarnya?

"Aku hamil Sehun. Ya Tuhan aku senang sekali" ucap Luhan meloncat-loncat kecil dalam dekapan Sehun, menandakan jika ia sedang senang.

Luhan hamil? Apa benar?

Sehun memandang Luhan yang sedang mengusap-usap perut ratanya itu dengan tatapan kosong. Apa benar Luhan hamil? Tapi- bagaimana bisa? Luhan kan... Pria?

"Luhan, kau hamil?" Luhan menghentikan aksi-mari-mengelus-perutnya dan menatap Sehun dengan mata menyipit—efek tersenyum.

"Iya Sehun, kau tidak percaya?" Sehun diam memandang Luhan dengan tatapan 'aku tidak tahu harus percaya atau tidak'. Luhan maklum saja melihat keadaan Sehun sekarang, karena ia dikamar mandi tadi juga tak kalah terkejutnya saat mengetahui dirinya hamil melalui test-pack yang dibelinya diam-diam dari Sehun.

"Maaf aku membelinya diam-diam darimu. Aku membeli dua minggu sekali dan langsung memakainya. Dan minggu ini, hasilnya menunjukkan tanda positif Sehun!" jelas Luhan sembari memberikan test-packnya pada Sehun.

Sehun memandang benda itu dengan tatapan tidak percayanya. Tanda itu benar-benar menunjukkan simbol positif. Apakah ini hasil ketika malam pertama mereka beberapa bulan lalu itu? Tapi, Sehun dan Luhan hanya melakukannya sekali saja. Luhan benar-benar hebat. Apakah Luhan termasuk Male Pregnant? Sehun terbelalak kala ingat berita yang gencar-gencarnya di internet yang membahas tentang Male Pregnant. Dan ia tak percaya ia memilih salah satunya.

Sehun menyesal? Tentu saja TIDAK. Sehun sangat senang malah, karena ia memiliki darah dagingnya sendiri. Yang sekarang hanya masih berupa aliran darah didalam tubuh Luhan.

"Sehun? Kau tidak apa-apa?" tanya Luhan takut, karena Sehun terdiam cukup lama. Lebih lama darinya yang baru mengetahui bahwa dirinya hamil. Luhan hanya takut Sehun tidak mau memiliki anak.

Sehun tersadar saat mendengar suara Luhan. Dan menatapnya dalam. "Apa kau menyesal?" entah kenapa kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Luhan. Luhan hanya merasa Sehun tidak menyukainya saat mengetahui dirinya yang seorang lelaki sedang hamil muda.

"Apa yang kau bicarakan? Tentu saja aku sangat senang" Sehun memeluk Luhan dengan erat dan menumpahkan cairan bening dari pelupuk matanya yang sedari ditahan.

"Aku tidak percaya bahwa aku mengambil salah satu dari mereka. Karena jujur, aku sangat ingin memiliki anak" ucap Sehun bergetar. Luhan melepaskan pelukannya menatap Sehun yang sudah berlinang air mata.

"Maksudmu Male Pregnant?" Luhan bertanya sembari menghapus jejak air mata yang masih setia menuruni pipi putih Sehun.

Sehun mengangguk. "Kau mengetahui tentang itu juga?" tanya Sehun kembali memeluk Luhan, dan tentu saja dengan senang hati Luhan membalasnya.

"Aku tahu. Tapi aku tidak menyangka jika aku salah satunya" ucap Luhan tersenyum sangat manis, tapi sayang tidak dilihat Sehun karena posisi mereka sekarang saling memeluk.

"Apa kau senang menjadi Male Pregnant?" tanya Sehun melepaskan pelukannya dan menggiring Luhan menuju sofa yang tak jauh darinya. Mengingat posisinya yang sedari tadi hanya berdiri.

"Apa kau senang aku hamil?" bukannya menjawab, Luhan malah bertanya balik pada Sehun. Sehun yang bingung hanya menganggukan kepalanya bahwa ia senang jika Luhan hamil.

"Jika kau senang mengapa aku tidak senang?" Oh, Sehun mengerti.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu Luhan. Aku sangat senang dengan berita ini. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu" Sehun mengecup kening Luhan dengan sayang. Dan Luhan hanya mampu tersenyum dalam haru.

"Aku juga mencintaimu"

~I'm Sorry~

"Sehun~ Aku ingin pancake dan bubble tea rasa coklat" Sehun mengernyit mendengar permintaan Luhan. Setahunya pancake dan bubble tea rasa coklat adalah kesukaannya. Luhan tidak suka pancake, dan Luhan menyukai bubble tea rasa taro.

"Luhan, sayang. Setahuku kau tidak suka dengan makanan yang kau sebutkan tadi" Luhan mengerjap lucu dengan kepala yang dimiringkan kekiri.

"Tapi aku ingin Sehun~" rengek Luhan manja sembari memeluk Sehun yang duduk disampingnya. Dan sikapnya kali ini perlu dipertanyakan. Sehun bingung. Sehun tidak tahu. Apa yang terjadi pada Luhan-nya?

"Baik, baik. Kita beli nanti. Aku perlu menyelesaikan pekerjaanku dulu" bibir Luhan terpout lucu dengan wajahnya yang ditekuk dalam-dalam hingga Sehun yang melihatnya mau tak mau jadi tertawa.

"Tidak ada yang lucu Oh Sehun jelek!" Dan Luhan meninggalkannya menuju kamar.

BLAM

Setelah terdengar pintu yang dibanting tidak terlalu keras. Sehun hanya mampu menggelengkan kepalanya. Akhir-akhir ini Luhan memang suka bersikap manja padanya.

.

.

.

Tok Tok Tok

"Luhan! Sayang ayo keluar. Kita beli pancakenya oke?" teriak Sehun dari luar kamar. Karena sialnya, Luhan mengunci kamar itu.

"Sayang, jika kau tidak keluar bagaimana kita a-"

CKLEK

Perkataan Sehun terhenti kala pintu dihadapannya langsung terbuka sangat lebar. Menyaksikan Luhan dengan mata sembabnya. Ada apa ini?

"Hey. Kenapa kau menangis heumm?" Sehun mendekatinya hendak menghapus air mata yang masih tersisa diwajah manis Luhan. Namun ditampik oleh yang manis lalu mendorong pelan dada Sehun hingga berjarak.

"Luhan tidak mau beli pancake. Luhan maunya Sehun yang bikinkan pancakenya!"

WHAT!?

Sehun tidak salah dengar dengan nada yang dilontarkan Luhan?

Bukan. Bukan Sehun terkejut karena Luhan meminta dibuatkan pancake. Dan Sehun akui dirinya memang tidak bisa memasak. Tapi, ahh bagaimana cara mendeskripsikannya?

Luhan. Tadi. Berbicara. Layaknya. Bocah. Berumur. Lima. Tahun. Garis bawahi kalimat itu.

Dengan memanggil dirinya sendiri memakai namanya. Juga raut wajah yang selalu diimut-imutkan. Walau Sehun akui wajah Luhan memang imut. Ditambah dengan bibir yang terus-terusan terpout dengan panjang. Membuat semua orang pasti selalu keliru jika disuruh menebak umur seorang Oh Luhan.

"Luhan, sayang-"

"Jangan dekat-dekat!" Langkah Sehun untuk mendekati Luhan terhenti saat sang 'suami' tercinta meneriakinya.

"Baik. Sayang, dengar. Kau tahukan aku tidak bisa memasak? Bagaimana jika kita beli saja pancakenya di kedai paman Jung? Lagipula disitu juga ada bubble tea nya" Luhan memandang Sehun dengan tatapan memicing. Membuat Sehun takut sendiri. "Mau kan?" tanya Sehun hati-hati saat tak mendengar jawaban dari Luhan.

"Tapi Luhan maunya bikinan Sehun!" Kali ini Sehun menyerah. Tak tahu bagaimana caranya membujuk seorang pria yang tengah merajuk dan Luhan sekarang malah menghentak-hentakkan kakinya. Sehun bersumpah, Luhan tak pernah seperti ini dari masa-masa mereka pacaran. Dan baru kali ini Sehun dihadapkan dengan yang seperti ini.

"Oke, baiklah. Kau tunggu sebentar. Aku akan menelepon umma"

"Kenapa harus menelepon umma?" Sehun tak mengubris pertanyaan Luhan dan langsung men-dial nomor sang umma. Membuat Luhan cemberut. "Sehuun~ Kenapa harus menelepon umma?" ulang Luhan, kali ini dengan menarik-narik ujung kaos yang Sehun kenakan.

"Bagaimana kalau kita membeli bubble tea dulu?" Sehun berusaha mengalihkan perhatian Luhan setelah ia selesai berbicara pada sang umma perihal Luhan yang menginginkan pancake buatannya. Karena sialnya, rumah sang umma dan rumah miliknya cukup jauh hingga harus menempuh tiga puluh menit untuk sampai. Itupun jika tidak macet.

Luhan menghentikan aksinya menarik baju Sehun. Dan menatap Sehun dengan pandangan berbinar setelah mendengar kata bubble tea keluar dari bibir tipis Sehun. "Kalau begitu ayo kita beli bubble tea!" teriak Luhan semangat sambil menarik lengan Sehun menuju pintu.

From: Umma

Subject: Sehuniie eodiya?

Sehuniie, kau dimana? Umma sudah dirumah. Apa kau sedang keluar? Umma lihat mobilmu tidak ada.

Sehun menghela napas saat membaca pesan dari umma-nya itu.

To: Umma

Re-Sub: Sehuniie eodiya?

Aku sedang ditaman bermain. Aku tidak tahu kenapa Luhan tiba-tiba mengajakku kesini setelah membeli bubble tea di kedai paman Jung. Aku usahakan akan pulang cepat. Umma bisa membuatkan pancakenya dulu? Jadi nanti saat aku pulang Luhan tidak merengek lagi.

Sent.

Sekali lagi, Sehun menghela napasnya pelan saat menyadari pesannya yang sangat panjang itu.

Dan soal Luhan yang tiba-tiba mengajak ke taman bermain tadi memang benar. Sehun benar-benar tidak tahu apa yang tengah terjadi pada 'suami' manisnya itu. Ini sangat memusingkan dan kepala Sehun hampir pecah rasanya. Karena seharian ini Luhan selalu merengek dan merengek, lalu permintaannya harus segera dipenuhi jika tidak ingin sang 'suami' manis-nya menangis lalu memarahinya dengan omelan yang tidak jelas. Contohnya saat beli bubble tea tadi saja, ia meminta bubble tea yang sangat banyak dengan merengek hingga menarik-narik baju Sehun. Bahkan selama ditaman bermain yang sudah setengah jam lebih ini saja Luhan sudah menghabiskan tiga gelas bubble tea, dan sekarang ia tengah menghabiskan gelas ke-empatnya.

Sebenarnya ada apa dengan Luhan?

Sehun selalu dihantui dengan pertanyaan itu seharian ini karena Luhan bertindak semaunya.

Drrtt

Sehun merogoh sakunya saat merasakan penselnya bergetar.

From: Umma

Re-re-sub: Sehuniie eodiya?

Baiklah, pastikan Luhan tidak apa-apa.

Sehun bangkit dari duduknya pada kursi panjang yang tersedia di taman itu setelah membaca isi pesan dari sang umma.

"Luhan, sayang. Kita pulang ya?" Sehun mendekati Luhan yang sedang duduk diayunan dengan bubble tea rasa coklat ditangannya.

"Huh?" Luhan memiringkan kepalanya menatap Sehun.

"Kita pulang. Oke?" Sehun mengulurkan tangannya pada Luhan. Asal kalian tahu, Luhan sudah melupakan perihal Sehun tidak boleh dekat-dekat dengannya.

Luhan ingin menyambut uluran tangan Sehun, tapi saat ini tangannya tengan memegang gelas plastik bubble tea. Oh, ayolah Luhan, tangan yang satunya kan bisa? Tidak, saat ini kedua tangan Luhan tengah memegang gelas bubble tea itu.

"Uhn. Sehun pegangkan bubble tea nya ya" Benar-benar seperti bocah. Luhan menyodorkan bubble tea itu pada Sehun dengan kedua tangannya. Sehun hanya mampu menurutinya dan menyambut bubble tea dari tangan Luhan.

Setelah Sehun mengambil bubble tea dari tangannya, Luhan langsung bergelayut dilengan Sehun yang tidak membawa apa-apa. Sedangkan tangan yang satunya memegang plastik besar berisi banyak bubble tea serta bubble tea yang tadi Luhan minum.

.

.

.

"Umma aku pulang" ucap Sehun saat memasuki rumahnya, bersama Luhan tentu saja. Luhan yang baru memasuki rumah langsung berlarian lalu masuk kekamarnya. Sehun hanya mengernyitkan kening bingung. Sedangkan ummanya dari dapur setelah mendengar bunyi pintu ditutup dengan kencang hanya memandang Sehun bingung.

"Ada apa dengan Luhan?" tanya sang umma. Saat ini Sehun sedang memasukkan bubble tea yang banyak tadi kedalam kulkas.

"Aku juga tidak tahu. Umma tahu? Dia seharian ini seperti itu. Menginginkan ini-itu. Dan apa yang akan terjadi jika permintaannya tidak dituruti?" jeda sebentar, hanya ingin melihat raut wajah ummanya yang seakan berkata 'apa yang terjadi?'. "Dia akan menangis, memarahiku, bahkan berteriak dengan tidak jelas" ucap Sehun dengan dramatis. Sang umma hanya bisa menahan tawa saat mendapatkan ekspresi yang sangat ditemuinya dari seorang Oh Sehun itu.

"Umma tidak tahu apa yang terjadi pada Luhan. Tapi itu terdengar seperti orang yang sedang mengidam saja" Sehun cengo.

"M-mengidam?"

"Ya" jawab sang umma singkat.

Mengidam?

Benar! Kenapa Sehun tidak terpikirkan sama sekali? Sebulan yang lalu kan Luhan mengatakan kalau dirinya hamil. Kenapa Sehun tidak tahu menahu tentang seorang yang hamil akan mengidam?

"Umma?"

"Hn?"

"Umma tahu?" Sehun menghentikan ummanya yang sedang memasak pancake terakhir itu dan menoleh.

"Apa?"

"Sebulan lalu Luhan mengatakan kalau dirinya hamil" Sang umma terlihat terkejut, namun hanya sebentar setelah itu wajah sumringah lah yang mendominasi. Lalu mematikan kompornya saat pancake itu telah matang dan menghampiri anaknya yang sedang duduk di meja makan.

"Benarkah?" tanya sang Umma masih dengan wajah berserinya memandang Sehun. "Apa Luhan termasuk Male Pregnant?" tanya sang umma dengan begitu antusiasnya. Oh, ummanya juga tahu ternyata perihal Male Pregnant itu.

"Iya, Luhan juga menunjukkan hasilnya padaku. Ia memberikan test-pack yang tandanya menunjukkan tanda positif"

"Kenapa kau baru memberitahunya pada umma?" sang umma terlihat cemberut.

"Maaf aku tidak sempat mengatakannya. Tapi sekarang umma sudah tahu kan?" sang umma mengangguk masih dengan senyuman manis terpatri dibibir tipisnya—persis bibir Sehun.

"Kalau begitu kau harus bersiap-siap saja Sehun. Karena semakin lama permintaan Luhan pasti akan semakin aneh. Dan kau juga harus menyiapkan diri jika dini hari Luhan tiba-tiba terbangun, lalu muntah-muntah. Dan yang lebih penting lagi, aku harus menghadapinya dengan sabar. Jika tidak ingin Luhan mengamuk atau meneriakimu"

APA?

TBC

Hola holaaa~ Ovie kambek dengan FF baru HunHan yaay..

Apa kalian sudah tahu alur cerita ini akan membawa HunHan kemana? (Hellah, Ovie sok dramatis).

Ziyu mungkin akan mucul di chap depan.

Sebenarnya Ovie gak terlalu suka HunHan, hanya saja—entahlah. Tiba-tiba bikin ini dan cast-nya HunHan. Yaudah lah ya gapapa mungkin efek dari bulan-bulannya HunHan/?. Setahu Ovie HunHan shipper banyak ya? Jadi Ovie pengen tahu berapa HunHan shipper di Indonesia yang baik hati yang bersedia review, fav sama follow FF ini.

Ovie akan update secepatnya jika reviewnya banyak dan punya waktu luang. Maaf jika ada typo(s).

Salam lima jari.

EXO-L Jjang!