A Pirate and Spoiled Arrogant Prince
.
Kwon Jiyong adalah seorang Pemuda Bajak Laut yang di buang ke laut hingga mencapai sebuah negara di mana seorang Pangeran bernama Choi Seunghyun menemukannya di pesisir pantai. Pertemuan singkat yang sepertinya, membuat keduanya saling jatuh cinta.
.
Pair : Choi Seunghyun x Kwon Jiyong (TOP x GD)
Genre : Drama, Fantasy, Romance
Rate : M for safe (implisit)
Length : One of Two
Disclaimer : TOP, and GD hanya milik Tuhan, mereka, keluarga dan agensi tempat bernaung. Dan beberapa Cameo yang saya sertakan. Saya hanya meminjam nama untuk cerita ini.
Warning : quick built relationship, OOC, Implisit, bahasa aneh dan sok baku.
.
~Enjoy~
.
"Hei, nak… cobalah kau untuk bersenang-senang sedikit. Sejak naik ke kapal ini kau sama sekali tak bersenang-senang dengan awak kapal lainnya 'kan?" sebuah ajakan dari seorang Pria dengan pakaian yang agak kumal, namun wajah Pria tersebut sangat lembut pada Pemuda yang tengah duduk sendiri di badan kapal.
Pemuda itu mendongakkan kepalanya, tersenyum sekilas dan mengangkat tinggi gelas bir yang ia bawa. "Paman saja, aku sedang tak ingin bersenang-senang saat ini." Pemuda itu tersenyum dan melihat sang Pria paruh baya tersenyum.
"Well, kau tak akan rugi sekali-sekali bersenang-senang." Pria itu tersenyum dan menepuk pundak Pemuda tersebut.
"Terima kasih, Paman. Akan ku ingat." ucapan terakhir pemuda itu. Membuat Pria tersebut berjalan meninggalkannya, kembali mengikuti pesta yang sedang di rayakan.
Malam itu terlihat cerah, pemandangan gelap dengan cahaya bulan dan beberapa bintang di langit. Deburan ombak cukup terasa saat gumpalan air itu menerjang tubuh kapal, membuat kapal yang ia tumpangi bergerak mengikuti ombak-ombak yang bersahutan.
Pemuda itu meminum birnya, menenggak hingga habis. "Aku mulai bosan dan mengantuk…" ucap pelan pemuda itu, kemudian berdiri dan berjalan menjauhi kerumunan–memasuki badan kapal.
.
"Lagi-lagi anak itu tak pernah mau membaur dengan awak kapal…" seorang Pria paruh baya lain menghela nafasnya melihat pemuda itu memasuki badan kapal.
"Sudahlah Jae, dia mungkin tak ingin di ganggu sekarang…" ucap Pria lainnya yang baru saja berhenti setelah mengobrol sekilas dengan pemuda yang saat ini di bicarakan.
Jaejoong, nama pria yang lain. Pria itu menenggak birnya hingga setengah, membasuh tenggorokkannya yang terasa kering akibat bir yang ia konsumsi. "Tapi Yun, dia terlihat menarik diri dari kita. Bisa-bisa awak kapal yang lain tak suka padanya."
Pria paruh baya lain bernama Yunho itu tersenyum, menepuk pundak Jaejoong lembut dan meremasnya dengan gerakan pijat. "Tenanglah, Jiyong pasti akan di terima di sini. Ia Pria yang unik dan memiliki Kharisma tersendiri."
.
.
Jiyong, atau Kwon Jiyong, nama pemuda itu. Tengah menyamankan dirinya di bagian ujung kapal. Memperhatikan betapa luasnya samudra yang berada di hadapannya. Jika bukan karena orang tuanya yang telah tiada, mungkin ia tak akan bisa menikmati tempat indah ini. Berlian biru yang terhampar indah di matanya terlihat berkilau seiring matahari yang meninggi.
"Well, nak... sedang bersantai?" tanya Yunho dengan ramah dan mendudukkan dirinya.
Kali ini pakaian Yunho tak terlihat sekumal kemarin. Pria itu mengenakan pakaian lengan panjang berwarna putih dan celana panjang hitam yang memperlihatkan kaki jenjangnya. Jangan lupa long boots berwarna coklat tua dan topi pelaut berwarna hitam di kepalanya.
Well, jika kalian mengira Yunho hanyalah awak kapal biasa, kalian salah. Ia adalah kapten dari kapal ini. Kapal yang cukup besar dan dapat menampung tiga ratus awaknya.
Jiyong melirik pada Yunho, ia mengangguk dan kemudian sedikit menggeser tubuhnya agar Yunho dapat duduk dengan nyaman di sebelahnya.
"Apa kau tak merasa dingin di tempat ini sepagi ini?" tanya Yunho mengusap kedua tangannya satu sama lain, mencoba untuk menghangatkan diri.
Jiyong menggeleng, "Di sini terasa nyaman." ucapnya.
Yunho terkekeh mendengar penuturan Jiyong, "Jadi, kau merasa di dalam kapal tak terasa nyaman?" ucapnya berusaha bertanya. Mungkin saja jika Jiyong berkata kapalnya terlalu Old Fashion, ia bisa merubahnya sedikit. Well, walau ia tak yakin dengan perubahan yang tengah ia pikirkan.
Pemuda itu menggeleng, sepertinya tak membenarkan apa yang di ucapkan oleh Yunho, atau malah pikirannya untuk mengubah nama 'Old Fashion' itu? "Aku tak berpikir di dalam tak nyaman. Hanya saja, aku ingin mengganti suasanaku..."
Yunho mengangguk, "Well, nak—"
"Kapten! Ada kapal Bajak Laut di arah jam 3!" ucap seorang awak dari menara pengintai. Pria itu sedikit mencondongkan tubuhnya untuk dapat melihat sang Kapten.
Yunho segera berdiri, Jiyong yang mendengarpun ikut berdiri. Ia juga dapat melihat seluruh awak kapal itu tengah bersiap-siap, entah untuk apa. Apa kah Bajak Laut harus di waspadai seperti itu?
"Persiapkan senjata kalian, sebagian siapkan meriam. Kita akan menyambut kapal Bajak Laut itu!" titah Yunho yang dengan segera di laksanakan oleh awak kapalnya. Pria itu kemudian menoleh ke belakang, "Nak, masuklah kedalam. Tempat ini akan menjadi medan perang. Jika aku menyuruhmu untuk meninggalkan kapal ini, bawalah serta Jaejoong bersamamu." Pria itu mendorong Jiyong.
Belum sempat Jiyong memproses apa yang di katakan oleh Yunho, Pria itu telah mendorongnya masuk kedalam bagian kapal dan menguncinya. Tak terima dengan titah sang Kapten, Jiyong mencoba membuka pintu itu, namun nihil. Terkunci.
Setelah itu ia hanya bisa mendengar suara meriam yang di luncurkan beserta dentingan besi. Suara teriakan juga tak ayal menjadi melodi di tengah pertempuran itu. Jiyong kalut, ia ingin membantu tetapi ia tak bisa, pintu itu. Hanya pintu itu yang menjadi penghalangnya.
"Jangan!" sebuah suara terdengar di belakangnya saat ia akan memulai mendobrak pintu yang menghalanginya. Jiyong menoleh, ia melihat Jaejoong dengan wajah setengah menangisnya. "Kemari!" Pria itu mencengkram tangannya, menyeretnya menuju buritan yang sebenarnya jarang ia kunjungi.
"Tidak! Tolong lepaskan! Aku ingin membantu mereka!" ucap Jiyong menolak cengkraman tangan itu.
Jaejoong menggeleng, "Tak ada yang bisa kau lakukan, kapal ini akan hancur. Kau harus pergi dari sini!" ucap Pria itu semakin mencengkram tangan Jiyong. Terus menyeretnya menuju sebuah pintu belakang rahasia untuk keluar dari kapal.
"Tidak, aku tak akan pergi! Lepaskan!" Jiyong meronta, ia memohon, namun Jaejoong tak mendengar. Pria itu terus menyeret Jiyong hingga pintu keluar, mendorong Pemuda itu keluar dari kapal. Tercebur ke lautan. Dan setelah itu, hanya bunyi ledakan yang terakhir kali ia dengar dan deburan ombak yang mengayun tubuhnya. Ia tak sadarkan diri, ia terlalu pusing, sepertinya ia terbentur saat bunyi ledakan itu terdengar.
.
.
"Pangeran Seunghyun, saya harap anda menghadiri pesta pertunangan anda ini. Mau orang itu seseorang yang tak anda sukai sekalipun." suara memohon itu tak mengubah sikap Pemuda bernama Choi Seunghyun sedikitpun.
Pemuda dengan postur tegap dengan pakaian putih panjang mengikuti tinggi tubuh Pemuda itu. Rambut hitamnya ia biarkan sedikit panjang dengan hiasan kepala yang bersinggah menghiasi puncak kepalanya.
Pemuda bernama Seunghyun itu tengah bersantai di temani beberapa selir di belakangnya yang dengan setia mengipaskan sebuah kipas raksasa yang terbuat dari bulu merak yang sangat indah. Salah satu selir itu tengah duduk di dekat Seunghyun untuk menyuapi Pemuda itu dengan sebuah anggur merah segar yang terlihat manis.
Mengunyah anggur yang berada di mulutnya, kemudian ia berucap, "Kau berisik Daesung. Aku sudah berkali-kali mengatakannya padamu, jika aku tak tertarik!" ucapnya dengan menatap tajam Daesung, Pemuda yang sepertinya ditugaskan sebagai pelayan Seunghyun yang mengatur jadwalnya.
"Pangeran Seunghyun... sekali saja, setelah itu anda boleh menolak pertunangan itu dan melakukan apapun sesuka anda..." ucapnya mencoba memelas. Wajahnya memang memelas, dan itu cukup menguntungkan.
Seunghyun mengernyitkan dahinya, mencerna apa yang di katakan oleh Daesung barusan. 'Jika aku datang kemudian menolak aku bisa bebas. Tetapi jika aku datang, orang yang akan di tunangkan denganku itu pasti akan menempel dan membuatku kesal...' batin Seunghyun mencoba membuat kronologi yang akan terjadi nanti di pesta.
'Tetapi, jika aku tak datang. Orang yang akan di tunangkan denganku ini akan terus meminta bertunangan denganku, itu cukup merepotkan juga. Jadi...' Seunghyun terus berpikir, mencoba membuat kronologi yang akan menguntungkannya.
"Pangeran Seunghyun..." Daesung meminta, memohon dengan sangat di hadapan sang Pangeran.
Dengan terpaksa Seunghyun menghela nafasnya, "Baiklah, aku akan mengikuti pesta itu. Tapi, ingat. Jika aku menolaknya, tidak ada lagi yang namanya pesta pertunangan seperti ini!" ucapnya menuntut. Mungkin saja jika Daesung akan meraung-raung seperti ini lagi, ingatkan dia untuk memotong lidah Pemuda bermata sipit itu.
Wajah Daesung terlihat sangat senang, terlihat cerah dan kerutan-kerutan serta keriput yang di sebabkan oleh Seunghyun seperti menghilang entah kemana. Well, dia cukup stress mengurus Pemuda manja penuh dengan keinginan seperti Seunghyun ini.
Boleh saja Seunghyun lebih tua darinya, tetapi sikapnya sungguh kekanakan. Mungkin jika di ibaratkan, arwah bocah 5 tahun terperangkap dalam tubuh Seunghyun.
Boleh saja Pemuda itu memiliki tatapan tajam, tetapi manjanya minta ampun. Jalan sedikit saja ia sudah mengeluh, makanan yang tidak ia sukai selalu ia sisakan, bahkan ia akan dengan senang hati membolos kelas privatnya hanya untuk sebuah film anak-anak yang bernama kartun.
'Kenapa aku memiliki majikan penuh dengan keanehan seperti dirinya? Jika ia bukan anak Raja, mungkin sudah ku patahkan tulangnya...' batin Daesung terlihat gemas.
Dengan sebuah senyum palsu–dia sebenarnya sedikit kesal dengan Pangeran seenak jidatnya ini–, Daesung segera menepukkan kedua tangannya. Beberapa orang pembantunya terlihat berdatangan membawa pakaian atau menggiring Seunghyun menuju kamar mandi yang, mungkin kalian tak percaya, atau percayalah. Sebuah kamar mandi saja tempat itu bisa seluas sebuah rumah minimalis.
Seunghyun menatap dengan datar apa yang tengah di lakukan pembantunya itu, membersihkan punggung maupun tubuhnya di lakukan mereka. Pemuda itu terlihat sangat bosan dengan rutinitasnya. Dalam hidupnya hanya ada 3, Pesta, Belajar dan Mengurus Negara.
Well, sebenarnya ia merasa sangat sial, kenapa ia harus lahir di keluarga kerajaan seperti ini? Sebenarnya ia sangat iri dengan orang-orang yang tak seberuntung dirinya, mereka bisa pergi kemanapun tanpa harus pengawalan. Mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau tanpa pengawasan. Mereka bisa bersikap apapun tanpa ada orang yang akan memarahi.
Ia sangat iri dengan hal itu, cita-citanya ketika kecil adalah menjadi seorang seniman yang dapat mengelilingi dunia. Well, ia tahu itu haya bunga tidur yang bernamakan mimpi. Mimpi seorang anak kecil.
Seunghyun berdiri, membiarkan para pembantunya membantunya mengenakan pakaian resminya. Sebuah terusan panjang berwarna putih terbuat dari kain sutra pilihan yang di tenun dengan sangat apik dan memiliki ornamen berwarna emas yang ikut memperindah pakaian itu. Tak lupa penutup kepala berwarna senada terhias dengan berbagai hiasan berwarna hitam.
Sebuah pekikan senang terdengar dari salah satu pembantu Wanita di tempat itu. Sepertinya ia sangat menyukai dandanan yang ia berikan kepada sang Pangeran. "Astaga, Pangeran... Pakaian ini sangat cocok anda gunakan, saya tak menyangka, pakaian sederhana yang saya buat ini akan menjadi karya seni jika anda yang mengenakannya!" ucap Pembantu bernama Chaerin itu, atau sepertinya malah perancang pakaian yang di kenakan Seunghyun?
Pemuda itu hanya menghela nafasnya, ia sudah biasa dengan sanjungan seperti ini. Well, ia tak ingin menyombongkan diri. Dilahirkan dengan wajah tampan beraksen oriental campuran dua negara. Apapun yang ia kenakan akan menjadi trend, tak peduli pakaian itu layak atau tidak untuk di kenakan. Seunghyun, mungkin pantas menjadi salah satu Pangeran dengan gelar Fashionista.
.
.
Di sebuah pesisir pantai, terlihat seorang Pemuda yang masih dengan nyaman memejamkan matanya. Terlihat tak berdaya dan seluruh tubuhnya di penuhi dengan luka-luka. Yeah, dia adalah Kwon Jiyong. Pemuda Bajak Laut yang di lempar begitu saja dari kapalnya.
Sebenarnya itu demi keselamatannya, tetap saja, harga dirinya mengatakan ini sungguh memalukan. Pemuda Bajak Laut mana yang memiliki wajah jika ia telah di usir dari kapalnya? Bahkan ia tak sempat untuk memperjuangkan kapal itu bersama dengan awak yang lain.
'Dingin...' lenguhnya, ia berusaha bergerak, namun rasanya ngilu luar biasa. 'Sakit... Aku tak bisa menggerakkan tubuhku...' batinnya meringis. Suaranya bahkan tak dapat keluar, sungguh ini sangat memalukan.
Bergerak susah, bersuarapun tak mampu. Apakah ini akan menjadi akhirnya? Well, akhir yang buruk dan sangat memalukan.
'Ini dimana?' batinnya bertanya, ia sudah tak merasakan gerakan terombang-ambing di laut. Mungkinkah ia sudah berada di sebuah daratan? Well, ia bisa merasakan permukaan datar yang keras di bawahnya.
"Ungh..." hanya itu suara yang bisa ia keluarkan. Sepertinya tubuhnya terlalu terbebani jika ia bersuara lebih dari ini. Ingin rasanya ia meminta bantuan, tetapi ia tak tahu, adakah orang di tempat ia terdampar saat ini?
.
.
"Selamat Pangeran, saya dengar anda akan menikahi Putri dari Negara sebelah, apa benar itu?" sebuah layangan pertanyaan membuat Seunghyun berusaha untuk tidak membentak sang penanya yang berada di hadapannya ini.
Sebuah senyum palsu ia kenakan, well, bagaimana ia tak jengkel jika pertanyaan itu terus di layangkan oleh hampir dari tamu undangan Pesta ini? Hei, ia benar-benar jenuh sekarang!
"Ma-Maaf Tuan, Pangeran saat ini kelelahan karena perjalanan jauh dari Istana. Jika anda tak keberatan untuk membiarkan Pangeran beristirahat barang sejenak." Daesung segera menengahi percakapan di dekatnya ini. Well, ia sudah hapal dengan apa yang akan terjadi, jika Pria Tua bertubuh tambun itu tetap bertanya-tanya. Dan ia tak ingin hal itu terjadi. Terlalu menyeramkan untuk di utarakan.
Seunghyun menghela nafasnya, "Aku ingin jalan-jalan di luar, kau tak perlu menemaniku." ucapnya kemudian meninggalkan Daesung di tempat itu. Ia tak peduli apa yang saat ini Daesung ucapkan. Ia benar-benar ingin sendiri, tanpa pengawalan berlebih.
.
Sampailah ia di sini, sebuah pesisir pantai yang tak jauh dari rumah kediaman seseorang yang mengaku sebagai Tuanangannya. Hell, ia tak menyetujui pertunangan itu, tak akan pernah!
"Argh! Aku ingin menggantung diriku atau malah Daesung atau mungkin orang lain agar stressku ini hilang!" teriaknya frustasi. Seunghyun mulai mengacak surai kelamnya yang tak tertutupi oleh penutup kain.
Benda itu ia buang begitu saja di tengah perjalanan jalan-jalan kecilnya ini. Well, dia tak peduli itu sutra pilihan berhiaskan emas atau tidak. Yang ia inginkan saat ini, udara malam yang sejuk, tenang di temani deburan ombak yang bisa menjernihkan pikirannya. God damn! Ini benar-benar Heaven.
Suasana gelap tanpa penerangan di pesisir pantai ini membuat Seunghyun harus memperhatikan langkahnya. Hei, ia bukan orang yang sangat teliti. Jadi, jangan salahkan ia jika ia harus—ah, baru saja akan di katakan ia sudah harus mendapatkan sebuah hadiah cantik dari surga dunia ini.
Ia tak mengetahui jika beberapa meter di hadapannya ini terdapat sesuatu, atau seseorang sebenarnya. Beberapa meter berlalu dan kaki jenjangnya menyandung benda atau orang tersebut dan membuatnya jatuh menerima gravitasi bumi, yang mungkin cukup menyakitkan.
"Auch! Damn! Shit! Siapa yang dengan sengaja meletakkan dahan pohon di tempat seperti ini?!" ucapnya dengan bahasa yang sangat kasar. Jika Daesung mendengarnya, mungkin Pemuda bermata sipit itu akan menangis sejadi-jadinya dan memberikan sebuah les ekstra untuk Seunghyun. 'Mari Berbahasa Dengan Baik dan Benar'
Sesuatu atau seseorang di hadapannya ini bergerak, membuatnya sedikit ketakutan. Asumsinya mengatakan jika di hadapannya ini bukan dahan pohon yang tergeletak, namun, sesuatu yang bisa bergerak, dan mungkin menyerangnya. Gawat! Ia tak mau mati muda dan di tempat seperti ini!
"Ukh..." ucap sesuatu itu.
Seunghyun mengerutkan pandangannya, mendekati sesuatu yang mengakibatkannya jatuh tadi. "Hei? Kau baik-baik saja?" tanyanya. Sedikit aneh, ia yang jatuh, ia yang harus mengkhawatirkan sesuatu yang ada di hadapannya ini.
Sesuatu itu bergerak sedikit, mengeluarkan suara rintihan yang membuat Seunghyun kembali berasumsi jika sesuatu atau seseorang itu sedang tidak baik-baik saja.
"Hei, kau bisa bergerak? Jika kau manusia, bisakah kau mengatakan sesuatu?" ia bertanya pada orang itu, meraba-raba di hadapannya, walau gelap, ia yakin jika orang itu tak jauh darinya. Gotcha! Ia mendapatkannya dan segera menyeret orang itu.
Dari lengan yang tengah ia seret, orang ini tidak terasa lembut atau malah lengannya sedikit berotot. Apakah orang ini seorang Pria? Tetapi, berat tubuhnya terasa ringan. Seretan itu lama-lama berubah menjadi gendongan bagai karung beras.
'Apa-apaan ini? Bukankah dia seorang, Pria? Kenapa tubuhnya terasa ringan?' ia membatin. Berjalan menuju gedung pesta tadi, segera menemui Daesung dan secepat mungkin meninggalkan tempat laknat bernama Pesta Pertunangan.
Semakin ia mendekati gedung itu, ia bisa melihat sosok seseorang yang tengah ia gendong ini. Pakaiannya agak kumal, well, mungkin saja ia seorang perantau yang sekarat karena tak mendapat tempat untuk berteduh dan makan. Hal seperti ini memang biasa di negaranya.
Tak ingin ada keributan, Seunghyun mendudukkan orang tersebut di dekat pintu. Pemuda itu memperhatikan seseorang yang ia bawa dari pesisir pantai tadi. Wajahnya lumayan rupawan walau terdapat beberapa lebaman. Sepertinya keadaan Pemuda ini sedang tak bagus, mengingat nafasnya tak beraturan. Apakah orang ini sakit?
'Yang harus ku lakukan saat ini adalah menemui Daesung!' Seunghyun bergegas menuju ketempat Daesung secepat yang ia bisa.
Kedua mata elang Seunghyun akhirnya menemukan sosok yang tengah ia cari. Pemuda berambut pirang itu tengah berbicara dengan seorang Pemuda lain berambut hitam dengan eye smile yang cukup lucu.
"Kang Daesung!" ucap Seunghyun dengan suara beratnya. Kedua kaki jenjangnya berhenti tak terlalu jauh dari kedua Pemuda yang tengah bercengkrama itu.
Daesung menatapnya dengan pandangan bertanya, "Ada apa Hyung?" tanyanya. Matanya menyiratkan jika ia tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi, sampai ia melihat kepala Seunghyun yang tak berbalut kain penutup lagi. "Pangeran! Dimana penutup kepalamu? Astaga, jangan sampai kau menghilangkannya atau Chaerin akan membunuhku!" pekiknya. Well, ia bisa membayangkan jika Chaerin akan membunuhnya saat itu juga.
"Lupakan penutup kepalaku, kita harus segera pulang!" Seunghyun menarik lengan Daesung. Kembali melangkahkan kedua kaki jenjangnya meninggalkan bangunan mewah ini.
Di lain pihak, Daesung sedikit kecewa harus meninggalkan orang yang tengah berbincang dengannya tadi. Sebuah gerakan dari lawan bicara Daesung tadi ia perhatikan. 'Kantung? Tangan membentuk sebuah perangkat komunikasi?' batinnya.
Ah! Daesung mengerti, ia merogoh kantung celananya dan ada secarik kertas di sana. Beberapa digit angka yang ia asumsikan sebagai sebuah nomor yang dapat ia hubungi. Singkatnya, ini nomor pemuda itu.
.
.
"Sungguh Pangeran! Ini benar-benar drive me crazy!" Daesung mengacak rambutnya, ia melihat seseorang tengah tertidur. Berbantalkan paha Pangeran asuhannya. Bahkan Seunghyun membiarkan hal itu begitu saja! Ini benar-benar membuat Daesung gila! Sejak kapan Seunghyun bisa sebaik itu?
Jari telunjuk Seunghyun tertempel di bibirnya sendiri, menyuarakan suara desisan. Gerakan agar Daesung menutup mulutnya. Dan tentu saja Daesung mematuhinya, atau ia akan langsung di gantung di pohon terdekat kediaman Seunghyun. Well, pohon kesukaan Seunghyun adalah pohon kelapa sawit tertinggi di kediaman itu. Jadi, habislah sudah Daesung jika Seunghyun berencana menggantungnya.
"Kau ini sangat cerewet, ya?" Seunghyun mendengus, kesal juga melihat Daesung yang mulutnya sungguh lebar.
Pemuda berambut Blonde itu menggelengkan kepalanya, "Sungguh, Hyung. Kau benar-benar membuatku terkejut. Kau tadi bilang hanya ingin jalan-jalan saja, tetapi kau kemudian kembali dan menyeretku, lalu kau memperlihatkan pemuda ini padaku dan terakhir kita berada di mobil ini. Menuju kediaman kedua," ucap Daesung panjang lebar.
Seunghyun mendengus. Well, bukan keinginannya untuk bertemu dengan pemuda ini. Hell, ia bukan orang yang jahat sampai tega meninggalkan seseorang yang tengah sekarat di pesisir pantai yang dingin, lembab, dan kotor seperti itu.
"Shut up, Blonde. Aku yang membawanya, aku yang akan bertanggung jawab tentangnya." Seunghyun menatap kesal pada Daesung. Mengeluarkan hawa-hawa hitam tak mengenakan yang pernah di rasakan Daesung.
'Berisik... apa ada orang di dekatku? Eumh, tempat ini juga sangat nyaman dan hangat...' batin Jiyong. Pemuda itu menyamankan posisinya di pangkuan Seunghyun, walau sedikit gerakan menimbulkan rasa ngilu di seluruh tubuhnya.
Daesung yang melihat pergerakan dari pemuda yang tengah tertidur di pangkuan Seunghyun itu mengernyit. Tak habis pikir, jika Seunghyun akan dengan sangat senang hati membiarkan Pemuda tak di kenal itu tidur di pangkuannya.
'Ada apa dengan Hyung?' batin Daesung akhirnya bertanya. '...Aku rasa, ini akan sangat menarik.' Sebuah senyum terkembang di bibir Daesung.
.
.
"My heart will never change as time goes
even if our love has gone away –
if its you, that my heart is always wanting
I'll love forever with you."
.
To Be Continue
.
A/N:
Sepertinya kebanyakan menggunakan kata Well, Hell dan Yeah. Dan bagian ending terlihat sangat memaksa. Well, aku lupa ada temanya, dan aku sangkutkan di bagian ending itu. Eurm, sorry? Just it.
Bayangkan saja Seunghyun dengan rambut saat ia syuting Iris, sedangkan Jiyong berada di era Fantastic Baby. Daesung dengan rambut blonde dan Youngbae dengan Mohawknya, dan maaf aku tak memasukkan Seungri, karena ia tak ada peran di sini.
15 – Jan – 2013
