Manager Park Daily
Shounen Ai – Daily Activity – Idol Life – Romance – M-Preg
Teenager Reading
©Sophia_Lovegood
Episode 1 : Making Group – Prologue
Topi toga dengan serempak di lemparkan para mahasiswa ketika upacara kelulusan telah selesai. Setelahnya mereka saling berpelukan satu sama lain. Mengucapkan kata 'selamat berjuang dan sampai ketemu lagi' dengan gesture berpelukan dan mengelus punggung masing-masing.
Begitupun dengan halnya Jimin. Pemuda dengan tinggi minim itu tengah berpelukan dengan teman sepermainannya yang hendak menjalani Trainee di sebuah agensi yang sudah men-castingnya.
"Jaga dirimu baik-baik selama Trainee Sungwoo. Perhatikan pola makan dan tetap lanjutkan dunia pendidikanmu." Nasehat Jimin. Sungwoo hanya bergumam dengan kepala yang bersandar dibahu sempit teman kecilnya itu.
"Kau juga Jiminnie. Lanjutkan kuliahmu dan carilah pekerjaan. Dan kalau bisa cari juga pacar dan segera menikah." Balasnya. Jimin langsung melepas pelukannya dan mencubit perut Sungwoo.
"Oy! Ya! Aduh~"
"Oh! Maaf ya Sungwoo. Aku tidak sengaja." Ucap Jimin mengejek. Sungwoo mendesis dan menatap kesal si Mochi yang tengah tersenyum penuh kemenangan. "Apa lihat-lihat huh?" Tanya Jimin galak. Sungwoo menggeleng pelan sebagai jawabannya.
"Chim-Chim!" Teriak suara berat itu. Jimin menoleh dan mendapati sang Ayah datang bersama Ibu dan Adiknya. Bonus sebuah bucket bunga cantik yang di pegang sang Adik.
"Ayah! Ibu! Junmi!" Pekiknya senang. Jimin bahkan berlari dan menerjang sang Ayah dengan pelukannya.
"Ya Tuhan Hyung! Ayah bisa mati karena kelakuanmu." Canda sang Adik. Jimin melemparkan death glare lucunya. Sang Ayah melepas pelukannya dan mengecup pelan kening anak sulungnya.
"Tak terasa, uri Jiminnie sudah besar rupanya. Rasanya, baru kemarin kau keluar dari perut Ibumu dan mengompol bersama Junmi." Ungkap sang Ayah. Baik Jimin maupun Junmi sama-sama memerah akibat perkataan sang Ayah. Hey, jangan lupakan Sungwoo yang sejak tadi mendengarkan percakapan keluarga Park.
"Ayah jangan membuka aib masa lalu! Kan Sungwoo jadi dengar." Bisik Jimin.
"Aku sih sebenarnya sudah tau dari dulu." Jawab Sungwoo sambil melemparkan pandangannya pada langit yang indah. Jimin langsung melempar tatapan memelas pada sang Ibu.
"Ibu~! Ibu pasti memberitahukan makhluk laknat itu semua rahasiaku kan?" Tanyanya kesal. Sosok yang masih awet muda itu hanya terkekeh pelan.
"Ya ampun Jiminnie~ jaga omonganmu nak. Lagipula, Ibu ingin bernostalgia dengan Sungwoo memangnya tak boleh?" Bela sang Ibu secara tak langsung. Sungwoo memasang pose peace dan tersenyum tampan saat Jimin sedang mencoba membunuhnya lewat tatapan mematikannya.
"Ah ini untukmu Hyung. Selamat ya! Aku jug sebentar lagi akan sarjana S1. Hyung juga harus datang ke acara kelulusanku dan membawakan bunga yang lebih indah dari ini." Ujar sang adik. Jimin menjewil pelan hidung adik kesayangannya.
"Tentu saja Junmi! Hyung akan datang. Dan akan membawakan sebuah bucket bunga yang lebih indah daripada ini." Jawab Jimin. Junmin melirik ke arah Ibunya. Dia lalu menepuk pelan pundak Jimin yang tengah menghadap kepadanya dan menunjuk ke arah Sungwoo dan Ibu mereka.
"Sungwoo, selamat ya atas kelulusannya! Ibu bangga lho!" Ujarnya sambil memeluk Sungwoo. Dapat Jimin lihat, Sungwoo nampak malu dan ragu untuk membalas pelukan Ibunya. Ya, walaupun di balas, tapi gerakannya kaku sekali.
"T-Terima kasih atas ucapannya Ahjumma." Jawab Sungwoo. Sosok itu buru-buru melepas pelukannya dan menggerakkan telunjuknya cepat.
"Tidak, tidak Ahjumma Sungwoo-ah. Aku sudah bilang berkali-kali panggil aku Ibu." Ujarnya. Sungwoo membungkuk sebentar. "Maafkan aku Ahju- Ibu. Sepertinya itu masih sulit untukku. Hehehe."
"Hm~ tak apa. Oh, maaf juga Ibu tidak membawakanmu bucket bunga. Ibu tidak tau seleramu." Jawabnya.
"O-Oh tidak usah ... Bu. Aku juga tidak begitu menyukai bunga dan hal-hal yang bersangkutan dengannya kok." Balasnya sopan.
"Bu! Sungwoo! Ayo kita berfoto dulu!" Teriak Jimin. Sungwoo buru-buru berjalan menghampiri Jimin dengan sang Ibu yang mengekorinya.
"Oh, Ibu punya kesenangan baru nih, selain kita." Canda sang Ayah. Sosok cantik itu kemudian mencubit pelan lengan suaminya. "Jangan bicara sembarangan." Balasnya. Sang suami menghiraukannya karena, serius, cubitan maut sang Istri lebih menyakitkan daripada jarum suntik.
"Sekarang aku tau darimana kekuatan besar Jiminnie berasal." Ungkap Sungwoo asal. Dan itu membuahkan tawa di antara mereka.
"Baiklah, kalian agak merapat." Suara sang fotografer menghentikan aksi tawa itu. Buru-buru mereka ambil posisi yang paling baik agar mendapat hasil foto yang bagus.
"Ok. Satu~ dua~ tiga! Katakan Kimchi."
"KIMCHI" Ucap mereka kompak.
Blizt!
Jadilah hasil foto indah dengan posisi dari kiri, ada Ibu, Sungwoo, Junmi, Jimin dan Ayah. Dan mereka terlihat sangat bahagia di foto itu.
.
Setelah sesi pemotretan singkat, keluarga Park undur diri karena kesibukan masing-masing. Jimin dan Sungwoo sendiri sibuk dengan acara kelulusan yang ada di kampusnya. Hingga malam hari dan mereka baru pulang pukul 7 malam.
Dan sinilah mereka, di sebuah trotoar jalan Seoul yang masih ramai. Sengaja berjalan kaki agar menikmati waktu berdua sebelum Sungwoo ikut Trainee.
"Ya, Jiminnie." Panggil Sungwoo. Jimin bergumam sebagai jawabannya. "Kau sudah menemukan pekerjaan?" Tanyanya. Jimin menggeleng pelan. "Belum. Rencananya aku mau istirahat dulu barang seminggu atau lebih. Tapi kalau ada tawaran, akan aku pertimbangkan." Jawab Jimin singkat. Sungwoo menganggukkan kepalanya paham. Dia memandang Jimin lalu tersenyum.
"Jiminnie! Kau mau Ramyeon di kedai biasa? Aku yang traktir." Ujarnya girang. Jimin menoleh dengan mata berbinar sambil mengangguk. "Ayo!" Semangatnya. Belum ada selangkah seseorang menepuk bahu Jimin pelan.
Puk!
"Maaf, bisa aku minta waktu sebentar? 5 menit saja." Melasnya. Jimin menatap Sungwoo. Dia tidak bergeming dan malah menautkan alisnya bingung.
"Baiklah, ada apa?" Tanya Jimin to the point. Seorang lelaki bertubuh besar itu menyodorkan sebuah selebaran pada Jimin.
"Agensi kami akan mendebutkan sebuah Boy Group. Dan kami membutuhkan seorang manager dan tadi aku melihat kalian yang baru saja lulus dengan gelar Sarjana Akutansi." Jelasnya. Jimin membaca selebaran itu dengan cermat. Big Hit Entertaiment? Batin Jimin.
"Bagaimana? Apa kalian mau?" Tanyanya berharap. Sungwoo menunjuk dirinya. "Aku? Tidak. Maafkan aku, bukannya aku menolak, tapi aku sudah dapat pekerjaan." Tolaknya halus. Dan sekarang tatapan mata tampan sang pemuda hanya tertuju pada Jimin.
"Akan aku pikirkan." Jawabnya pelan. Si pemuda melebarkan kurva tampannya.
"Baiklah, kalau kau benar tertarik, datanglah ke agensi kami untuk melakukan sedikit interview dan tanda tangan persetujuan. Terima kasih." Ujarnya lalu pergi meninggalkan Jimin yang melipat selebaran itu dan memasukkanya ke saku celananya.
"Jadi makan Ramyeonnya Princess?" Goda Sungwoo. Jimin tersenyum manis pada teman kecilnya itu.
"Tentu saja Grumpy." Balasnya santai. Sungwoo membelakkan matanya.
"Ya! Dasar kurang ajar! Memangnya wajah tampanku ini mirip kurcaci pemarah itu apa?!" – Sungwoo.
"Kau yang mengibarkan bendera perang mulut terlebih dahulu Tuan Ha." – Jimin.
"Aku tidak jadi mentraktirmu Princess!" – Sungwoo.
"Bedebah kurang ajar!" – Jimin.
.
.
TBC
