Title: Our journey
Genre: Drama, romance
Cast: Xiuhan and other member
Summary: Hanya penggalan kejadian-kejadian berharga dalam hidupku yang ingin aku ceritakan pada kalian. Tentang kami.
XiuHan/Lumin
-TSCBBST-
Aku, seorang Xi Luhan. Bagaimana menurut kalian tentang hidupku? Sebagian mungkin akan berpikir hidupku dipenuhi hal-hal menggembirakan. Pekerjaanku hanya perlu duduk, tersenyum manis dan menjawab pertanyaan, mungkin berakting dan menyanyi. Tak terlalu membutuhkan kerja otak yang berat.
Meskipun begitu, jalan hidupku tak seringan itu. Banyak kejadian menggembirakan dan menyedihkan yang kurasakan. Kejadian dalam hidupku ini menjadi awal dalam segalanya. Pertemuan. Cinta. Sahabat. Kemenangan. Dan perpisahan.
Tapi selain itu, kaulah yang menjadi inti dan semua ini tentangmu.
July 2009
Ini berawal saat kami masih seorang trainee. Beragam kegiatan yang kami jalani membuat kami hampir tak mengenal satu sama lain. Aku mungkin akan sangat berterima kasih pada pelatih sekarang. Berkatnya, aku dapat bertemu denganmu.
"Jadi, namamu Luhan?" dua mata itu bergerak kecil, berusaha meneliti tubuhku dari atas kebawah. Memberi penilaian yang tak kuketahui.
"Hmm, senang bertemu denganmu." Lalu senyum lebar itu terlihat bersamaan dengan tangan yang terulur ke arahku. Aku hanya diam, tak menyambut uluran tangan itu. Tak tau harus bagaimana, dan seperti apa.
Tapi senyum itu semakin bertambah lebar.
"Namaku Minseok." Kau meraih tanganku dan menjabatnya ramah. Wajah itu, sampai sekarang tak bisa kulupakan. Saat pipi gemuk itu terangkat dan matamu semakin menyipit.
"Kau bisa menjadi temanku mulai sekarang." Benarkah? Kalau begitu aku ingin menjadi temanmu. Mulai sekarang dan selamanya. Apa itu terlalu berlebihan?
Lalu tangan yang tadi menjabatku menarikku kesebuah pelukan singkat.
"Senang menjadi temanmu."
Ya, dan senang mendapat pelukanmu.
Dan mulai saat itu, seorang Luhan selalu menempel seperti parasit pada orang yang bernama Kim Minseok.
April 2012
Aku dapat melihat kilatan bahagia dari wajahmu. Senyum itu terus mengembang, dan tanganmu menggenggam tanganku erat.
"Aku benar-benar senang." Aku hanya tersenyum tipis. Aku juga merasakan hal yang sama denganmu Kim. Kau terus tersenyum sembari berjalan sedikit cepat.
"Cepat Luhan. Aku tak sabar melihat teman-teman baru kita." Aku tersenyum sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Benar, teman-teman baru kita.
Saat kau membuka pintu sebuah ruangan, nampak beberapa pemuda yang langsung menoleh. Disinilah pertemuan pertama kami. Saling menyapa dan berkenalan. 12 pria yang berusaha mencapai sesuatu. Misi yang sama dengan tujuan berbeda.
Dan pelukanmu hari itu membuat pikiranku kosong untuk sesaat.
"Tidakkah kau bahagia?"
Tentu aku bahagia.
"Kita akan selalu bersama kan?" senyum tipis kembali hadir diwajahku saat pertanyaan itu keluar dari mulutmu. Aku harap begitu.
Hari ini, kami terbentuk. Dengan 12 anggota. Kumpulan pria yang menamakan diri kami, EXO.
November 2013
Aku menunduk dalam, berusaha menyembunyikan genangan air di mataku. Saat ini kami semua berdiri berdampingan disebuah panggung besar, dengan sebuah piala yang berada ditangan Suho. Aku semakin menunduk mendengar Baekhyun terisak disebelahku.
Apa ini yang senior kami rasakan saat menerima piala kemenangan mereka? Begitu terharu dan merasa sangat dicintai? Menangis dan menetapkan janji untuk memberikan yang terbaik didalam hati? Karna itulah yang kami rasakan sekarang.
Terasa bahagia dan begitu menyenangkan. Aku tak menyangka banyak orang yang mendukung kami diluar sana. Memberi kesempatan pada kumpulan pria dengan banyak kekurangan ini.
Lalu sebuah tangan menepuk pundakku, membuatku menoleh pelan. Kau tersenyum lagi, senyum yang menggambarkan betapa bangganya dirimu saat itu.
"Terima kasih atas kerja keras kalian selama ini." Kali ini aku yang merangkul bahumu, bukankah kau bagian dari kami?
"Tidak. Terima kasih Minseok." Aku mencintai kalian semua yang selalu mendukung kami. Tapi aku lebih mencintaimu Minseok.
December 2013
Aku memandang pantulan wajah seseorang di kaca yang terpasang rapi di lemari kamarku. Wajahnya benar-benar cantik, walaupun pipinya tak lagi segemuk dulu.
"Kau sudah siap?"
Ia berbalik dengan senyum lebar dan mengangguk. Aku berjalan mendekatinya, menggenggam tangannya dan membawanya keluar dari kamarku.
Hingga disinilah kami, didepan pohon natal besar berselimut salju disebuah taman yang cukup sepi dan menenangkan. Angin malam berhembus menerpa kulit kami yang tak tertutupi jaket atau benda lain.
"Luhan, sudah berapa lama kita tak pergi keluar dan menikmati udara seperti sekarang?" aku tersenyum dan menggeleng tak tau. Yang pasti sudah lama sekali kita tak melakukannya.
"Ah, pohon natal ini benar-benar terlihat indah."
Menurutku kau tak kalah indah Minseok.
Kedua tangan itu saling berkaitan didepan dada dan kedua matamu tertutup. Aku hanya diam memperhatikan wajahmu yang terlihat bersungguh-sungguh saat berdoa itu. Apa yang kau minta? Kau terlihat sangat ingin mendapatkannya?
Dan ketika matamu kembali terbuka, saat itulah bibir kita menyatu. Aku tak tau bagaimana bisa, tapi tubuhku seakan bergerak sendiri. Matamu melebar saat aku bergerak melumat bibir atasmu dan tubuhmu mendadak kaku dengan tangan yang masih terlipat didepan dada.
Begitupun saat aku mengakhiri ciuman itu. Wajahmu memerah dengan mulut terbuka. Bibirku secara otomatis melengkung membentuk senyum lembut dan berkata
"Aku mencintaimu Minseok. Jadilah kekasihku dan jangan pernah jauh dariku."
Dan senyumku semakin bertambah lebar saat kau mengangguk dan memelukku.
May 2014
Aku tidak tau apa yang terjadi, semua terasa berlalu begitu saja. Semua kebersamaan kita sebagai 12 pria bodoh terasa tak berguna sekarang. Diruangan ini, ke-12 pria yang menamakan dirinya EXO itu duduk dengan pandangan menatap satu sama lain.
"Aku harap kalian dapat menjadi yang terbaik.."
"Tanpaku."
Semua menatap pria tertinggi diruangan itu. Sebagian dengan tatapan sedih, sebagian dengan tatapan tak rela, dan sebagian lagi dengan tatapan kecewa.
"Tidakkah kita membicarakannya baik-baik kris? Apa kau tidak memikirkan perasaan fans?" Kris menghela nafas pelan.
"Aku tau, aku sudah memikirkannya jauh-jauh hari. Aku tau fans kecewa, marah, bahkan akan memakiku. Tapi inilah jalannya, untukku dan untuk kalian." Aku menatap Tao yang tertunduk. Dia pasti akan menangis. Lihat bahunya yang mulai bergetar.
"Ini dua tahun yang singkat, tapi juga dua tahun yang panjang untukku. Aku benar-benar minta maaf." Bagaimana dengan fans? Aku yakin akan ada air mata untuk hal ini. Apa dengan ini, 12 pria ini tak akan kembali berkumpul? Lalu untuk apa kalimat 'Kami adalah Satu!' yang selalu kami katakan? Apa itu hanya sekedar slogan?
Chanyeol bangkit dengan mata menatap tajam Kris.
"Kau! Aku benar-benar kecewa padamu!" Kris membungkuk dalam. Dan ketika mengangkat wajahnya, kami dapat melihat ketegasan disana.
"Terima kasih atas kerja sama kalian selama ini." Apa itu kata perpisahannya untuk kami?
Pandanganku jatuh pada Minseok yang hanya diam. Pandangannya kosong. Aku tak tau pasti apa yang ia pikirkan.
'Kris hengkang dari EXO'
Dapat kulihat Minseok menutup matanya sambil menarik nafas pelan saat salah satu stasiun TV itu menyiarkan berita tentang Kris. Sudah beberapa jam yang lalu Kris meninggalkan tempat ini, dan dia sama sekali tak beranjak. Masih terduduk di tempat ini walaupun member lain memilih menenangkan diri di kamar maupun di tempat lain.
'Kris sudah menyerahkan tuntutannya kepada pihak SM dan..'
Lihat wajahnya yang semakin kacau. Kenapa? Wajahmu sekarang semakin membuatku terluka. Aku tak suka melihatmu seperti ini. Aku tau kau kuat, tapi jangan pernah menutupi rasa sakitmu didepanku. Tak ada yang tau bagaimana menyedihkan wajahnya saat itu.
"Kau tak boleh seperti ini." Kau menoleh lalu tersenyum. Senyum yang tak kusukai, senyum paksa.
"Benar. Aku tak boleh menangis. Aku adalah yang tertua, aku harus kuat untuk kalian." Itu tidak benar. Kau boleh bersembunyi dibalik gelar member tertua yang kau pegang. Kau boleh terlihat kuat dihadapan yang lain, tapi tidak dihadapanku.
"Fans akan sangat terluka." Aku menatap wajahmu lagi. Aku tau hal itu Minseok. Sangat tau.
"Aku yakin Suho akan menangis." Kau tertawa lirih, suaramu semakin terdengar serak. Lalu bagaimana denganmu?
"Kau tau Luhan, saat kau menjadi yang tertua, tapi kau tak dapat menjaga hubungan baik adik-adikmu. Hanya diam saat salah satu anggotamu melepaskan diri, dan menahan air mata berusaha kuat dihadapan semuanya. Di saat itu aku merasa sangat lemah."
Aku tau.
"Menurutmu, bagaimana rasanya menjadi diriku?" kau menatapku dengan air mata yang menggenang dipelupuk mata.
"Bagaimana rasanya menjadi yang tertua? Bagaimana rasanya melihat adik-adikmu menangis didepanmu tanpa bisa melakukan apapun?"
Rasanya sangat menyakitkan dan aku akan merasa tak berguna.
Kau menunduk saat air itu turun dari matamu. Kau menangis Minseok. Tapi dengan cepat kau menghapus air matamu itu dan tertawa. Bahkan suara tawamu terdengar sangat menyedihkan.
"Benar, aku tak seharusnya menangis."
Kau bodoh Minseok.
Aku menarikmu dan membawamu kepelukanku.
"Jangan bodoh. Aku tau kau yang paling terluka sebagai kakak. Kau boleh terlihat tegar dan kuat dihadapan yang lain, tapi jangan pernah menahan tangismu dihadapanku karna itu semakin membuatku terluka. Kau selalu terlihat kuat, kau juga tetap tersenyum. Tapi aku tau, kau adalah yang paling dikecewakan." Tak ada isakan disana, tapi bahumu mulai bergetar.
" Kau memang bukan seorang Leader, tapi kau kakak yang baik Minseok. Kau berdoa untuk kami, untuk kesuksesan kami, kau siap memberikan bahumu pada kami dan mendengar keluh kami, kau menangis diam-diam dibelakang kami, dan aku yakin doamu untuk kami lebih panjang daripada doa untuk dirimu sendiri. Setidaknya EXO dan fans beruntung memiliki kakak terbaik sepertimu. "
Dan malam itu tangismu pecah. Kau memang tidak menangis meraung, kau hanya terdiam dengan isakan lirih. Sangat lirih bahkan untukku yang berada di sampingmu. Kau berusaha untuk tak menunjukkan rasa sedihmu padaku. Tapi itu semakin membutmu terlihat menyedihkan. Kau menutupi semuanya dengan baik, kau seakan selalu terlihat kuat. Kau memang selalu tersenyum, tapi tak ada satupun dari kami yang tau apa yang ada dibalik senyum itu.
October 2014
Disaat semua sudah kembali bangkit dan melupakan masa lalu, disaat itu aku kembali mengukir luka dan kekecewaan dihati kalian. Aku tau, tapi aku tak memiliki pilihan lain.
Maafkan aku, aku tak bisa menepati kata-kataku dulu. Aku benar-benar tak bisa.
Aku membungkuk dihadapan kalian semua. Senyum tipis hadir di wajahku. Dapat kulihat beragam ekspresi yang sama saat Kris pergi dulu. Perbedaannya hanya satu, ekspresi itu ditujukan untukku.
"Luhan hyung, tidakkah ini terlalu cepat?" diam adalah jawaban yang tepat dariku. Jujur, ini terlalu singkat.
"Kita masih bisa memperbaikinya."
"Maaf." Akhirnya hanya kata itu yang terucap. Ruangan itu kembali hening, tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Aku menatap member yang ada diruangan itu. Suara isakan Tao adalah yang terdengar paling jelas. Sungguh, aku ingin perpisahan ini dipenuhi dengan senyuman.
"Hyung, semuanya belum terlambat." Aku kembali tersenyum tipis.
"Maaf kai, aku sudah menyerahkan tuntutan pada SM dan aku akan segera pergi."
Situasi disini semakin sulit untukku. Tak bisakah kalian tersenyum dan sedikit merasa bangga atas keputusanku? Walau hanya sedikit.
Aku melakukan ini untuk kalian. Aku sudah merasakan kekecewaan yang Kris rasakan dulu. Kuharap setelah aku pergi, kalian menjadi lebih baik lagi.
Lalu kau berdiri, senyum lembut terpapar dari wajah manismu. Walau kekecewaan itu tak bisa kau tutupi. Kali ini kau kembali menahan tangismu. Kau tau, aku membencinya. Dan semakin membencinya karna sadar, akulah penyebabnya.
"Kalau begitu, terima kasih atas kerja samamu selama ini Luhan. Semoga kau menjadi seorang yang lebih sukses setelah ini." Kau membungkuk Sembilan puluh derajat. Kau berusaha menyiksaku dengan berbicara formal seperti itu?
Kau tak mengangkat wajahmu, masih diposisi membungkuk. Aku tau, beginilah caramu untuk menunjukkan rasa kecewamu.
"Maaf jika kau merasa tertekan selama ini, kami akan mencoba melepasmu." Aku benar-benar tak tahan mendengar ucapanmu dan menarikmu kedalam dekapanku.
"Maaf Minseok." Tangismu pecah, kau menangis lagi Minseok. Dan kali ini kau menangis didepan adik-adikmu. Tidakah kau akan menyesalinya?
"Setelah Kris, kau?"
Kalimat itu membuatku tercekat, aku memang mengecewakanmu Minseok. Aku tau, tapi benar-benar tak ada jalan lain sekarang. Semua kalimat yang sudah kususun rapi untuk menenangkanmu serasa lenyap ditenggorokan.
"Maaf." Bisikku berusaha menahan air mata. Aku benar-benar minta maaf, tak ada kata lain di otakku selain kata maaf untuk kalian. Aku sangat tau rasa kecewa yang kalian rasakan.
"Tak bisakah bertahan lebih lama?"
Tidak bisa, segalanya memiliki batas. Dan ini batasnya aku bertahan.
"Mereka baru saja kehilangan Kris Lu, kumohon lebih lama." Bisiknya dengan isakan. Apa yang harus kulakukan agar kau melepaskanku? Kalian bisa bangkit dari Kris, aku harap kalian bisa bangkit dariku.
Akhirnya sebuah ciuman perpisahan menutup perjumpaan kita saat itu, tak peduli walaupun ada member lain yang melihatnya. Kuharap kau tak bersedih lebih lama Minseok. Karena walaupun kita tidak lagi selalu bersama, bukan berarti kita tak dapat kembali bertemu. Kau pria kuatkan? Aku harap beberapa hari kedepan aku kembali menemukan senyum dari wajahmu.
September 2015
Senyum lembut itu mengembang diwajahmu. Senyum yang benar-benar kurindukan. Senyum yang semakin jarang kulihat. Dan senyumku ikut mengembang.
"Lama tak bertemu Minseok." Lalu kemudian dekapan yang juga amat kurindukan itu kembali kurasakan, masih terasa hangat seperti yang terakhir kali. Aku mengecup bibirmu singkat.
"Aku sangat merindukanmu Luhan." Aku tertawa, kau tak tau seberapa rindunya aku padamu Minseok. Mengusap pipinya dan kembali mengecup bibirnya.
"Kau semakin kurus." Aku tak suka melihat pipinya yang semakin tirus. Apa jadwalmu sangat padat dan melelahkan? Kau harus makan lebih banyak dan beristirahat cukup Minseok.
"Fans tak suka melihatku terlalu gemuk."
Benarkah? Menurutku fans lebih tak suka melihatmu kurus. Aku mengaitkan jari tangan kami dan membawanya duduk disalah satu bangku taman itu. Lihat, bahkan jari-jarinya mengecil jauh dari yang kuingat.
"Tidak. Mereka selalu menyukaimu bagaimanapun bentuk tubuhmu. Jadi berhenti melakukan diet." Kau hanya tertawa dan mengusap tanganku lembut.
"Kenapa kau baru mengunjungiku sekarang?" maafkan aku Minseok, apa kau begitu merindukanku?
"Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan dulu."
Kau tau, aku sangat suka saat kau mulai manja padaku. Saat kau menyandarkan kepalamu kebahuku dan memejamkan matamu.
"Aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini."
Aku lebih merindukannya. Tidak bisakah ini terjadi lebih lama? Selalu bersama hampir disetiap kesempatan, membiarkan beberapa fans mengambil gambar kami secara terang-terangan, dan membiarkan beberapa pendukung kami tersenyum bahagia karna mereka dapat melihat kembali kami mengumbar kemesraan. Apa hal itu bisa terjadi lagi?
Ya. Aku akan melakukannya.
"Minseok."
Kau menoleh, melepaskan lenganku tetap dengan senyum manis yang terasa tak akan luntur dari wajahmu. "Ya?"
Aku mengalihkan pandanganku dari wajahnya, memilih mengamati langit yang dipenuhi bintang yang berkelap-kelip kecil menutupi warna hitam langit malam.
"Aku hanya akan mengatakannya sekali. Dengarkan baik-baik."
"Apa?"
Aku tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari jaketku, lalu kembali menatap wajah bingungnya dengan sebuah kotak kecil yang terbuka menampilkan sepasang cincin yang tersimpan rapi didalamnya.
Aku tak ingin berbelit-belit, tak ingin berkata panjang lebar jika memang intinya hanya satu dan singkat. Tak ingin membuat beribu kalimat manis dan membawa perjalanan kami dari awal hingga akhir yang justru akan membuatnya bingung hanya untuk berkata
"Would you marry me?"
.
.
23 June
.
.
Dan inilah akhirnya, akhir yang manis untuk kita semua. Semua tersenyum hari ini, semua berbahagia. Terlebih untukku, untuk Minseok, untuk EXO, dan untuk orang-orang yang mendukung kami.
Untuk hari ini EXO kembali berkumpul dan menjadi 12 orang. Ada Suho, Baekhyun, Kyungsoo, Chanyeol, Sehun, Kai, Tao, Chen, Yixing, Minseok bahkan aku dan Kris. Hal yang kalian idam-idamkan bukan?
Semua orang yang kami sayang dan kami cintai berkumpul dalam satu ruangan dengan senyum mengembang diwajah mereka, bahkan Kris. Pria tampan itu duduk dan membaur diantara kami menjadi satu dengan tamu yang lain, bahkan menjadi satu dengan EXO. Tidakkah kalian bahagia?
Diatas sana, Kyungsoo, Chen, dan Baekhyun memberikan suara terbaik mereka untuk kami. Diiringin dentingan piano merdu dari Yixing mereka mempersembahkan lagu bahagia untukku dan Minseok.
Inilah hari kami, hari dimana aku dan Minseok menjadi satu dalam janji suci, dan sepasang cincin yang melingkar di jari kami adalah kuncinya. Hari yang membayar semua tangis dan kekecewaan selama ini. Hari yang mengakhiri masa kelut kami sebagai sepasang kekasih.
Karena mulai hari ini, kami akan melewatinya bersama.
Kalian mempercayai itu bukan? Kalian akan selalu mengenang dan memperingati hari ini sebagai hari kami. Tersenyum dan bertukar kebahagiaan untuk kami.
Satu kalimat ucapan dari Kris mewakili kalimat ucapan dari yang lain, dan beribu ucapan lain yang kalian sampaikan maupun tidak pada kami adalah doa terbaik untuk kami.
"Minseok."
"Ya?"
"Kau cantik sekali."
"Aku tau."
"Aku mencintaimu."
"Aku tau."
"Lalu?"
"Aku juga mencintaimu tampan."
.
.
.
.
.
Semua kisahku sangat berharga hingga detik ini, semua pengalamanku, semua berkat kalian. Kalian yang selalu ada dan mendukungku walau terkadang keputusanku membuat kalian menangis. Kalian yang selalu berdiri tegak dan merangkul bahuku, kalian yang ikut tertawa dan menangis bersamaku.
Aku tau kisah ini terasa sangat dramatis dan seperti drama romantis yang sering ditonton para gadis remaja, tapi hidup tak selamanya tertawa bukan?
Dan mulai saat itu, satu hal yang selalu hadir dalam doaku. Satu hal yang orang tuaku inginkan. Yaitu, agar Minseok segera hamil dan memberiku seorang anak yang tampan sepertiku atau cantik sepertinya.
Aku sangat berharap kalian mau membantuku meng-Amin kan doa itu. Dan biarkan aku yang mengurus pembuatannya.
Aku mencintai kalian semua.
.
.
END
.
.
Happy Birthday Kim Minseok.
Ini hanyalah sebuah karangan, terlebih khusus untuk dua peristiwa terakhir. Kalau dua peristiwa itu benar terjadi, para Xiuhan shipper akan sujud syukur pastinya. Tapi, apa salahnya berharap? Haha,
Happy Birthday Kim Minseok.
