Genre : Brothership, Romance
Rating : Fiction T
Cast : Heechul, Kangin, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Ryeowook, Kibum, other member and Jung Nari
Disclaimer : All them belong to themselves and GOD.I own only the plot.
Warning : Typos, Geje , Don't like it? Don't read it please.
Summary : "Gwaenchana. Aku juga belum terlalu lama. Jadi, kau yang diutus menemuiku?"/ "Hyung, kenapa kau masih berdiam disana?"/ "Ya! Shindong-ah! Kenapa kau membawa Nari masuk ke dalam kamarmu?"/ "Ah, kenalkan, ini Kim Si Yon, putra sahabat Appaku. Oppa, kenalkan, mereka Eunhyuk dan Shindong."
Surprised
Seorang yeoja imut terlihat tengah duduk di ruang VIP salah satu cafe yang terletak di Myeondong. Yeoja itu terlihat menyesap orange juice yang ada di hadapannya. Sesekali matanya melihat ke arah pintu masuk. Sepertinya yeoja itu tengah menanti kehadiran seseorang.
Tak lama, yeoja itu terlihat mengembangkan senyumnya saat meihat orang yang ia tunggu telah datang. Sebenarnya sedikit tak menyangka jika yang akan datang menemuinya adalah orang yang berjarak beberapa meter darinya saat ini.
"Mianhae, Nari Noona, aku terlambat," ucap namja tersebut.
Nari –atau Jung Nari, yeoja tadi– tersenyum kecil dan mengangguk.
"Gwaenchana. Aku juga belum terlalu lama. Jadi, kau yang diutus menemuiku?"
Namja itu tertawa mendengar ucapan Nari. Belum sempat ia menjawab pertanyaan Nari, seorang pelayan tampak menghampiri mereka dan memberikan buku menu pada namja itu. Setelah melihat-lihat sejenak menu yang ada, namja itu memutuskan untuk memesan segelas ice cappucino. Pelayan tersebut bergegas meninggalkan meja setelah mengulangi pesanan namja itu.
"Kebetulan yang sudah tidak memiliki jadwal hanya aku dan Kyuhyun, Noona. Lagipula, aku yakin, Noona pasti tidak ingin bediskusi dengan Kyuhyun, kan?"
Nari tertawa pelan. Ucapan namja di hadapannya ini memang tak sepenuhnya salah. Ia lebih memilih bicara dengan Kangin dibandingkan sosok Magnae bernama Cho Kyuhyun itu. Nari masih cukup waras untuk bertatap muka Evil yang dimiliki Super Junior itu.
"Sepertinya kau benar, Wookie. Tapi kenapa kau tak ajak Kyuhyun-ah kemari? Aku rasa selama masih ada Hyungnya, Kyuhyun-ah cukup aman."
Ryeowook –namja tadi– kembali tergelak mendengar ucapan Nari. Sepertinya sifat usil dari Magnaenya itu sudah sangat terkenal di kalangan orang-orang terdekat Super Junior. Yah, mengingat Kyuhyun terkadang tak memandang siapa yang akan ia jadikan korban keisengannya.
"Aku memang sengaja tak mengajaknya, Noona. Jadwal Kyuhyun cukup padat belakangan ini. Jadi, lebih baik dia mengistirahatkan tubuhnya disaat jadwalnya sedang longgar."
Nari menganggukkan kepalanya. Dari yang ia dengar dan lihat, Kyuhyun memang terlihat memiliki segudang jadwal beberapa waktu belakangan ini. Entah apa yang dipikirkan Magnae itu.
"Jadi, apa yang ingin Noona bicarakan pada kami? Apa sangat penting sampai-sampai Noona tak ingin Shindong Hyung mengetahui hal ini?"
Nari menegakkan duduknya. Memandang Ryeowook serius walaupun masih dengan senyum manis di wajahnya.
"Begini, Ryeowookie ―"
~ShindongDay~
Kesembilan member Super Junior terlihat mengistirahatkan tubuh mereka di sekeliling ruangan. Mereka baru saja menyelesaikan sesi latihan mereka hari itu. Mengingat mereka masih dalam rangkaian tour mereka, tentu saja mereka harus terus berlatih agar dapat memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang selama ini selalu mendukung mereka.
Heecul yang baru beberapa minggu terakhir ini bergabung kembali bersama Super Junior terlihat masih berusaha menyesuaikan dirinya dengan koreografi dari lagu-lagu di album keenam Super Junior. Walaupun beberapa bulan ini Heechul sudah mulai aktif mengikuti latihan koreografi, tapi tetap saja, masih butuh waktu untuk Heechul menyesuaikan diri.
Dan untungnya, seluruh dongsaengnya sangat membantu Heechul selama ini. Mereka dengan sabar membantu Heechul menguasai setiap koreografi yang ada. Membuat Heechul sangat bersyukur.
"Sudah jam 10 malam. Apa lebih baik kita sudahi latihan hari ini? Ini sudah cukup larut. Beberapa dari kita juga masih memiliki jadwal esok hari. Bagaimana?" tanya Eunhyuk sesaat setelah melihat jam tangannya.
Tak ada yang menjawab pertanyaan Eunhyuk. Bukan karena tak menghargai Eunhyuk, hanya saja, mereka sudah terbiasa membiarkan sosok Hyung tertua mereka untuk mengambil keputusan. Jadi, saat ini mereka mengarahkan pandangan mereka pada Heechul.
Heechul sendiri yang dipandang seperti itu, hanya mengerutkan keningnya.
"Waeyo?"
Kyuhyun menghela nafas mendengar pertanyaan Heechul.
"Menurut Hyung bagaimana jika kita menyelesaikan latihan kita sekarang?" Donghae kembali mengulang pertanyaan Eunhyuk.
Heechul mengangguk paham. Ia mengedarkan pandangannya melihat keseluruh dongsaengnya. Wajah lelah tak dapat disembunyikan oleh mereka saat ini. Ia tersenyum kecil melihat itu. Tanpa diinginkan olehnya, saat ini terbayang dalam benaknya saat-saat mereka latihan dan Leeteuk ada di tengah mereka. Melihat wajah lelah dongsaengnya, Leeteuk pasti langsung menyudahi latihan mereka hari itu. Atau minimal menghentikan latihan mereka untuk beberapa waktu.
"Baiklah. Sepertinya kalian sudah cukup lelah. Hari juga sudah cukup larut, kita sudahi latihan hari ini."
Kedelapan member yang lain mengangguk. Mereka bangkit dari duduk mereka dan mulai membereskan barang-barang yang mereka bawa. Hanya Heechul yang masih tampak terduduk di tempatnya. Ia memandang lekat kesibukan dongsaengnya. Ia menarik nafas pelan. Tidak dipungkiri, Heechul sangat merindukan saat-saat ini. Dua tahun menjalani kewajibannya, membuat Heechul sedikit kehilangan moment-moment seperti saat ini.
"Hyung, kenapa kau masih berdiam disana?"
Heechul mengerjapkan matanya saat mendengar suara Shindong. Heechul hanya mengangkat bahu acuh. Ia juga langsung bangkit dari duduknya dan mulai membereskan barang-barangnya. Shindong sendiri hanya tertawa tanpa suara melihat kelakuan Heechul. Sama sekali tak berubah.
Eunhyuk memperhatikan Hyung dan dongsaengnya yang tengah membereskan barang masing-masing. Ia sedikit mengernyit saat tak menemukan keberadaan Shindong diantara mereka. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Tas milik Shindong masih terlihat di salah satu sudut ruangan itu. Tapi kemana pemiliknya?
Donghae yang melihat sikap Eunhyuk yang aneh segera menghampiri soulmatenya itu. menepuk pelan pundak Eunhyuk untuk menyadarkan Eunhyuk.
"Ada apa, Hyukkie?"
"Ah, kau Donghae-ah. Aku sedang mencari Dongie Hyung. Padahal tadi aku masih melihat Dongie Hyung berbincang dengan Heechul Hyung. Kenapa sekarang menghilang?"
Donghae tertawa pelan mendengar ucapan Eunhyuk. Ia menjitak pelan kepala Eunhyuk.
"Pabo. Shindong Hyung sedang ke toilet. Apa kau tak melihatnya keluar tadi?"
Eunhyuk menggelengkan kepalanya pelan. Ia memang sama sekali tak mengetahui kepergian Shindong.
Tak lama, Shindong terlihat muncul dengan rambut yang sedikit basah. Ia menunjukkan cengirannya saat menangkap tatapan sebal Eunhyuk. Ia tahu, Eunhyuk tadi pasti mencari dirinya. Mengingat sejak Leeteuk wamil, Eunhyuk yang mengambil alih tugas Leeteuk. Memang tidak ada Leader pengganti. Tapi tentu saja mereka tetap membutuhkan seseorang yang mengemban tugas yang biasa ada di tangan Leeteuk. Dan mereka sepakat memberikan kepercayaan itu pada Eunhyuk.
"Hyung, lain kali beritahu aku jika Hyung ingin pergi," sentak Eunhyuk sebal.
"Mianhae, Hyukkie. Aku tadi melihat kau sedang sibuk, jadi aku langsung pergi. Mianhae, ne?"
Eunhyuk mempout bibirnya. Tapi ia tetap menganggukkan kepalanya.
"Cha, sebaiknya kita segera kembali. Setelah sampai di dorm, langsung istirahat. Kyuhyunie, jangan sentuh segala jenis games mu setelah kita sampai di dorm. Besok kau ada jadwal pagi. Aku tak ingin kau terlambat karena susah dibangunkan."
Kyuhyun hanya mengangguk malas mendengar ucapan Eunhyuk. Tentu saja apa yang ia lakukan mendapat hadiah jitakan pelan dari Sungmin yang ada disampingnya. Kyuhyun mendelik sebal pada Sungmin yang hanya dianggap lalu oleh Sungmin sendiri. Tanpa berkata apapun, Sungmin langsung menyeret tangan Kyuhyun untuk menyusul member yang lain.
~ShindongDay~
Shindong terlihat sedang duduk dihadapan laptopnya. Sesekali kepalanya terlihat bergerak pelan. Sepertinya Shindong tengah asyik mendengarkan lagu dari laptopnya itu. Hal itu terlihat dengan tidak sadarnya Shindong saat ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya.
Sosok yeoja yang mengendap masuk ke dalam kamar Shindong itu tersenyum kecil melihat namja dihadapannya. Ia sungguh merindukan namja itu. Sudah cukup lama sejak terakhir mereka bertemu. Walau terkadang ia merasa iri dengan orang lain, tapi ia sangat menyadari kesibukan Shindong. Ia sangat memaklumi hal tersebut.
"Oppa," panggil yeoja itu.
Shindong langsung menolehkan kepalanya saat mendengar suara lembut yang sangat ia kenal. Ia membelalakkan kedua matanya saat melihat kehadiran sosok yeoja mungil itu.
"Nari-ya? Kau – Bagaimana bisa?"
Nari tertawa pelan mendengar Shindong berucap dengan terbata. Shindong pasti sangat terkejut dengan kehadirannya di dorm Super Junior sore ini.
"Oppa tak ingin memelukku?"
Tanpa ditanya dan diminta lagi, Shindong langsung menarik Nari masuk ke dalam pelukannya. Melampiaskan semua rasa rindu yang ia rasakan pada yeojanya ini.
"Kenapa tak bilang jika kau akan kemari?" tanya Shindong begitu melepas pelukannya.
"Tentu saja karena aku ingin membuat kejutan untuk Oppa. Aku sudah sangat merindukan Oppa. Tidak sengaja kemarin aku bertemu dengan Wookie. Dia bilang hari ini Oppa sedikit sengang."
Shindong mengangguk sambil mengacak gemas rambut Nari.
"Jeongmal bogoshippo, chagi."
"Nado, Oppa. Nado bogoshippo."
"Mianhae, ne, aku jarang menemui akhir-akhir ini."
"Gwaenchana, Oppa. Aku mengerti. Oppa kan juga harus memberikan yang terbaik untuk ELF yang selalu mendukung Oppa dan juga Super Junior."
Shindong kembali membawa Nari masuk ke dalam pelukannya. Ia sangat bersyukur memiliki yeoja Jung itu. Nari merupakan sosok yang sangat pengertian. Tidak terlalu banyak menuntut padanya. Ia sangat mengerti bagaimana menjadi yeojachingu dari seseorang seperti Shindong.
Bukan hanya mengerti akan kesibukannya. Tapi juga mengerti dengan semua tuntutan pekerjaan yang Shindong lakukan. Ah, tidak lupa, Nari juga merupakan salah satu orang yang menerima dirinya apa adanya. Entah dirinya sebagai Shindong Super Junior atau sebagai Shin Dong Hee.
"Ya! Shindong-ah! Kenapa kau membawa Nari masuk ke dalam kamarmu?"
Shindong dan Nari langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu kamar Shindong. Disana terlihat Heechul berdiri dengan tatapan tajam. Shindong yang melihat itu hanya mengernyitkan keningnya. Sama sekali tak mengerti maksud dari perkataan Hyungnya itu.
"Waeyo, Hyung?"
"Kenapa kau membawa Nari ke kamarmu? Kau tahu, hal ini bisa menimbulkan skandal."
"Mwo? Kenapa seperti itu, Hyung? Bukankah aku sudah mengatakan kalau Nari adalah yeojachinguku. ELF juga sudah mengetahunya dan mereka sangat mendukung kami berdua," balas Shindong masih tidak mengerti.
"Tapi kau juga tak pernah menunjukkan seperti apa wajah Nari, kan? Hanya kami dan juga orang-orang tertentu yang mengetahui seperti apa Nari."
"Kenapa Oppa terlihat tidak suka dengan kehadiranku disini? Apa aku mengganggu Oppa?"
Nari yang sejak tadi terdiam membalas perkataan Heechul. Ia sama sekali tak merasa takut atau segan pada Heechul. Karena menurutnya kali ini Heechul sedikit keterlaluan.
"Aku? Tidak suka padamu? Jangan bercanda! Aku bahkan jauh lebih cantik darimu," jawab Heechul sinis.
Shindong membelalakkan matanya begitu mendengar ucapan Heechul. Begitu juga dengan Nari. Ia sama sekali tak menyangka, pertemuannya dengan Heechul setelah dua tahun berlalu, malah seperti ini.
"Kau memang jauh lebih cantik dari seorang yeoja, tapi aku sama sekali tak tertarik akan hal itu, Heechul-ssi," balas Nari tak kalah sinis.
Shindong memandang bingung kedua orang dihadapannya yang kini tengah saling melempar deathglare.
"Sudahlah, chagi. Duduklah dulu. Biar aku yang bicara dengan Heechul Hyung, ne?"
Nari mendengus kesal sebelum akhirnya mengangguk menuruti perkataan Shindong.
"Hyung, kita bicarakan ini di luar, nde? Jebal, Hyung."
"Tidak perlu. Aku sama sekali tak berniat untuk melanjutkan perbincangan tadi. Aku menyesal telah mendukun hubunganmy dengan yeoja itu. Hanya wajahnya saja yang menarik, tapi sifatnya sangatlah buruk."
"HYUNG!"
Heechul mendelik tak percaya mendengar Shindong berseru dihadapannya. Selama ini hampir seluruh dongsaengnya menghormati dirinya dan Leeteuk sebagai Hyung tertua disana. Walau mungkin jika pada dirinya, sebagian besar dongsaengnya lebih merasa takut daripada hormat.
Seruan Shindong itu cukup membuat Donghae keluar dari kamarnya. Ia mengernyitkan keningnya saat melihat kedua Hyungnya saling menatap tajam.
"Kau! Kau berani membentakku?" sergah Heechul.
"Hyung sudah keterlaluan. Hyung tak mengenal seperti apa Nari. Hyung tak berhak berkata seperti itu tentang Nari."
Donghae yang memang sama sekali tak mengerti ada masalah apa hanya menatap bingung Heechul dan Shindong.
"Hyungdeul, ada apa?" tanya Donghae.
Heechul mengalihkan pandangannya ke arah Donghae. Donghae sendiri sedikit terkesiap melihat tatapan Heechul yang penuh dengan emosi. Tanpa sadar, Donghae memundurkan langkahnya.
"Kau tidak perlu ikut campur," desis Heechul.
"Hyung! Kau benar-benar keterlaluan. Apa kau tak melihat Donghae yang ketakutan," ucap Shindong yang melihat tubuh Donghae sedikit bergetar.
"Apa aku peduli? Bocah cengeng sepertinya hanya mampu menyulitkan saja."
Shindong baru saja akan kembali membuka mulutnya saat Heechul berjalan melangkah pergi meninggalkan dorm. Shindong hanya mampu menarik nafas melihat hal itu.
"Donghae-ah, gwaenchanayo?"
Donghae tak menjawab. Ia malah melayangkan tatapan tak sukanya pada Shindong lalu melangkah meninggalkan Shindong yang terpaku di tempatnya.
"Mianhae sudah membuat kacau, Oppa. Sepertinya lebih baik aku pulang saja," ucap Nari lirih.
Shindong dapat menangkap suara Nari yang bergetar. Sungguh ia merasa sangat bersalah pada yeoja disampingnya ini.
"Jeongmal mianhae, chagi," sesal Shindong.
"Gwaenchana, Oppa. Mungkin untuk beberapa hari ini lebih baik kita tak perlu berhubungan lebih dulu. Aku rasa banyak hal yang perlu kita renungkan, Oppa. Aku pulang, Oppa."
"Biar kuantar?"
Nari menggeleng pelan. Tanpa berkata apapun lagi, Nari melangkah pelan meninggalkan Shindong.
Shindong hanya mampu memejamkan matanya melihat sosok yang sangat berharga untuknya itu menjauh. Shindong merasa sangat bersalah. Secara tak langsung ia telah melukai hati Nari.
~ShindongDay~
Sejak kejadian hari itu, hubungan Shindong dengan Heechul dan Donghae terlihat berjarak. Mereka tak pernah sekalipun terlihat bertegur sapa. Setiap kali Shindong berusaha mendekati kedua orang itu, maka dengan sengaja Heechul dan Donghae menghindar.
Tentu saja hal yang sangat mencolok itu tak luput dari perhatian member yang lain. Mereka merasa sedikit janggal dengan sikap member yang tinggal di lantai 12. Tak ada sapaan selain saat mereka tengah berada di sebuah acara. Tak ada candaan. Bahkan Shindong modemaker Super Junior terlihat murung.
"Hyung, sebenarnya apa yang terjadi di dorm atas? Kenapa kalian terlihat sangat canggung seperti itu? Apa terjadi sesuatu disana?"
Shindong tersenyum pada Ryeowook sebelum menjawab pertanyaan namja mungil itu.
"Aniyo, Ryeowook-ah. Tak ada apapun yang terjadi. Mungkin Heechul Hyung dan Donghae sedang sama-sama merasa lelah."
"Jeongmal? Tapi hal seperti ini biasanya tidak pernah terjadi, Hyung. Selelah apapun kita, bukankah tidak sampai tidak mau bertegur sapa satu sama lain. Apalagi untuk Donghae yang sama sekali tidak suka sendiri."
"Aku setuju dengan Sungmin Hyung. Lagipula, kenapa Donghae masih mau bicara denganku sedangkan pada Hyung tidak. Atau Hyung sudah membuatnya marah?"
Ucapan Eunhyuk itu secara tak langsung menuduh Shindong melakukan sesuatu yang dapat membuat sahabat ikannya itu marah. Ditambah lagi pandangan menyelidik yang diarahkan Eunhyuk pada Shindong.
"Ya! Jaga bicaramu, Hyukkie!"
Eunhyuk hanya mengangkat bahunya mendengar gertakan Sungmin.
"Aku hanya mengutarakan dugaanku saja. Hyung sendiri juga tahu kan seperti apa Donghae. Aku yakin, ia punya alasan sampai melakukan hal ini."
"Dan belum tentu karena Donghae punya masalah dengan Shindong Hyung. Pikirkan dulu ucapanmu sebelum bicara, Hyukkie."
"Sudahlah, Sungmin-ah. Jangan seperti ini. Kenapa kalian malah seperti ini. Mungkin yang dikatakan Hyukkie benar. Kalian tenang saja, aku akan segera menyelesaikan masalah ini. Kalian kembalilah ke kamar kalian. Ini sudah larut. Aku juga akan kembali ke atas."
Setelah mengucapkan hal itu, Shindong langsung bangkit dari duduknya. Berjalan dengan pelan meninggalkan ruang tengah dorm lantai 11 yang sejak beberapa jam ini menemani dirinya.
~ShindongDay~
"Mianhae aku terlambat, Chagi."
"Gwaenchana, Oppa. Harusnya aku yang meminta maaf karena sudah meminta bertemu dengan Oppa ditengah jadwal padat Oppa."
Sore tadi, Nari mendadak menghubungi Shindong dan mengajak bertemu di Kona Beans. Untungnya Shindong tak memiliki kesibukan apapun selain latihan mereka. Dan lebih beruntungnya lagi, Manager Hyung memberinya izin untuk menemui Nari malam ini. Walau sedikit terlambat.
"Jadi, kenapa kau meminta bertemu malam ini? Apa ada sesuatu yang penting?"
Shindong memandang Nari serius. Ia sangat mengenal sosok yeoja di hadapannya ini. Nari tak pernah mengajaknya bertemu secara tiba-tiba jika tidak ada suatu hal penting yang ingin yeoja itu bicarakan.
Sementara itu, Nari menundukkan kepalanya. Tangannya saling bertaut dibawah meja. Menandakan yeoja mungil itu tengah dilanda rasa gugup dan juga takut.
"Chagi, gwaenchana?"
Shindong mendadak khawatir melihat Nari yang tak kunjung membuka suaranya. Ia hampir beranjak dari duduknya untuk menghampiri Nari ketika Nari mengangkat kepalanya.
"Mianhae, Oppa. Jeongmal mianhae," ucap Nari dengan suara bergetar.
Shindong mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Nari.
"Mwo? Kenapa kau meminta maaf seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Air mata menetes dari wajah Nari. Dadanya terasa sesak hingga sangat sulit baginya menyampaikan alasannya mengajak Shindong bertemu.
"Oppa, aku – aku – aku ingin – kita ―"
Nari terdiam. Ia menangkupkan kedua tangannya dimulutnya untuk mencegah isakannya keluar. Walau sebenarnya sia-sia saja. Nari justru makin terisak. Membuat Shindong langsung menghampiri yeoja itu dan membawanya ke dalam pelukan.
"Ssssttt. Uljima, Chagi. Uljima."
"Hiks ―"
Shindong mengusap pelan punggung Nari untuk menenangkan yeoja itu. Sesekali Shindong mengecup puncak kepala Nari. Menyalurkan kehangatan untuk yeoja yang masih bergetar di dalam pelukannya.
Setelah beberapa saat, Nari mulai sedikit tenang. Ia melepaskan dekapan Shindong padanya. Dan begitu pelukan itu terlepas, Shindong langsung saja membawa kedua tangannya untuk menghapus jejak-jejak air mata di wajah Nari.
"Kau sudah tenang?"
Nari hanya mengangguk pelan. Melihat itu, Shindong tersenyum dan mengecup dahi Nari lama. Nari hanya mampu memejamkan matanya. Mencoba meresapi kehangatan yang ia dapat dari Shindong.
"Jadi, sudah bisa mengatakan ada apa sebenarnya?"
Nari menarik nafas pelan. Ia mengangguk kecil.
"Oppa, mianhae. Jeongmal mianhae. Aku – aku tidak bisa meneruskan hubungan kita."
Shindong terdiam. Mencoba mencerna ucapan Nari. Setelah otaknya berhasil mencerna hal itu, ia langsung menatap Nari yang tertunduk.
"Mwo? Kau – kau ingin kita –," Shindong menelan ludah sebelum mengucapkan satu kata yang sama sekali tak ingin ia ucapkan, "– putus?"
Nari mengangguk pelan. Masih belum berani menatap Shindong. Ia tak ingin Shindong melihat matanya yang memerah.
"Wae? Apa alasannya? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?"
Nari langsung mendongakkan wajahnya. Ia menggeleng kuat.
"Aniyo, Oppa. Aku masih mencintai Oppa. Sangat mencintai Oppa. Aku – aku tidak punya pilihan, Oppa."
Shindong tak bicara. Ia membiarkan Nari menyelesaikan penjelasannya.
"Sebenarnya sejak dua bulan lalu, Appa dan Eomma meminta aku untuk meminta kepastian pada Oppa. Kapan Oppa akan melamarku. Jika Oppa tak segera melakukannya, Appa berencana menjodohkanku dengan putra sahabat Appa. Dan kedatanganku ke dorm beberapa waktu lalu untuk menanyakan hal itu pada Oppa."
Nari terlihat menarik nafas pelan. Dalam benaknya kembali muncul kejadian yang terjadi di dorm saat itu.
"Tapi sayangnya, sebelum aku sempat bertanya, terjadi hal yang sangat tak terduga. Aku sadar, apa yang terjadi saat itu karena kesalahanku. Sepulang dari dorm waktu itu, aku memikirkan semuanya."
Nari menggigit bibir bawahnya pelan. Berusaha menahan air mata yang berlomba untuk keluar.
"Dan tanpa sepengetahuanku, Appa merancang pertemuan keluargaku dengan keluarga sahabat Appa beberapa hari lalu. Appa dan sahabatnya sudah sepakat untuk menjodohkan anak-anak mereka."
Nari tak melanjutkan ceritanya. Ia kini menunduk untuk menutupi wajahnya yang sudah bersimbah air mata.
"Kenapa kau tak menolaknya?" tanya Shindong lirih.
"Hiks – aku – aku tak bisa, Oppa. Mianhae. Hiks – Jeongmal mianhae, Oppa."
Shindong memejamkan matanya. Shindong merasa benar-benar terpukul mendengar hal ini. Masalah di dorm belum selesai. Dan kini ia harus dihadapkan pada kenyataan yang sangat pahit seperti ini.
Shindong menarik nafas berat setelah terdiam cukup lama.
"Apa kau bahagia?"
Nari menatap Shindong dengan wajah memerah. Ia tak menjawab pertanyaan Shindong. Karena ia yakin, tanpa perlu menjawab pun, Shindong tahu jawabannya.
"Nari-ya, jawab aku."
"Tanpa aku menjawabnya, Oppa pasti tahu. Aku hanya bisa bahagia berada disamping Oppa."
Shindong tersenyum miris mendengar jawaban Nari.
"Jika memang seperti itu, kenapa kau tak berusaha menolak perjodohan itu. Aku tahu, selama kita berhubungan kau sudah terlalu sering mengalah dengan segudang kesibukanku. Dengan segala fanservice yang aku berikan untuk ELF. Kau juga sudah cukup bersabar dengan hubungan ini. Dan mungkin kau sudah lelah dengan semua itu."
"Oppa ~"
"Semua tidak akan ada artinya jika hanya aku sendiri yang berjuang mempertahankan hubungan kita. Aku perlu dukungan darimu. Tapi jika memang kau sudah lelah, aku tak bisa berbuat apapun. Aku hanya berharap kau bisa bahagia."
Nari terdiam. Air mata yang sudah berhenti kembali mengalir begitu mendengar ucapan Shindong. Kalimat yang penuh dengan kesedihan.
"Ini sudah malam. Aku akan mengantarmu pulang sekarang. Jangan sampai membuat Jung Ahjushi khawatir."
Shindong beranjak dari duduknya. Ia menatap Nari. Setelah menghapus sisa-sisa air matanya, Nari ikut bangkit dari duduknya.
"Tidak perlu, Oppa. Aku kemari bersama dengan supir. Mianhae, Oppa. Saranghae. Annyeong!"
Shindong tak bergerak. Ia hanya terdiam di tempatnya berdiri. Menundukkan kepalanya. Membiarkan setetes air mata yang sejak tadi ia tahan mengalir.
"Shindong-ah, gwaenchana?"
Shindong mengangkat kepalanya yang tertunduk. Ia menatap sosok yeoja yang memanggil namanya.
"In Yong Noona?"
~ShindongDay~
Shindong merasa sedikit lebih lega setelah mengeluarkan keluh kesahnya pada Park In Yong. Sosok Noona dari seorang Park Jung Soo itu memiliki karisma yang sama dengan adiknya. Membuat Shindong bisa merasakan kenyamanan sama seperti ketika dirinya berbincang dengan Leeteuk.
"Aigo, jadi seperti itu? Pantas saja Nari-ya terlihat begitu kacau setelah keluar dari ruangan ini."
Shindong hanya mengangguk pelan. In Yong menatap simpati namdongsaeng dihadapannya ini. Ya, semua member Super Junior memang sudah dirinya anggap seperti namdongsaengnya sendiri. Sama seperti Jung Soo.
"Percayalah, jika memang Nari berjodoh denganmu, maka kalian akan tetap bersatu di depan altar suci."
Shindong tersenyum kecil mendengar kalimat itu. Walau ia tahu, tujuan In Yong mengucapkan hal itu tidak lebih karena ingin menghiburnya. Tapi setidaknya ia merasa jauh lebih baik.
"Gomawo, Noona. Mianhae, sudah merepotkan Noona."
"Gwaenchana, dongsaeng-ah. Kau dan yang lain sudah seperti dongsaengku sendiri. Aku senang jika bisa membantu kalian," In Yong berucap sambil tersenyum lembut.
"Noona mengingatkanku pada Leeteuk Hyung," gumam Shindong pelan.
"Kau pasti merindukannya, eoh?"
Shindong mengangguk pelan. Dirinya memang sangat merindukan sosok Hyung Malaikatnya itu. Bukan hanya dirinya. Tapi seluruh member Super Junior.
"Bersabarlah. Hanya tinggal satu tahun dua bulan lagi."
"Ne. Ah, Noona, ini sudah malam. Sebaiknya aku kembali ke dorm sekarang. Gomawo Noona sudah menemaniku."
"Gwaenchana. Sering-seringlah kemari jika kalian sedang sengang."
"Ne, Noona. Annyeong!"
In Yong mengangguk kecil. Ia menghembuskan nafasnya melihat kepergian Shindong. Melihat Shindong tidak bersemangat seperti itu, membuat In Yong sedikit aneh. Karena yang In Yong tahu, Shindong adalah sosok yang ceria.
"Cepatlah kembali, Jung Soo-ah. Dongsaengdeulmu sangat membutuhkan keberadaanmu disamping mereka," gumam In Yong.
~ShindongDay~
"Heechul Hyung!"
Heechul yang mendengar ada seseorang yang memanggilnya menolehkan kepalanya ke belakang. Tapi begitu mengetahui jika Shindong yang memanggilnya, Heechul kembali melanjutkan langkahnya.
"Hyung! Jebal! Tunggu sebentar."
Heechul menarik nafas sebal. Sejak kemarin Shindong selalu mengekorinya. Benar-benar mengganggu.
"Mwo?"
Shindong mengatur nafasnya yang sedikit tersengal karena mengejar Heechul.
"Hyung, mianhae, ne? Aku tahu, aku sudah keterlaluan tempo hari. Tapi aku mohon, maafkan aku, Hyung."
Heechul memutar bola matanya malas mendengar ucapan Shindong.
"Kau mengekoriku sejak kemarin hanya untuk ini?"
Shindong mengangguk.
"Aigo, kau benar-benar menggangguku untuk hal yang tidak penting. Memang siapa yang marah padamu, hah?"
Shindong mengerjapkan matanya.
"Bukankah Heechul Hyung marah padaku?"
Heechul memijat pelipisnya. Sakit kepala ia lama-lama menghadapi sikap Shindong.
"Ya! Pabo! Sudah berapa lama kau mengenalku, eoh? Masih tidak mengerti juga. Sebenarnya apa yang kau fikirkan."
Shindong mengusap tengkuknya. Benar-benar tak mengerti dengan Hyung cantiknya ini.
"Jadi, Hyung tidak marah padaku?"
"Jika kau bertanya sekali lagi hal itu, aku akan benar-benar marah padamu."
Shindong mengangguk cepat. Ia tak ingin membuat Heechul marah padanya. Heechul sangat menyeramkan jika sedang marah.
"Sudahlah. Kau menggangguku."
Heechul berlalu meninggalkan Shindong yang tersenyum lega. Satu bebannya sudah terangkat.
"Tinggal bicara dengan Donghae," gumam Shindong.
"Shindong Hyung!"
Shindong menoleh begitu mendengar seruan itu. Tapi belum sempat Shindong melihat siapa yang memanggilnya, tubuh Shindong terhuyung sedikit ke belakang. Untung saja ia bisa menjaga keseimbangannya. Jika tidak, ia yakin dirinya dan seseorang yang dengan seenaknya ini menubruk tubuhnya akan sama-sama terjatuh.
"Ya! Lepaskan!"
"Shireo!"
Shindong terdiam sebentar. Mencoba mengenali suara seseorang yang memeluknya erat ini.
"Donghae-ah?" tanya Shindong ragu.
Sosok yang memeluknya itu mengangguk semangat. Ia melepaskan pelukannya begitu Shindong menyebut namanya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Memelukmu," jawab Donghae polos.
"Bukankah kau marah padaku?"
Donghae menunjukkan cengirannya pada Shindong.
"Kalau soal itu, mianhae, Hyung. Sebenarnya aku tak ingin marah padamu."
"Mwo? Lalu kenapa kau selalu menghindariku?"
Lagi-lagi Donghae menunjukkan cenngirannya.
"Itu – tidak ada alasan pasti sih, Hyung. Aku hanya sedang tak ingin dekat-dekat dengan Hyung saja."
"Ya! Kau ini! Kenapa seperti itu. Kau membuatku bingung. Kau tahu."
Donghae tertawa pelan mendengar Shindong yang bersungut-sungut padanya. Rasanya menyenangkan berhasil menjahili Hyung dihadapannya ini.
"Mianhae, Hyung."
"Hhhh. Ne ne. Lupakan masalah itu."
Donghae mengangguk.
"Kita kembali ke dorm bersama ya, Hyung."
Shindong hanya mengangguk. Ia berjalan bersisian dengan Donghae. Mendengar segala celoteh yang Donghae ucapkan sepanjang koridor.
~ShindongDay~
Keadaan di dorm Super Junior kini sudah kembali normal. Tidak ada lagi rasa canggung diantara member satu dan yang lain. Bahkan, Donghae terlihat lebih sering bermanja pada Shindong sejak dua hari ini. Menimbulkan decakan dari member yang lain.
"Kadang aku merasa lebih baik Donghae bersikap seperti kemarin. Setidaknya walau ia marah tidak jelas, tapi Donghae tidak bersikap childish."
Donghae mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Sungmin.
"Kau benar, Hyung. Aku bosan melihatnya bersikap manja pada Shindong Hyung," sambung Eunhyuk.
"Kenapa kalian yang protes. Shindong Hyung saja tidak protes dengan sikapku."
"Karena Shindong Hyung tidak fokus padamu, Donghae pabo," celetuk Kyuhyun.
"Ya! Kyuhyunie, aku ini Hyungmu."
"Lalu?" sahut Kyuhyun acuh.
Ryeowook yang mendengar jelas ucapan Kyuhyun mengalihkan pandangannya pada Shindong. Tatapan mata Shindong memang terlihat kosong. Sepertinya hanya raganya saja yang ada disana, sedangkan jiwanya entah melayang pergi kemana.
"Dongie Hyung, gwaenchana?" tanya Ryeowook lembut.
Semua member Super Junior yang tengah berkumpul di ruang tangah dorm menolehkan kepala mereka ke arah Shindong. Sedangkan yang ditatap sama sekali tak menyadarinya.
"Hyung, gwaenchana?" tanya Donghae sambil menepuk pelan bahu Shindong.
Shindong terkesiap. Ia memandang tak mengerti dongsaengdeulnya yang menatapnya khawatir. Ah, kecuali Kyuhyunn yang sepertinya kembali fokus dengan layar PSPnya.
"Gwaenchana, Hyung?" ulang Sungmin.
"Eh? Ah, ne, nan gwaenchana," sahut Shindong dengan senyum di wajahnya.
Sebuah senyum yang mereka semuapun tahu jika senyum itu tak tulus dari dasar hati Shindong.
"Apa Hyung masih memikirkan sikapku dan Heechul Hyung?" tanya Donghae.
"Aniyo, Donghae-ah. Aku tidak memikirkan hal itu lagi."
"Lalu kenapa beberapa hari ini Hyung terlihat murung. Bahkan jauh lebih murung dibandingkan saat Heechul Hyung dan Donghae mendiamkan Hyung."
Lagi-lagi Shindong memaksakan sebuah senyum dihadapan dongsaengnya. Berusaha meyakinkan jika ia baik-baik saja. Akhirnya, mau tak mau, mereka semua menganggukkan kepala. Tak ingin memaksa Shindong untuk menceritakan masalahnya.
~ShindongDays~
"Hyung, temani aku membeli keperluan di dorm, ne?"
"Mwo?"
"Ayolah, Hyung, sebelum Ryeowookie marah."
"Tunggu dulu HyukJae. Seingatku dua hari lalu aku baru saja menemani Ryeowookie membeli keperluan di dorm."
"Hehe, kemarin malam aku menghabiskan beberapa camilan yang ada, Hyung. Jadi, jebal, temani aku membelinya. Sebelum Ryeowookie tahu dan marah, Hyung."
Shindong menarik nafas pasrah. Namja dihadapannya ini benar-benar menyebalkan. Kenapa bisa orang yang banyak makan sepertinya masih memiliki tubuh sekecil itu?
"Arraseo."
Eunhyuk hampir melonjak girang mendengar persetujuan Shindong. Tapi ia segera menahannya saat melihat Shindong mendelik padanya. Mereka pun berjalan meninggalkan dorm.
Begitu yakin Eunhyuk dan Shindong keluar dari dorm, Ryeowook, Sungmin dan Kyuhyun keluar dari kamar mereka masing-masing.
"Apa sudah aman?" tanya Ryeowook.
"Sepertinya sudah. Baiklah, it's show time," seru Kyuhyun.
"Aku akan memanggil Heechul Hyung dan Donghae dulu, ne? Kalian lakukan yang bisa kalian lakukan."
"Ne," sahut Ryeowook dan Kyuhyun kompak.
~ShindongDays~
Shindong menatap malas pada Eunhyuk yang sejak tadi sama sekali tak berhenti berkeliling. Hampir dua jam lamanya mereka berdua berkelilling di Hyundai Departement Store.
Kenapa mereka jauh-jauh kesana? Tanyakan saja pada Eunhyuk. Salah satu member Super Junior yang cukup kikir ini mengajak kesana berharap akan dapat diskon. Mengingat Hyundai adalah departement store milik Appa Siwon.
Bosan melihat Eunhyuk yang hanya berputar-putar, Shindong mengarahkan pandangannya ke sekitar. Matanya bergerak melihat ke sekelilingnya. Sesekali melihat sesuatu yang menurutnya menarik. Hingga tatapan matanya tertuju pada satu arah yang membuatnya terpaku.
Disana, hanya berjarak beberapa meter dari posisinya saat ini, Shindong melihat Nari bersama dengan seorang namja yang sama sekali tak ia kenal. Namja itu terlihat mengacak mesra rambut Nari. Nari sendiri hanya mengerucutkan bibirnya diperlakukan seperti itu.
"Hyung, ayo kembali ke dorm."
Eunhyuk mengernyitkan keningnya saat ucapannya tak mendapat respon dari namja dihadapannya ini. Dan kebingungannya semakin bertambah saat dilihatnya Shindong terdiam terpaku menatap ke satu arah. Karena penasaran, Eunhyuk pun mengikuti arah pandang Shindong.
"Omo!" pekik Eunhyuk pelan.
Pekikan Eunhyuk menyadarkan Shindong. Memang tak terlalu keras. Tapi untuk Shindong yang berada tepat disamping Eunhyuk, pekikan namja itu cukup mengganggu pendengarannya.
"Kau sudah selesai?"
Eunhyuk menoleh ke arah Shindong. Bukan menjawab pertanyaan Shindong, Eunhyuk malah menunjukkan wajah khawatirnya.
"Hyung, gwaenchana?"
Shindong tersenyum tipis dan mengangguk.
"Jeongmal?"
"Ne."
Eunhyuk yang tahu jika keadaan Shindong sedang tidak baik, akhirnya memutuskan untuk segera menuju kasir guna membayar semua barang belanjaannya. Dan entah bagaimana awalnya, Nari secara tiba-tiba melihat ke arah mereka berdua. Shindong tanpa sadar menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan Nari. Membuat Eunhyuk menggigit bibir bawahnya.
"Annyeong, Eunhyuk-ah. Annyeong, Shindong Oppa."
Eunhyuk tersenyum canggung melihat hal itu.
"An – annyeong, Nari-ya," balas Eunhyuk.
"Apa yang kalian lakukan disini?"
"Berbelanja. Kebetulan kebutuhan dorm sudah hampir habis."
Nari mengangguk pelan mendengar jawaban Eunhyuk. Ia melirikkan ekor matanya ke arah Shindong yang sejak tadi tak mengeluarkan satu katapun.
"Ah, mianhae, Nari-ya, nuguya?"
Nari mengerjapkan matanya. Ia menatap Eunhyuk yang tengah menatap sosok namja yang sejak tadi berdiri diam disampingnya.
"Ah, kenalkan, ini Kim Si Yon, putra sahabat Appaku. Oppa, kenalkan, mereka Eunhyuk dan Shindong."
"Annyeonghaseyo, Kim Si Yon imnida. Ah, aku tahu kalian. Kalian member Super Junior, kan?"
Eunhyuk mengangguk pelan. Ia sedikit melirik ke arah Shindong. Merasa khawatir sekaligus tak tega pada Hyungnya itu, Eunhyuk memutuskan untuk mengakhiri perbincangan itu.
"Ah, mianhae, Nari-ya, sepertinya kami harus kembali ke dorm sekarang. Kami permisi dulu, Nari-ya, Si Yon-ssi. Annyeong!"
Shindong berjalan mendahului Eunhyuk setelah menyunggingkan senyum kecil pada dua orang dihadapannya.
"Semoga kau bisa bebahagia dengannya, Nari."
Begitu sampai di dorm, Shindong langsung masuk ke dalam kamarnya. Sama sekali menghiraukan beberapa dongsaengnya yang terlihat tengah menyibukkan dirinya di ruang tengah dorm. Ia sungguh merasa lelah. Baik fisik maupun batinnya. Ia sangat butuh istirahat saat ini.
Eunhyuk yang menyusul tak berapa lama setelah Shindong terlihat mengulum senyum. Sepertinya namja hyper itu merasa begitu senang. Dan kesenangannya itu juga disambut baik oleh member yang lain.
"Daripada kau senyum-senyum seperti itu, lebih baik kau membantu kami," celetuk Kangin.
"Ne, Hyung."
~ShindongDays~
Shindong terlihat menggeliat pelan. Ia mengerjapkan kedua matanya. Gelap. Sepertinya ia ketiduran tadi. Dan ia yakin, saat ini sudah malam. Shindong mengambil smartphone miliknya. Melihat jam yang tertera disana.
"Mwo? Sudah hampir jam 12 malam? Aigo, sepertinya aku terlalu lama jatuh tertidur."
Shindong mendudukkan dirinya. Sebenarnya lebih baik jika dirinya kembali melanjutkan tidurnya. Tapi ia merasa lapar. Ia jatuh tertidur sebelum jam makan malam. Dan ia yakin, Eunhyuk pasti menceritakan apa yang terjadi tadi pada yang lain. Hingga mereka tidak ada yang membangunkannya untuk makan malam.
Shindong menyalakan lampu yang ada di meja nakasnya. Setidaknya lampu itu dapat sedikit membantu penglihatannya.
Shindong terpaku saat melihat semangkuk Soondubu Jiggae*. Dibawah mangkuk itu terdapat sebuah kertas kecil. Sepertinya itu sebuah note.
"Aku menyiapkan ini untuk Hyung makan malam. Mungkin saat Hyung terbangun nanti, makanan itu sudah tak hangat. Jadi, Hyung bisa menghangatkannya nanti. Hwaiting, Hyung."
Shindong tersenyum kecil membaca pesan yang ia sangat yakin dibuat oleh Ryeowook. Ia mengangkat mangkuk berisi Soondubu Jiggae itu. Memang sudah tak terasa hangat.
"Hanya mencium aromanya saja membuatku semakin lapar. Ah, lebih baik aku menghangatkannya lebih dulu. Jam segini pasti yang lain sudah tertidur."
Shindong pun berjalan menuju dapur. Berniat untuk menghangatkan makanan yang disiapkan Ryeowook.
Shindong mengerjapkan matanya saat tak mendapati satu pun lampu di dorm yang menyala. Dengan meraba dinding disampingnya, Shindong berusaha mencari saklar lampu. Saat ia menemukannya, matanya kembali mengerjap untuk menyesuaikan diri dengan cahaya. Baru saja Shindong membuka matanya dan hendak berjalan menuju dapur, sebuah –atau mungkin banyak– suara mengejutkannya.
"Saengil chukkae hamnida!"
Shindong hampir saja terjungkal ke belakang begitu mendengar seruan tadi. Belum lagi dua namja hyper Super Junior yang meniupkan terompet dengan sangat kencang.
"Saengil chukkae hamnida
Saengil chukkae hamnida
Saranghaneun uri Shindong
Saengil chukkae hamnida"
Shindong masih terpaku ditempatnya dengan memegang semangkuk Soondubu Jiggae. Sepertinya Shindong masih belum mengerti dengan apa yang terjadi.
"Ayo tiup lilinnya, Hyung," pinta Sungmin.
"Eoh?"
"Aigo, uri Shindong sepertinya bingung, ne? Apa kau lupa kalau hari ini adalah ulang tahunmu?"
"Mwo? Ulang tahun? Memang sekarang tanggal berapa?"
"28 September, Oppa. Baru beberapa menit, sih."
Suara seorang yeoja yang begitu dikenal Shindong membuat fokusnya langsung kembali. Yeoja itu, yang tak lain adalah Nari, terlihat memegang bhirtday cake. Ukurannya sedikit lebih besar dari yang dipegang oleh Sungmin.
"Nari-ya," lirih Shindong.
"Apa Oppa tak ingin meniup lilinnya? Aku dan Sungmin Oppa sudah cukup lama memegang kue ini, Oppa."
"Ne, Hyung. Apa kau tak tahu jika sangat pegal memegang kue ini."
Mengesampingkan semua rasa penasarannya, Shindong menuruti ucapan Nari dan Sungmin. Setelah berdo'a dalam hati, Shindong meniup lilin yang ada di bhirtday cake itu bergantian.
"Saengil chukkae Shin Dong Hee!"
Pekikan dari kedelapan namja dihadapannya membuatnya mau tak mau menunjukkan senyumnya. Ryeowook yang melihat Shindong masih memegang mangkuk langsung mengambil alih mangkuk tersebut.
"Gomawo. Jeongmal gomawoyo."
Mereka semua hanya menjawab perkataan Shindong dengan senyum di wajah mereka. Bahkan Eunhyuk sudah mencuri-curi cream yang ada di bhirtday cake milik Shindong.
"Saengil chukkae, Shindong-ssi."
Shindong seperti kembali ditarik ke alam nyata saat melihat namja yang baru beberapa jam lalu ia lihat bersama dengan Nari. Ia baru ingat jika Nari juga berada di dorm saat ini.
"Gomawo, Si Yon-ssi," balas Shindong sambil tersenyum tipis.
"Oppa, ini hadiah untuk Oppa."
Nari terlihat bergelayut manja pada lengan Shindong sambil menyerahkan sebuah kotak kecil pada Shindong.
"Nari-ya, jangan seperti ini. Tidak enak dilihat Si Yon-ssi."
Nari mengerucutkan bibirnya mendengar penolakan halus Shindong.
"Oppa sudah tidak mencintaiku lagi, ya?"
"Mwo? Jangan bicara yang aneh-aneh, Nari-ya."
"Sudahlah, Nari. Hentikan. Apa kau mau namjachingumu ini semakin salah paham, eoh?"
Nari tersenyum kecil mendengar perkataan Si Yon. Ia memandang Shindong lembut yang sedang menatap tak mengerti ke arahnya. Sedikit menjinjitkan tubuhnya untuk mengecup sekilas pipi Shindong.
"Mianhae, ne, Oppa. Aku tak serius dengan perkataanku tempo hari. Appa tak pernah berniat menjodohkanku dengan siapapun. Appa sangat mengerti jika hanya Shindong Oppa lah kebahagiaanku."
"Mwo? Apa maksudnya?"
"Semua yang kau alami hampir dua minggu ini untuk kejutanmu, Shindong-ah. Heechul Hyung yang bertengkar dengan Nari. Donghae yang mendiamkanmu. Dan juga Nari yang mengatakan jika Jung Ahjushi menjodohkannya."
"Jadi? Semua hanya sandiwara?"
Mereka semua mengangguk serempak.
"Pertemuan kita di Kona Beans itu sandiwaramu?"
Nari tersenyum kecil dan mengangguk.
"Aktingku hebat kan, Oppa?"
"Aigo, kau benar-benar membuatku hampir mati, Chagi. Ah, tunggu, apakah kehadiran In Yong Noona juga rencana kalian?"
"In Yong Noona sama sekali tak tahu menahu hal ini Shindongie. Ia memberitahuku hal ini saat aku menghubungi Eomma. Dan aku langsung mengklarifikasi pada yang lain. Karena aku ingat, sebentar lagi adalah hari ulang tahunmu."
Suara lembut itu. Shindong menatap yang lain satu persatu. Heechul terlihat mengarahkan smartphonenya pada Shindong.
"Leeteuk Hyung?"
"Saengil chukkae, Shindongie. Mianhae, aku tak bisa hadir disana. Aku berdo'a semoga kau selalu sehat. Cepatlah lamar Nari pada Jung Ahjushi."
"Seharusnya aku yang mengatakan itu, Hyung. Gomawo, ne, Hyung."
"Ne, cheonmaneyo. Mianhae, aku tak bisa berlama-lama. Jaga kesehatan kalian. Sukses untuk Super Show kalian selanjutnya. Annyeong!"
Suasana mendadak hening. Sepertinya mereka masih merindukan sosok Leader terbaik yang mereka miliki itu.
"Baiklah, saatnya kita berpesta," seru Eunhyuk memecah keheningan.
"Ah, Eunhyuk-ah benar. Lagipula ini sudah sangat larut. Jangan sampai besok kita terlambat."
Dan tanpa dikomando, mereka semua langsung menyerbu makanan yang ada. Shindong hanya tersenyum melihat semuanya. Sepertinya ia sama sekali tak bermaksud bergabung. Ia menyamankan dirinya di sofa. Mengambil smartphonenya yang beberapa kali bergetar. Melihat pesan yang dikirimkan Yesung, Kibum, Hangeng dan juga kenalannya yang lain.
"Oppa, makanlah. Kudengar dari Ryeowookie, Oppa belum makan malam."
Nari datang membawakan seporsi Soondubu Jiggae yang tadi dibawa oleh Shindong. Shindong tersenyum dan menarik Nari untuk duduk disisinya.
"Gomawo. Walaupun kau membuatku hampir tak bisa bernafas, keundae, aku sangat berterimakasih."
"Ne, Oppa. Mianhae jika aku sedikit keterlaluan. Yang perlu Oppa tahu, aku sangat mencintai Oppa."
"Ne, aku tahu."
Dan dini hari itu dorm Super Junior lantai 12 terlihat begitu berantakan. Hah! Biarkanlah mereka menikmati itu semua. Sebelum mereka kembali disibukkan dengan berbagai jadwal yang terasa mencekik mereka.
~Fin~
*Soondubu Jiggae itu masakan yang dibuat dari ikan segar, sedikit daging sapi, bubuk cabe, tahu sutra dan telur.
Ah, ya, karena saya kurang tahu pastinya berapa umur Nari Eonnie, jadi saya buat Nari Eonnie disini lebih muda beberapa bulan dari Sungmin Oppa, 86line. Jadi EunHae manggil dia tanpa embel-embel Noona, Nari juga manggil mereka tanpa embel-embel Oppa.
Oke, semoga puas dengan FF ini. Sekali lagi, saengil chukkae Shindong Oppa, uri Teddy Bear *plak
Makin langgeng sama Nari Eonnie. Ditunggu undangannya untuk ELF ^^
