Accidentally (1 of 2) -Request dari Namikaze Resta-
Disclaimer: Standard Applied
Warning: M rated. NO UNDERAGE ALLOWED.
.
MENGANDUNG EXPLICIT/HARDCORE LEMON.
.
.
Orihime Inoue menatap pemuda di hadapannya itu. Matanya yang besar berwarna kelabu membulat tidak percaya. Oke, semua ini memang salahnya sendiri, tapi...
Oke, tarik nafas Orihime, buang perlahan... Orihime berkata pada dirinya sendiri dalam hati, meminta agar jantungnya tidak berdetak terlalu kencang.
Gadis berambut kecoklatan panjang itu menggelengkan kepalanya setengah panik, situasi ini tidak baik untuknya. Sebelum Ichigo menyadari keberadaan dirinya di sana ia harus segera pergi untuk menghindari situasi canggung yang sangat mungkin terjadi kalau pemuda berambut jingga itu menyadari bahwa bekas teman sekelasnya itu berdiri di depan pintu kamarnya dan melihatnya tengah...
Orihime menahan nafasnya, ia takut kalau suara nafasnya terdengar, maka Ichigo akan menyadari keberadaannya. Meskipun sepertinya saat ini Ichigo terlalu sibuk dengan dirinya sendiri untuk menyadari suara nafasnya. Tidak sulit untuk menahan nafas di situasi seperti ini. Pemandangan di hadapannya itu sudah cukup untuk membuat gadis berwajah cantik itu untuk lupa bernafas.
Sepertinya seluruh orang di Karakura tahu bahwa Orihime Inoue menyukai, ah tidak, mencintai pemuda bertubuh atletis itu. Semua orang, kecuali pemuda yang bersangkutan, sepertinya dapat melihat betapa dalam gadis itu mencintainya. Sepertinya pemuda yang selalu merengut itu terlalu bebal untuk menyadari perasaan gadis tercantik di sekolah itu.
Meskipun semua orang telah berusaha meyakinkannya bahwa ia seharusnya menyatakan perasaan yang sudah lama dipendamnya itu, Orihime memutuskan untuk menyimpan perasaannya itu dan menguncinya dalam-dalam. Ia tidak memiliki percaya diri bahwa perasaannya akan berbalas. Selama ini, ia pikir pemuda yang dicintainya itu memiliki perasaan pada seorang gadis berambut hitam yang sudah beberapa bulan belakangan ini tidak dapat dilihatnya.
Semenjak kehilangan kekuatan shinigaminya, ada yang berubah pada diri pemuda berusia tujuh belas tahun itu. Orihime tidak dapat menjelaskannya dengan kata-kata, tapi waktu beberapa bulan yang telah mereka lalui semenjak Ichigo kelihalangan kekuatannya itu telah membuat Orihime semakin mengenal dan memahami Ichigo. Semenjak Rukia kembali ke dunianya, Orihime menghabiskan waktu lebih banyak bersama Ichigo. Ia tidak pernah mengatakannya secara langsung pada Ichigo, tapi ia telah berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan semangat pemuda itu dengan caranya sendiri.
Semenjak kehilangan kekuatannya, Ichigo jadi memiliki banyak waktu luang untuk mengerjakan hal lain, seperti kegiatan klub ekstrakulikuler dan kerja sambilan. Sesekali, meskipun sejak kelas dua mereka tidak lagi sekelas, Orihime akan datang ke rumah Ichigo untuk meminjam buku atau sekadar mengantarkan roti-roti yang didapatnya dari toko kue tempatnya bekerja sambilan.
Tadinya, hari ini pun ia berencana untuk mengantarkan roti-roti yang didapatnya dari bosnya untuk Ichigo. Yuzu yang sudah terbiasa dengan kunjungan gadis berdada besar itu pun mempersilahkan Orihime untuk langsung naik menuju kamar kakak laki-lakinya sementara dirinya dan Karin akan meninggalkan rumah untuk urusan masing-masing.
Berduaan dengan Ichigo di rumahnya ketika seluruh anggota keluarganya tengah keluar bukanlah hal baru untuk Orihime, karena itu ketika kedua gadis kembar itu meninggalkan rumah, ia tidak lagi merasa canggung dan segera menuju lantai dua tempat kamar Ichigo berada.
Namun sepertinya ia datang di saat yang tidak tepat.
Tatapan Orihime tertumpu pada pemuda yang hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri itu. Keringat mengalir membasahi wajah dan leher pemuda mantan shinigami pengganti yang telah berkali-kali menyelamatkannya itu. Itu bukan kali pertamanya bagi Orihime untuk melihat Ichigo berlumuran keringat, namun baru kali ini ia melihatnya dalam keadaan, uh, yang sedikit berbeda.
Orihime menggigit bibir bawahnya untuk menahan diri agar tidak mengeluarkan suara. Pipinya bersemu merah. Matanya sejak tadi tidak beralih dari pemuda tampan yang tengah duduk di depan tempat tidurnya dengan tangan tersembunyi di antara kakinya dan celana menggantung di mata kakinya. Mata coklat Ichigo setengah terpejam, napasnya terengah-engah.
Orihime mungkin beruntung karena saat ini Ichigo tidak bisa merasakan reiatsunya, karena saat ini reiatsunya tengah memancar dengan kuat tanpa bisa dikendalikannya sehingga ia sedikit takut bahwa itu akan memancing hollow yang ada di sekitar tempat itu untuk berdatangan.
Gadis yang dianggap sebagai gadis tercantik di sekolahnya itu mencoba untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa ini tidak baik. Ichigo pasti akan merasa sangat malu kalau ia tahu bahwa ia mendapatinya tengah... Ah, bahkan ia tidak bisa mengatakan dengan jelas apa yang tengah dilakukan pemuda itu.
Orihime tengah berdebat dengan dirinya sendiri untuk meninggalkan tempat itu sebelum Ichigo menyadari keberadaannya ketika tiba-tiba Ichigo mempercepat gerakan tangannya. Orihime membelalakan matanya setengah tidak percaya ketika pemuda itu mulai bernapas lebih cepat dari sebelumnya.
Ia menahan nafas saat mendengar suara lenguhan Ichigo. Ia tidak begitu mengerti tapi gadis itu tahu bahwa itu adalah pertanda bahwa sebentar lagi pemuda yang diam-diam dicintainya itu akan mencapai puncak.
Mata abu-abu gadis itu terpaku pada ekspresi wajah Ichigo yang kalau saja ia tidak tahu apa yang tengah terjadi, tampak seperti sedang menahan sakit yang teramat sangat. Hanya saja gadis berambut panjang bergelombang itu tahu, Ichigo tidak sedang kesakitan, tapi...
"I... Inoue..."
Ia tersentak.
Ichigo menyebutkan namanya. Mungkinkah sejak tadi ia sebenarnya tengah membayangkan dirinya? Orihime tidak dapat menghentikan dirinya sendiri. Mendengar pria yang dicintainya menyebut namanya membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sebelum ia dapat menghentikan kakinya, ia telah melangkah ke arah tempat tidur Ichigo.
"K-kurosaki-kun..."
Gerakan Ichigo terhenti. Tubuhnya tersentak saat ia menoleh dan menyadari bahwa gadis yang baru saja disebut namanya olehnya itu telah berdiri tepat di sebelah tempat tidurnya. Tepat saat itu juga, tanpa bisa dikendalikannya, cairan yang sejak tadi tersimpan di dalam tubuhnya melesak keluar dan menyembur dari dalam tubuhnya, memberikan rasa nikmat yang membuatnya melenguh.
"Uh..."
Untuk beberapa detik selama ia mengeluarkan cairan putih setengah kental dari tubuhnya, ia lupa akan rasa malu dan paniknya.
Setelah selesai, dengan nafas terengah-engah dan tubuh lelah setelah keluar, ia terdiam.
"Kurosaki-kun..."
"I-inoue..." ia tidak sempat mengatakan apapun ketika gadis di depannya itu tiba-tiba melemparkan tubuhnya ke arahnya, memeluk lehernya dan mencium bibirnya.
Hanya butuh dua detik baginya sebelum pemuda itu membalas ciuman yang diberikan gadis berwajah cantik itu. Mereka bisa bicara belakangan, ada hal lain yang lebih penting sekarang.
.
.
Author's Note:
-ehem- chapter berikutnya akan full lemon , HARDCORE.
bagi yang belum pernah membaca cerita saya sebelumnya, saya peringatkan, chapter berikutnya tidak untuk konsumsi anak-anak di bawah umur.
Well, see you later!
.
Recchinon.
