Disclaimer: I own nothing here. All of them, belong to JK Rowling, Warner Bros company. I just own the plot.


Hogwarts Express

Harry Potter © JK Rowling

.

.

.

"Yang benar saja," gumam seorang anak perempuan berumur sebelas tahun sambil memutar kedua bola matanya yang berwarna biru laut. Anak laki-laki berambut pirang dan berwajah pucat yang duduk di depannya, mendengar gumaman tersebut dan mendelik padanya.

"Apa?" tanya si anak perempuan tak berdosa. Rambutnya yang cokelat gelap panjang, hari itu dibiarkan terurai. Si anak laki-laki tetap mendelik padanya.

"Kau pikir aku tidak dengar?" tanya Scorpius Malfoy sengit. Ya, dia adalah Scorpius Hyperion Malfoy. Dan, ini adalah tahun pertamanya di Hogwarts. Satu hal yang dia tidak perkirakan adalah, dia akan duduk sekompartemen dengan seorang Eleanor Alice Longbottom.

"Oh, kau dengar. Sori," jawab Elora. Seperti itulah dia biasa dipanggil. Tak ada yang benar-benar pernah memanggilnya dengan nama asli. Dan dia suka hal itu karena menurutnya, nama Eleanor terlalu formal.

"Kau tidak mengerti bagaimana cara minta maaf yang sopan eh, Longbottom?" sindir Scorpius pedas. Elora mendengus.

"Kita diminta untuk berteman. Jadi, hilangkan sikap sok bangsawanmu itu, Scorp," balas Elora tak kalah sengit. Memang kedua ibu mereka menganggap mereka harus berteman, dan melupakan permusuhan konyol orang tua mereka di masa lalu. Elora yang tadinya baik-baik saja disuruh berteman dengan Scorpius, sekarang mendadak menyesal.

Mereka sudah duduk selama satu jam. Tanpa melakukan perbincangan apapun. Bukannya tidak ingin, tapi bagaimana Elora bisa memulai percakapan kalo Malfoy di depannya ini terus-terusan mengeluh?

"Kau ini bisa tidak sih, semenit saja tidak mengeluh?" tanya Elora kesal. Scorpius terkesiap dan langsung diam.

XxoooxX

Tepat pada tengah hari, bersamaan dengan datangnya troli makanan, Elora dan Scorpius mencoba memulai percakapan-normal-tanpa-debat pertama mereka. Yang dapat dipastikan akan gagal.

"Kau mengoleksi Kartu Cokelat Kodok, Scorps?" tanya Elora ringan sambil mencomot salah satu Kacang Segala-Rasa yang ada di meja. "Oh, ini parah! Aku dapat rasa kotoran telinga! Kukira ini karamel!"

Scorpius nyengir. Sedetik setelahnya dia langsung terbahak-bahak. Elora mendengus keras. Lima belas menit berlalu, dan Scorpius masih terbahak-bahak sampai air matanya mengalir. Akhirnya, setelah melihat tatapan membunuh dari Elora, dia langsung menghentikan tawanya.

"Oke, sori Elora. Tapi ekspresimu tadi itu lucu sekali. Ehm. Yeah, aku mengoleksi kartu-kartu itu. Kenapa?" jelas Scorpius. Cengiran masih terlihat di wajahnya. Dia begitu senang seakan mendapat jabatan Ketua Tim Quidditch di tahun pertama.

"Lucu? Dasar tidak sopan. Oh, lupakan saja. Tidak apa-apa, aku cuma bertanya," kata Elora mengangkat bahu. Sekarang memakan Bolu Kuali miliknya. "Ini rasanya lebih baik, deh."

Tapi, setengah jam dari situ, mereka mulai berdebat lagi. Kali ini, sampai kereta berhenti, mereka masih saja berdebat. Semua hal kecil yang salah di mata masing-masing pasti diperdebatkan. Scorpius dan Elora masing-masing berpendapat bahwa ibu mereka mungkin sudah gila karena menyuruh mereka berdua berteman.

"Ini akan menjadi tahun yang panjang," gumam si anak laki-laki berdagu runcing.

"Mum dan Mrs. Malfoy sudah hilang akal," rutuk si anak perempuan sambil merengut.

FIN