===============HANAKO======================
Ini cerita saya yang keempat. Maaf,kalau masih jelek,atau terdapat kesalahan . Untuk itu saran dan kritik senpai-senpai sekalian sangat saya butuhkan :) Lagi mencoba membuat cerita misteri. Nama Hanako diambil dari nama hantu penunggu toilet di Jepang. Wujud hantu terinspirasi dari Kuchisake-Onna . Cara memanggilnya dari Bloody Marry. Saya mix jadi satu :p
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Disclaimer: Naruto bukan punya saya lho yang punya itu Om Masashi Kishimoto
Warning: gaje ,AC, OOC , typo , abal-abal , alur cepat hehe.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
"Kau masih mau mencoba?," ucap gadis cantik berambut hitam yang dicepol dua dengan raut wajah penuh tanda tanya.
"Tentu saja,Tenten." jawab gadis iris green emerald dengan nada percaya dirinya. Dia terus berkutat dengan kesibukan mengaduk milkshake-nya, tanpa memperhatikan wajah cengo keempat temannya.
"Kau gila,pig!,Temari melihat aura negatif disekeliling mu," kali ini giliran gadis pirang, berkuncir ekor kuda bernama Ino,mengeluarkan suaranya dengan nada membentak.
"Keputusanku sudah bulat, Ino. Persetan dengan aura negatif." gadis cantik itu berbalik membentak temannya.
Mendengar namaku disebut-sebut oleh Ino, aku yang sedari tadi mengunci mulutku, memutuskan untuk mengeluarkan suaraku.
"Pikirkan baik-baik Sakura. Sungguh,aura negatifmu sangat besar."
"Kau pernah mengatakan 'aura negatif' kepada Naruto sebelumnya saat dia hendak memasuki tempat itu, buktinya dia masih hidup sampai sekarang, dan dia tidak terluka sedikitpun."
"Ehm.. T-tapi Sakura-chan, Naruto-kun memang tidak terluka atau meninggal,tapi dia mengalami depresi setelah memasuki tempat itu," gadis bermata lavender disebelahku menceritakan kejadian yang dialami oleh kekasihnya 'Namikaze Naruto'.
"Tapi hanya tiga hari kan dia seperti itu. Ah sudahlah,aku tetap akan melakukannya. Ayo kita kembali ke kelas, sudah bel."
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Sakura memang kepala batu, dia selalu ingin melakukan hal yang dia suka, tanpa memikirkan orang lain. Aku memang bisa melihat hal-hal yang berkaitan dengan dunia mistis. Apabila aku melihat aura negatif ditubuh seseorang, maka akan ada hal buruk yang terjadi pada orang itu. Aku juga tidak tau mengapa hal itu bisa terjadi. Berbagai penampakan pun kerap aku lihat. Disekolah, aku sering melihat banyak sekali makhluk-makluk dari dunia lain, berkeliaran dan berhenti tepat ditempat itu. Tempat yang terlarang untuk dimasuki. Bagiku, mereka sama seperti kita, mereka juga punya kehidupan sendiri dan tempat tinggal sendiri. Hidup berdampingan dengan mereka adalah prinsipku. Selagi mereka tidak mengganggu, tidak masalah.
"Sakura, pikirkan kembali rencanamu." aku mencoba merayu Sakura untuk tidak melakukan hal gila tersebut.
"Aku sudah memikirkan hal itu matang-matang, Temari. Kalau kalian tidak mau ya sudah. Aku bisa sendiri, Aku ingin membuktikan siapa pembunuh Karin. Aku ingin melihat wujud si pembunuh brengs*k itu." jawab Sakura dengan nada yang sangat meyakinkan. Aku, Hinata, Tenten dan Ino sudah mencoba merayunya. Tapi tetap saja tidak mempan.
Karin, sahabat karibku meninggal setahun yang lalu, dengan cara mengenaskan ditempat itu. Dimukanya tergores luka sangat dalam. Sementara, kedua matanya hilang dan terdapat celah seperti dipotong oleh benda tajam dimulutnya. Sakura, yang memang sangat dekat dengan Karin,dia sangat terpukul dengan kematian Karin. Dia bersumpah, akan membunuh orang yang telah membunuh Karin. Menurutku yang membunuh Karin,bukan orang, melainkan monster.
"Kalau kalian mau ikut, kita ketempat itu, jam 6. Karena ini adalah malam purnama, sangat bagus untuk melakukannya," lanjutnya lagi dengan ekspresi yang sangat menyakinkan.
Akhirnya, aku menyerah, aku menuruti kemauan sahabatku itu, untuk membuktikan bahwa semua kisah yang beredar itu nyata dan tidak main-main.
"Oke baiklah, baiklah." dengusku dengan nada kesal.
"Te-Te-mari, kau serius?, " Mata ketiga sahabatku terbelalak kaget, mendengar perkataanku.
"Iya, setidaknya aku harus mendampingi Sakura untuk melakukan ritual itu," jawabku yakin.
"Tapi, semua orang yang meninggal ditempat itu selalu meninggal dengan cakaran muka , mata hilang dan mulut menganga, kurang bukti apa lagi hah? Kalau tempat itu berbahaya! " teriak Ino dihadapan kami. Dia mengeluarkan emosinya.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
"Pig,sudahlah, ayo kita pulang. Karin sudah meninggal setahun yang lalu," Ino terlihat ketakutan setengah mati saat kami hendak memasuki tempat itu. Ino, Hinata , dan Tenten memang menemani aku dan Sakura, tapi mereka mengatakan hanya menunggu diluar saja. Kami memasuki sekolah dengan alibi buku ketinggalan kepada penjaga sekolah, Hidan. Dengan berat hati, penjaga sekolah membiarkan kami masuk, dan dengan peringatan jangan memasuki tempat angker itu. Kami hanya mengiyakan, padahal rencana awal kami memang memasuki tempat angker itu.
"Ah, cemen sekali kau, aku tidak bisa tenang, karena Karin terus saja masuk kemimpiku dan menangis minta tolong," jawab Sakura dengan nada mengejek.
"Tidak masalah, aku cemen atau apalah. Yang penting aku selamat!," Ino membentak Sakura. Menurut Ino, Sakura adalah orang ter'sinting' yang pernah dikenalnya.
Akhirnya kami sampai, ditempat yang sangat ditakuti orang-orang. Tempat yang berada dilantai 3, kalau diurutkan dari depan, tempat itu berada diurutan 13. Angka yang sering dibilang angker. Nyatanya, tempat itu memang angker. Sebelum memasuki tempat itu, aku melihat 'mereka' memasuki tempat itu. Tempat itu memang tidak pernah dikunci sejak kematian Karin, hanya ditutup sekedarnya saja. Mungkin, orang-orang itu terlalu takut untuk mendatangi tempat itu. Orang-orang rela berputar, demi tidak melewati tempat itu.
"Sudah 10 orang yang meninggal ditempat itu, dan kalian semua jangan pernah menginjakkan kaki ditempat itu!," Aku teringat larangan Tsunade untuk tidak memasuki tempat itu. Tsunade,selaku kepala sekolah sangat terpukul melihat murid-murid sekolahnya meninggal ditempat itu dengan cara yang sangat tidak wajar.
"K-kau ada melihat sesuatu, Temari?," tanya Hinata kepadaku. Saat ini dia , Ino,dan Tenten sedang berpelukan. Mereka sangat takut untuk memasuki tempat itu. Mereka ketempat ini hanya untuk menemani Sakura, dan tidak mau ambil bagian untuk mengadakan ritual itu. Apalagi semenjak kejadian depresinya Naruto, Hinata sangat anti untuk masuk ketempat itu, melihatnya saja dia tidak mau. Aku yang mengerti keadaan mereka, menyuruh mereka untuk berada diluar. Biar, aku dan Sakura yang berada didalam
Akhirnya, aku dan Sakura masuk ditempat itu. Tidak ada apa-apa. Hanya ada kaca yang besar, wastafel yang tidak terurus, dan 3 pintu toilet. Ya, tempat angker yang telah lama ditakuti orang-orang adalah toilet tua yang tidak terurus. Disaat itu juga, aku menangkap aura negatif pembunuh ditempat itu.
"Sakura, hentikan. Aura pembunuhnya besar sekali disini. Sangat panas,". Memang bulu kudukku merinding saat memasuki tempat ini.
"Kita sudah setengah jalan, Temari!. Ayolah," jawab Sakura . Sekarang kami sedang berdiri dihadapan kaca besar .
Sakura menyalakan air, kemudian bersiap-siap memanggil 'Hanako', hantu yang dipercayai menetap ditempat itu. Aku tidak melihat siapapun yang berada disitu. Makhluk astral yang aku lihat memasuki tempat ini pun tidak terlihat. Bulu kudukku merinding, aura negatif kembali mengelilingi Sakura.
"Menurut buku ini, aku harus sendiri, kemudian menyalakan air dan memanggil Hanako, 3 kali, memejamkan mataku sambil berputar 3 kali juga. That's simple,keluarlah Temari! " ucap Sakura yakin.
"Ini belum terlambat untuk berhenti, Sakura," aku mencoba mencegah niat gilanya, tapi lagi-lagi, dia tetap kekeuh mempertahankan niatnya.
"Tidak,aku tidak mau, tinggal satu langkah lagi, keluarlah." pinta Sakura kepadaku.
"Ya ya ya terserah," jawabku kemudian meninggalkan dia sendiri. Untunglah, pintu tempat itu terdapat lubang kecil, aku tetap bisa memantau Sakura dari luar.
"Temari apakah tidak apa-apa meninggalkan Sakura didalam sendirian?," tanya Tenten kepadaku, wajahnya terlihat khawatir.
"Menurut buku anehnya, memanggil Hanako harus sendirian," jawabku singkat. "tapi didepan pintu itu ada lubang kecil, aku bisa mengawasi dia dari situ," lanjutku sambil menunjuk kearah lubang itu
"Entah kenapa bulu kudukku merinding, saat berada disini," ujar Ino dengan ekspresi wajah ketakutannya.
"Bukan hanya kau, aku juga," Tenten menimpali perkataan Ino.
Aku kemudian mengintip dari balik lubang pintu tempat itu, kulihat Sakura sudah memulai untuk memanggil Hanako. Kemudian, aku mendengar suara yang memanggilku untuk masuk kedalam menemani Sakura.
"Kau yang sedang mengintip kami, masuklah. Kita akan berpesta,"
Langsung saja aku masuk ketempat itu. Aku seperti terhipnotis. Sekilas kudengar, teman-temanku memanggil namaku. Kulihat Sakura hanya mematung memandangi bayangan yang berada di cermin didepan kami. Bayangan wajah wanita yang sangat cantik bak putri. Wajahnya putih bersih, rambut hitam panjang, tengah memandang kearah kami. Dari raut wajahnya, kulihat dia sangat bersedih.
"Watashi kirei? (Apakah aku cantik?),"Tanya wanita itu kepada kami, langsung saja kami menjawab "Ya".
"HAHAHA,beraninya kalian memanggilku,aku sangat membenci wanita cantik seperti kalian ! Aku telah lama menunggu orang yang berani masuk ketempat ini," tawa wanita itu menggema dihadapan kami. Dia kemudian keluar dari cermin. Dia terlihat melepas topeng diwajahnya, wajahnya berganti menjadi sangat menakutkan, matanya melotot, mulutnya menganga lebar dan terlihat darah keluar dari mulutnya.
"Kore demo? (Bagaimana kalau sekarang?)," tanya wanita itu kepada kami lagi.
Langsung saja aku menjawab "Ya,kau cantik,". Bodohnya Sakura, dia malah menjawab "Tidak" kepada wanita itu, langsung saja aku menutup mulut Sakura. Tapi ternyata wanita itu mendengar dan wanita itu marah. Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat wanita itu mencakar muka mulus Sakura, hingga berdarah, cakaran memenuhi wajahnya. Sayup-sayup kudengar teriakan Sakura,"KYAAAAAAAA, Temari tolong aku, sekarang aku sudah tau siapa yang membunuh Karin, tolong-," ucapan Sakura terputus saat wanita itu memotong mulut Sakura sehingga menyerupai miliknya dengan gunting, dan mencabut kedua mata Sakura. Kami-sama, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, sahabat baikku tengah dihabisi oleh wanita hantu itu. Aku tidak bisa berteriak karena lidahku kelu. Aku yakin, Sakura sudah tidak bernyawa, tubuhnya terbaring didekat wastafel. Aku menangis saat itu, wanita itu kemudian mencakar wajahku. Kemudian, semuanya gelap.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
"Kau nekat, Temari," ucap pria berambut hitam, dikuncir tinggi ala samurai, yang sedang mengenggam tanganku, dia berada disamping tempat tidurku. Memandang dengan tatapan sendu.
Aku yakin 100% kalau aku sedang berada dirumah sakit. Tempat yang amat kubenci. Aku merasakan perih yang amat sangat dari pipi hingga di sela mulutku akibat diserang oleh Hanako tadi.
"M-ma-," ucapku terputus, untuk menggerakan mulutku saja,aku tidak bisa. Luka ini sangat menyakitkan.
"Sudah, jangan berbicara dulu, aku senang kau selamat," ucap pria itu sambil membelai rambutku. Ya, dia adalah Shikamaru, kekasih pemalasku. Kemudian, aku melihat, Jiraiya, wakil kepala sekolah, masuk keruanganku, dan berbicara kepada Shikamaru.
"Bagaimana keadaan Temari,? jenazah Sakura sudah dibawa kerumah duka, sementara Ino, Tenten, dan Hinata, sudah sadar, dan mereka sudah pulang."
"Dia sudah sadar, tapi dia masih belum bisa berbicara, nanti saja mengorek informasinya," ucap Shikamaru santai dengan wajah malas yang menjadi ciri khasnya.
"Baiklah..Baiklah, sekarang aku akan menghadapi media yang dari tadi sudah menunggu," ucap Jiraiya kemudian keluar meninggalkan kami.
Apa ? Sakura meninggal? Hatiku sakit mendengar sahabatku telah tiada. Yang paling menyakitkan adalah dia dihabisi dan meninggal didepanku.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Hari ini pemakaman Sakura. Akhirnya, aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kulihat Sasuke, kekasih Sakura, menangis. Baru kali ini aku melihat pemuda sedingin itu menangis tersedu-sedu seperti ini. Akupun tak kuasa menahan air mataku, dan aku menangis dipelukan kekasihku.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
"APA YANG KALIAN LAKUKAN WANITA BODOH! SUDAH AKU BILANG JANGAN MEMASUKI TEMPAT ITU,KALIAN AKAN MENAMBAH MASALAHKU!," Saat ini kami sedang berada diruang kepala sekolah, dan diceramahi Tsunade habis-habisan.
"Kami hanya menemani Sakura," jawab Ino sambil menunduk.
"Kembali kekelas kalian,hukuman kalian menyusul, setelah itu Jiraiya akan mengintrogasi kalian." perintah Tsunade, kali ini dengan nada melembut. Kulihat dari wajah Tsunade, dia stress berat. Bagaimana tidak? Murid yang berada disekolah yang sedang kau pimpin, meninggal dengan cara mengenaskan. Selama 5tahun berturut-turut.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
"Temari,bagaimana keadaanmu," tanya Tenten kepadaku, ketika kami sudah berada dikantin.
"Sudah mendingan, walau agak nyeri," ucapku datar, sambil meminum jus apelku. Walaupun luka dikedua pipiku belum hilang, aku bersyukur karena sekarang aku bisa bicara.
"Aku tidak percaya pig telah tiada, aku menyesal, karena tidak berusaha keras mencegahnya," . Terdengar nada sedih dari Ino, walaupun dia sering bertengkar dengan Sakura, tapi dia menyayangi gadis itu.
"Sudahlah Ino, kita sudah berusaha mencegahnya, tapi memang Sakura itu keras kepala," ujar Tenten sambil menenangkan Ino.
"Hey," sapa pemuda berambut hitam, berkulit pucat, menyapa kami, kemudian duduk dimeja kami, dan mengambil bangku disamping kekasihnya, Ino, bersama dengan teman-teman satu gengnya minus Sasuke.
"T-temari bagaimana keadaanmu,?" tanya pemuda berambut orange kepadaku, wajahnya terlihat kaget saat melihat keadaanku.
"Aku baik-baik saja,Naruto," jawabku singkat sambil memakan makananku.
"Apa dia mencakarmu,?,".
"Kau tahu tentang dia?," tanyaku penasaran. Kulihat teman-temanku saling bertatapan, karena tidak mengerti arah percakapan kami.
"Tentu saja, kau lupa aku pernah ketempat itu kan?," jawab Naruto santai sambil merangkul kekasihnya, Hinata.
"Dia siapa?," Kali ini Neji yang sedari tadi diam, membuka suara.
"Hanako," jawabku singkat.
"N-nani, dia benar-benar ada?, Kupikir cuma legenda masa lalu sekolah kita," jawab Neji terlihat kaget.
"Ya," jawabku dan Naruto bersamaan.
"Katakan,apa yang terjadi malam itu," pinta Shikamaru kepadaku, diiringi anggukan dari anak-anak yang lainnya.
"Katakan dulu, siapa yang menemukan kami malam itu," ucapku ketus.
"Yang menemukan kalian, Hidan, penjaga sekolah. Dia curiga karena kalian tidak kunjung kembali," Sai menjawab pertanyaanku.
Kemudian, kulihat Sasuke hendak melewati meja kami. Wajah dingin yang menjadi ciri khasnya terlihat, namun wajah sedih karena kehilangan sang kekasih, tidak bisa dihilangkannya.
"Teme," panggil Naruto kepada Sasuke, dan memberi isyarat kepada Sasuke untuk segera bergabung bersama kami.
"Aku tidak sudi, bergabung bersama wanita pembunuh Sakura," jawabnya ketus sambil menunjuk kearahku.
"A-apa?," aku kaget setengah mati mendengar jawaban dari Sasuke. Aku? Aku? Pembunuh Sakura, bagaimana bisa.
"Kau pasti membunuh Sakura, karena kau satu-satunya orang yang berada didalam tempat itu," Sasuke kemudian meninggalkan kami.
"Jangan dipikirkan Temari, mungkin Sasuke masih bersedih karena kehilangan sosok kekasihnya," jawab Tenten menenangkan aku.
"Sakura sukses memanggil Hanako, dia itu wanita yang cantik, tapi lama kelamaan dia menjadi wanita menyeramkan, dengan kuku yang tajam, dia mencakar wajah kami," aku menjelaskan, menarik nafas sesaat, "dia memberikan dua pertanyaan yang sangat simpel, dia bertanya apakah dia cantik? Aku menjawab kedua pertanyaan itu dengan ya, sementara Sakura menjawab pertanyaan yang kedua dengan tidak, aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik, tanpa kalian melihat sendiri," lanjutku dengan nada meyakinkan.
"Aku hanya mendengar teriakan Sakura, kemudian kami bertiga pingsan, dan saat kami sadar, kami bertiga sudah berada dirumah sakit," ujar Tenten menceritakan apa yang dialaminya malam itu.
"KONAN! KONAN MENINGGAL, MAYATNYA SANGAT MENGENASKAN, DITOILET LANTAI 2!," teriak Rock Lee yang membuat seisi kantin kaget.
"Lantai 2? Bukannya toilet yang angker itu dilantai 3?,"
TBC
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Gaje yak :D lagi ngetik Temari la fea , langsung dapat ide buat bikin cerita misteri. Review yaaah ;D
