A/N : Ini FF sequel Onesided Love, jadi buat yang belum baca FF itu disarankan baca dulu, biar lebih ngerti ceritanya xD
His Second Chance
Pairing : Yewon, slight!Siwon/Jiyeon
Rate : T
Disclaimer : Yewon belong to each other :p
Summary : Siwon yang meminta Yesung untuk memberinya kesempatan kedua dan berjanji akan memperbaiki semua kesalahannya. Tapi yang dia lakukan hanya membuat semuanya semakin buruk.
Warning : Jumping time gila-gilaan (?) dan hal-hal tidak wajar lainnya xD
A Yewon fanfiction © 2013 by fairy_siwoonie
.
.
~ HAPPY READING ~
.
.
I said to you that you're the one I love
I promised you that I'll pay for all of the pains that I've given to you
I was so glad to have you smile
So I promise to myself I'll always keep it on
.
.
"Kim Jongwoon-sshi, apakah kau mengakui di hadapan Tuhan bahwa kau bersedia dan mau menerima Choi Siwon sebagai pendampingmu satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidupmu?"
"Aku bersedia,"
"Apakah kau bersedia mengasihinya sama seperti kau mengasihi dirimu sendiri, mengasuh dan merawatnya, menghormati dan menjaganya dalam keadaan susah dan senang, dalam keadaan kelimpahan atau kekurangan, dalam keadaan sakit dan sehat serta setia kepadanya seumur hidupmu?"
"Aku bersedia,"
"Apakah kau bersedia menjaga kesucian perkawinanmu ini sebagai suami yang setia dan takut akan Tuhan sepanjang hidupmu?"
"Aku bersedia,"
Siwon melirik Yesung yang berdiri di sampingnya. Suara tepuk tangan menggema di ruangan utama gereja yang di-design serba putih itu, menyambut jawaban Yesung atas pertanyaan terakhir dari sang pastor yang memimpin acara pernikahan mereka. Hari ini, tepat dua tahun setelah kejadian menyakitkan itu berlalu, akhirnya ia memutuskan untuk meresmikan hubungannya dengan Yesung melalui ikatan pernikahan. Memang tidak banyak yang datang menghadiri acara pernikahan itu. Hanya beberapa keluarga Siwon dan orang-orang terdekatnya.
Mereka sengaja memilih gereja di samping panti asuhan tempat mereka tinggal dulu sebagai tempat untuk melangsungkan pernikahan. Selain karena tempat itu menyimpan banyak kenangan masa kecil mereka, keduanya juga sudah sepakat untuk merahasiakan pernikahan ini dari orang luar. Mereka rasa tidak akan ada orang yang tahu jika mereka menikah di tempat yang jauh dari pusat kota seperti ini, tentu saja kecuali orang-orang yang memang sengaja diundang untuk menjadi saksi mereka. Lagipula bagi mereka yang terpenting adalah sekarang mereka bisa saling memiliki seutuhnya.
Mereka memang saling mencintai. Tetapi biar bagaimana pun pernikahan sesama jenis memang belum sepenuhnya legal di Korea Selatan. Tidak ada yang tahu resiko seperti apa yang akan mereka hadapi di depan sana jika mereka nekat melakukan pernikahan secara terang-terangan. Apalagi mengingat posisi Choi Siwon yang sekarang sudah menjadi presiden direktur di perusahaannya menggantikan Mr. Choi, mereka tentu harus lebih berhati-hati. Karena apapun yang dilakukan Siwon pasti akan langsung menjadi sorotan publik dan tentu saja juga akan berpengaruh terhadap reputasi perusahaan.
Siwon dan Yesung juga cukup beruntung karena Mr. dan Mrs. Choi sama sekali tidak keberatan dengan pernikahan itu. Mereka justru sangat mendukungnya. Selain karena bagi mereka kebahagiaan Siwon adalah prioritas utama, mereka juga sudah menganggap Yesung seperti anak mereka sendiri.
"Demikianlah, Choi Siwon dan Kim Jongwoon telah resmi menjadi pasangan baru. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak dapat diceraikan manusia," suara pastor itu kembali menggema di seluruh ruangan, menyelesaikan pemberkatannya.
Siwon mengulurkan tangannya meraih jemari Yesung, membuat namja manis itu menoleh kearahnya. Iris secerah caramel di hadapannyaitu memang telah kehilangan kemampuannya untuk melihat, namun setidaknya ia tak lagi menemukan ada luka di sana. Dua tahun terakhir ini ia berusaha sebaik mungkin untuk menepati janjinya, menjaga dan membuat Yesung bahagia. Dan sepertinya ia telah berhasil menghapuskan luka yang dulu pernah ia torehkan di hati namja bernama asli Kim Jongwoon itu.
Cairan hangat itu mulai membuat jalannya di kedua pipi Yesung. Namun dengan senyuman yang tak pernah pudar menghiasi wajah manisnya sedari tadi, tentu saja semua orang tahu bahwa itu adalah tangisan bahagia. Ia sungguh merasa telah meraih puncak dari kebahagiaannya. Akhirnya Choi Siwon resmi menjadi miliknya di hadapan Tuhan.
Siwon menangkupkan tangannya di pipi kiri Yesung, menuntun wajah manis itu untuk semakin mendekat kearahnya, menghapus jarak di antara mereka sebelum akhirnya kedua bibir itu bertemu dalam sebuah ciuman lembut.
Suara tepuk tangan kembali terdengar riuh, mengiringi air mata Choi Siwon yang perlahan ikut menetes.
"Saranghae,"
.
.
~ 예 원 ~
.
.
Malam itu langit tampak begitu cerah, menambah indah suasana hati dua orang namja yang tengah berdiri di atas balkon rumah baru mereka. Sang namja tampan tampak memeluk erat si namja manis yang baru beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya. Jujur saja ia sedikit menyesal kenapa ia tidak menyadari perasaannya lebih awal. Jika dulu ia bisa lebih peka sedikit saja, mungkin tidak ada yang harus dikorbankan. Namja yang dicintainya itu pasti juga tidak akan kehilangan pengelihatannya seperti sekarang ini.
Tapi semua sudah berlalu. Tidak ada gunanya juga ia menyesali apa yang telah terlanjur terjadi. Bukankah lebih baik ia menebus semua kesalahannya daripada harus terus menerus meratapinya? Waktu tidak akan bisa diputar kembali. Ia tidak akan bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Namun paling tidak Tuhan masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki.
"Terima kasih, Siwon-ah,"
Siwon yang tadinya tengah asyik memandangi bintang di langit langsung menundukkan wajahnya begitu mendengar namja manis dalam dekapannya berbicara.
"Untuk?" ia bertanya seraya menyandarkan dagunya pada bahu namja manisnya.
"Untuk masih mau menerimaku dalam keadaan seperti ini,"
Siwon tersenyum seraya mengecup puncak kepala Yesung dengan lembut.
"Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, Yesung-ah. Aku yang sudah membuatmu menjadi seperti ini. Aku pantas untuk mendapatkan hukuman dan kebencian darimu. Tapi apa yang aku dapatkan? Kau justru memberiku kesempatan kedua dan mengijinkan aku untuk menebus semuanya. Aku tidak akan pernah bisa merasa lebih bahagia dari ini,"
"Kau adalah namja yang sempurna, Siwon-ah. Kau tampan, pintar, kaya dan memiliki segala yang diimpikan oleh semua orang. Kau pasti bisa mendapatkan siapapun yang kau inginkan," Yesung berkata sambil terus memandang kosong ke depan.
"Tapi hanya kau yang aku inginkan. Aku tidak menginginkan siapapun selain dirimu. Hanya kau yang bisa membuatku merasa sebahagia ini. Jadi berhenti berpikir bahwa kau ini adalah namja yang beruntung karena dicintai oleh orang sepertiku, karena kenyataannya akulah yang seharusnya merasa paling beruntung di sini. Tidak akan ada orang lain yang mampu memberikan cinta seperti yang kau berikan padaku," ujar Siwon seraya mengeratkan pelukannya.
Air mata Yesung kembali jatuh menetes, membasahi punggung tangan Siwon yang melingkar di pinggangnya.
Siwon tersenyum. Diputarnya tubuh mungil Yesung, membuat namja manis itu menghadap kearahnya.
"Kau jadi sering menangis sejak bersamaku," ujar Siwon seraya menghapus air mata di kedua pipi Yesung, masih dengan senyuman hangat yang menghiasi wajah tampannya, "Dimana Kim Jongwoon yang dulu mengatakan dirinya adalah seorang bad boy, huh? Kau bahkan tidak pernah menangis ketika dosen menghukummu karena kau sering terlambat, membolos atau saat kau ketahuan tidur di kelas,"
Yesung mengangkat tangannya, menggunakan instingnya untuk memukul kepala Siwon, membuat namja tampannya itu mengerang kesakitan.
"Aku menangis karena bahagia, ppaboya!" seru Yesung sambil mengerucutkan bibirnya.
Siwon kembali tersenyum lembut. Yesung mungkin memang tidak bisa melihatnya, namun ia tahu namja manis itu dapat merasakan senyuman yang ia janjikan hanya akan ia berikan untuk seorang Kim Jongwoon.
"Terkadang aku merasa menjadi orang yang paling buruk di dunia, Yesung-ah. Aku sudah membuatmu kehilangan masa depanmu, tapi kau justru masih mengijinkan aku untuk menjadi bagian dari hidupmu yang telah aku hancurkan,"
Yesung menuntun tangannya untuk menangkup wajah tampan Siwon seraya mengulas sebuah senyuman, "Dengan memilikimu sebagai suamiku di sini aku sudah merasa sangat bahagia, Siwon-ah. Aku tidak memiliki waktu untuk mengingat saat-saat menyakitkan itu. Kau tidak perlu meminta maaf padaku setiap saat seperti ini, yang perlu kau lakukan adalah tetap berada di sisiku sampai Tuhan yang memisahkan kita,"
"Aku bahkan tidak akan tinggal diam meskipun Tuhan yang memisahkan kita," ujar Siwon membuat Yesung tertawa pelan.
"Lalu apa yang akan kau lakukan, huh? Memohon pada Tuhan untuk menyatukan kita lagi, begitu?"
Siwon mengangguk, "Kalau Tuhan tidak mau mengembalikan kau padaku, maka aku akan memohon padanya untuk membawaku ikut bersamamu,"
Yesung memukul dada Siwon pelan, "Kau membuatku ingin menangis lagi, bodoh!"
"Selama itu adalah air mata bahagia, aku akan dengan senang hati membuatmu menangis setiap hari. Aku tidak mau lagi melihatmu menangis karena terluka. Aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu. Bahkan jika aku harus mengorbankan semua yang aku miliki untuk memberimu kebahagiaan, aku pasti akan melakukannya. Karena bagiku kau adalah yang paling berharga,"
Yesung memeluk Siwon, membenamkan wajahnya pada dada namja tampan itu, "Berjanjilah kau tidak akan pernah meninggalkanku, Siwon-ah. Aku tidak mau sendirian lagi. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan pada hidupku kalau kau tidak ada di sampingku,"
Siwon membalas pelukan Yesung dengan lebih erat, "Aku berjanji,"
.
.
Everything was going on just fine
Until that day when finally I realized that keep all the promises is not as simple as I thought before
.
.
"Jadi bagaimana, Yunho-sshi?" tanya Siwon dengan menatap namja di hadapannya penuh harap.
Namja yang dipanggil Yunho itu mengangguk samar, "Aku rasa ini proyek yang cukup menguntungkan,"
Siwon tersenyum lebar, "Jadi?"
Yunho ikut tersenyum, "Aku akan berinvestasi di perusahaanmu,"
Siwon langsung mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Yunho, "Terima kasih, Yunho-sshi. Aku pastikan kau tidak akan kecewa telah mengambil keputusan ini," ujarnya meyakinkan.
"Aku juga berharap begitu,"
Prang!
Siwon dan Yunho yang tengah duduk di ruang tengah lantai dua tersentak kaget begitu mendengar suara sesuatu yang bisa dipastikan terbuat dari kaca terjatuh dan pecah. Mereka sontak menolehkan kepalanya untuk kemudian menemukan Yesung tersungkur di lantai dengan serpihan vas bunga berukuran besar di sekelilingnya.
"Yesung!"
Siwon langsung bangkit dari kursinya dan berlari menghampiri Yesung.
"Yesung-ah, kau baik-baik saja?" tanya Siwon dengan wajah cemas seraya membantu Yesung bangkit.
Yesung tersenyum seraya menggeleng cepat, "Aku tidak apa-apa, Siwon-ah. Aku hanya kurang hati-hati,"
"Ck, kau ini selalu saja menyakiti dirimu sendiri," gerutu Siwon sambil meraih tangan Yesung yang terluka karena terkena serpihan kaca.
"Ini siapa, Siwon-sshi?" suara Yunho yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya membuat Siwon tersentak.
Yesung mengangkat wajahnya, menggunakan insting yang ia miliki untuk mencari darimana suara itu berasal, "Aku—"
"I-ini.. temanku," jawab Siwon gugup, membuat senyuman di wajah Yesung perlahan memudar.
"Ah," Yunho mengangguk, "Aku kira dia kekasihmu," lanjutnya seraya tertawa pelan.
"Tentu saja bukan!" sahut Siwon cepat, "Dia hanya temanku. Dia tidak memiliki keluarga lagi, jadi aku memintanya untuk tinggal di sini bersamaku,"
Yesung menarik tangannya dari genggaman Siwon seraya mencoba berdiri, "Maaf aku sudah mengganggu pembicaraan kalian. Aku permisi," ujarnya sebelum kemudian setengah berlari menuju kamarnya.
"Akh!"
Siwon melebarkan matanya begitu melihat Yesung hampir saja kembali jatuh saat tanpa sengaja lututnya membentur pot bunga yang berada di samping kamar mereka.
"Yesung.."
Yesung meraih dinding di sampingnya sebagai pegangan untuk membantunya berdiri, "Aku tidak apa-apa," Ia berujar sebelum kemudian kembali berjalan masuk ke kamar dan menutup pintunya dari dalam.
"Apa dia buta?" tanya Yunho, membuat Siwon kembali tersentak.
Siwon mengangguk kecil, "Dia mengalami kecelakaan dua tahun yang lalu,"
"Ah, kasihan sekali," gumam Yunho sembari berjalan menuju sofa, "Sepertinya aku harus segera pergi, Siwon-sshi. Aku masih memiliki janji dengan Tuan Park," ujarnya seraya mengemasi barang-barangnya.
"Ah, baiklah. Terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk datang ke sini," ucap Siwon sembari tersenyum.
Yunho balas tersenyum, "Semoga kerjasama kita berjalan dengan lancar," ujarnya seraya mengulurkan tangan.
"Tentu saja," sahut Siwon sambil menyambut uluran tangan Yunho.
Begitu Yunho pergi dari rumahnya, Siwon langsung bergegas masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Yesung tengah berdiri di samping jendela kamar mereka dengan bahu bergetar. Luka di tangan dan lutut Yesung juga masih terlihat mengeluarkan darah, dimana artinya namja manis itu belum mengobatinya.
"Yesung-ah," panggil Siwon seraya berjalan menghampiri Yesung. Ia bisa melihat namja manis itu sedikit tersentak mendengar suaranya.
"Aku tidak apa-apa," jawab Yesung sambil menghapus air mata di kedua pipinya.
"Maafkan aku. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu," ucap Siwon sembari meraih tangan Yesung, namun namja manis itu segera menepisnya.
"Kau tidak perlu minta maaf. Aku mengerti. Kau pasti malu memiliki suami buta seperti aku," ujar Yesung dengan suara yang masih terdengar bergetar.
"Aniya!" jawab Siwon cepat, "Bukan seperti itu, Yesung-ah. Aku hanya—"
"Kau tidak perlu menjelaskannya. Aku mengerti," sahut Yesung memotong ucapan Siwon.
"Anni. Kau pasti salah paham. Aku hanya tidak ingin Jung Yunho mengetahuinya. Dia adalah investor baru di perusahaan kita. Aku hanya tidak ingin dia berubah pikiran setelah dia mengetahui bahwa aku menikah dengan seorang namja," Siwon mencoba memberi pengertian. Ia kembali mencoba meraih tangan Yesung. Kali ini namja manis itu membiarkannya.
"Bukankah kita sudah sepakat untuk merahasiakan pernikahan ini?" Siwon kembali berujar. Tangannya terulur mengusap rambut Yesung dengan lembut.
Yesung tetap diam. Ia sama sekali tidak merespon bahkan ketika Siwon merengkuh tubuhnya dari belakang.
"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakitimu, Yesung-ah. Sungguh. Kau tahu aku sangat mencintaimu. Aku hanya tidak ingin membuat kita berdua terancam, terutama dirimu," Siwon kembali berusaha membujuk, kali ini dengan mengecup kepala Yesung berkali-kali.
Saat itulah akhirnya pertahanan Yesung runtuh. Cintanya pada Siwon yang terlalu besar seolah tidak membiarkan ia untuk menjadi egois. Perlahan namja manis itu berbalik dan memeluk Siwon dengan erat, membenamkan wajahnya yang berderai air mata di bahu namja tampan di depannya.
"Mianhae," isak Yesung lirih.
Siwon tersenyum, "Gwencahayo. Aku mengerti perasaanmu. Aku juga mungkin akan melakukan hal yang sama jika aku berada di posisimu,"
"Aku hanya takut hiks.. aku takut kau malu memiliki suami seperti aku.. dan nanti akhirnya kau pasti akan meninggalkan aku.."
"Yesung-ah, dengarkan aku—" Siwon kembali berucap seraya menangkup wajah Yesung, "—kau hanya perlu percaya padaku. Apapun yang aku lakukan di luar sana, hatiku selamanya tetap milikmu. Hanya milikmu. Percayalah, apapun yang aku lakukan adalah untuk kebaikan kita berdua. Bukankah aku sudah mengatakan aku tidak akan membiarkan siapapun membuatmu terluka, huh? Mana mungkin aku justru membiarkan diriku sendiri yang melukaimu," ujarnya sembari tersenyum lembut.
"Kau berjanji?" Yesung bertanya, masih dengan isakan samar yang menghiasi suara baritone -nya.
"Apa aku harus berjanji ribuan kali agar kau benar-benar percaya padaku, huh?" sahut Siwon sambil mencubit hidung Yesung gemas, "Aku bahkan tidak sanggup lagi menghitung sudah berapa ribu kali aku mengucapkan janji yang sama padamu. Apa kau tidak bosan mendengarnya?"
Yesung menggeleng kecil, "Aku tidak akan pernah bosan mendengarnya. Karena hanya itu yang bisa membuatku tenang di saat aku merasa takut seperti ini,"
"Baiklah, kalau itu bisa membuatmu merasa tenang, aku tidak keberatan meskipun harus mengucapkannya setiap detik selama hidupku," ucap Siwon seraya mengedipkan matanya, membuat kedua pipi Yesung langsung bersemu merah.
Siwon melirik darah di tangan Yesung yang tampaknya mulai mengering, ia lantas menghela napas dalam, "Lagipula bagaimana mungkin aku bisa meninggalkanmu sementara saat bersamaku saja kau masih sering melukai dirimu sendiri seperti ini. Jja, aku akan mengobatimu!" ujarnya seraya menarik tangan Yesung dan mendudukkan namja manis itu di atas tempat tidur.
"Lain kali kau harus lebih hati-hati, ne? Kau tahu aku tidak bisa selalu berada di sampingmu selama 24 jam. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk di saat aku tidak ada di sekitarmu, huh?" ucap Siwon sembari mengambil alkohol dan kapas dari meja nakas.
Yesung terlihat meringis merasakan perih ketika Siwon menyentuh luka di lututnya.
Siwon tertawa pelan, "Apa ini naluri seorang uke, huh? Kau bahkan tidak pernah terlihat kesakitan ketika ikut tawuran saat kita di sekolah menengah dulu,"
Yesung mengerucutkan bibirnya, "Jangan mengejekku!"
Siwon mengecup bibir Yesung dengan cepat, membuat sepasang manik caramel namja tersayangnya itu membulat.
"A-apa yang kau lakukan, huh?" seru Yesung dengan pipi merona.
"Kiss the pout away~~" sahut Siwon dengan nada menggoda.
"Kau—aww!" Yesung memekik kaget saat merasakan Siwon menggigit bibirnya. Tidak terlalu keras memang, tapi cukup berhasil membuatnya terkejut karena tentu saja ia tidak menduga akan mendapatkan 'serangan' mendadak seperti itu.
"Choi Siwon!"
Siwon tertawa melihat berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan oleh namja manis di hadapannya.
"Saranghae," ucap Siwon, membuat raut kesal di wajah Yesung langsung memudar.
Yesung berniat memukul dada Siwon, meskipun kenyataannya tangan mungil itu hanya berhasil menyentuh sebagian lengan namja tampan tersebut, "Dasar!"
"Apa kau masih merasa takut sekarang?" Siwon bertanya seraya kembali melanjutkan kegiatannya mengobati luka Yesung.
"Sedikit. Tapi kau sudah membuatku merasa lebih baik sekarang," balas Yesung seraya tersenyum manis.
"Kau tahu merpati 'kan, Yesung-ah?"
Yesung menautkan alisnya, "Huh?"
"Burung merpati. Tidak peduli seberapa lama dan sejauh apa si merpati jantan pergi, pada akhirnya dia tetap akan kembali ke sarangnya. Seperti itulah diriku. Kemana pun dan selama apapun aku pergi, aku pasti akan tetap kembali padamu. Karena 'rumah'ku ada di sini," ujar Siwon seraya menyentuh dada sebelah kiri Yesung.
Yesung mengulurkan tangannya. Siwon yang mengerti maksud Yesung pun langsung meraih jemari mungil itu dan menangkupkannya pada pipinya.
"Aku sangat bersyukur pada Tuhan karena telah mengirimmu untuk menemaniku, Siwon-ah. Aku tidak marah meskipun Tuhan sudah mengambil mataku dan membuatku terus hidup dalam kegelapan selamanya, karena di saat yang sama Dia juga telah mengirimkan cahaya yang lebih indah untuk membuat hidupku jauh lebih terang dari sebelumnya,"
Siwon memandangi wajah manis di hadapannya seraya tersenyum hangat. Sepasang iris caramel yang mulai berkaca-kaca itu mungkin memang tidak akan bisa berfungsi seperti dulu, namun setidaknya ia tahu ia telah berhasil mengembalikan cahayanya.
Dan mereka merasa mereka tidak akan pernah bisa lebih bahagia dari ini.
Tapi.. siapa yang tahu takdir seperti apa yang telah menunggu mereka di depan sana?
.
.
I was the one who promised you that I'll never let anyone hurt you
I said I'll never let the tears of sorrow flow on your flawless face even once
But all I do is just keep on breaking your heart
.
.
Yesung duduk termenung di atas tempat tidurnya. Kegiatan monoton yang ia lakukan entah sejak berapa jam yang lalu. Sesuatu menganggu pikirannya. Sesuatu yang membuat ia kembali merasakan ketakutan di dalam hatinya.
Hari ini usia pernikahannya dengan Choi Siwon tepat menginjak tahun pertama. Ia bahagia, sungguh. 365 hari bukanlah waktu yang singkat. Ia sangat bersyukur pada Tuhan karena telah memberinya kebahagiaan yang sempurna sebagai pendamping hidup seorang Choi Siwon dalam waktu selama itu.
Hanya saja, ia merasa Siwon-nya mulai berubah. Ia sudah mati-matian menepis pikiran menakutkan itu dari kepalanya, namun Choi Siwon justru membuatnya terasa semakin nyata setiap harinya. Ia sering merasa Siwon menyembunyikan sesuatu darinya.
Ia bahkan lupa dalam satu bulan terakhir ini sudah berapa kali Siwon mengatakan namja tampan itu harus menginap di perusahaan karena harus menyelesaikan sesuatu yang penting. Ia hampir tidak bisa menghitung berapa kali Siwon membatalkan atau bahkan terkadang melupakan janji dengannya. Ia tahu tidak seharusnya ia berprasangka buruk terhadap suaminya. Namun tetap saja, dengan kepercayaan diri yang seakan menurun drastis sejak kejadian itu, hal ini benar-benar menakutinya.
Ia mencoba untuk tetap percaya. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Choi Siwon pasti sedang benar-benar sibuk. Tapi perhatian Siwon yang ia rasakan semakin hari seakan semakin berkurang membuat ketakutannya terasa semakin menjadi.
Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali Siwon mengatakan 'saranghae' kepadanya. Namja tampan itu juga tidak pernah lagi menanyakan apakah ia sudah makan atau belum setelah pulang dari perusahaan. Saat ia mencoba mengungkapkan ketakutannya, Siwon tidak pernah lagi mengucapkan janji-janji yang selalu berhasil membuatnya merasa tenang. Siwon hanya mengatakan semua itu cuma pikirannya saja.
Ia sungguh berharap itu semua benar-benar hanya pikirannya. Tapi ketakutan itu terasa semakin menyiksa setiap harinya. Ia bahkan hampir tidak bisa tidur setiap malam hanya karena memikirkannya. Apalagi di saat Siwon tidak pulang ke rumah.
Dering telepon di atas meja nakas tampaknya berhasil menarik Yesung dari lamunannya. Namja manis itu dengan cekatan langsung meraih gagang teleponnya, tampaknya ia sudah cukup hapal di mana telepon itu diletakkan.
"Yeoboseo?'
"Kau sedang apa?"
Yesung tersenyum lebar begitu mengenali suara baritone di line seberang, "Tidak ada. Apa kau sudah menerima pesanku? Nanti malam kau bisa pulang cepat, kan? Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu," ujarnya antusias.
"Aku tidak bisa berjanji, Yesung-ah," balas Siwon membuat senyuman di bibir Yesung langsung memudar.
"Nde?"
"Aku tidak bisa berjanji aku bisa pulang cepat malam ini. Tapi aku akan mengusahakannya,"
"Tapi ini anniverasary pertama kita, Siwon-ah," ucap Yesung dengan suara pelan, sedikit kecewa.
"Mianhae, Yesung-ah. Aku benar-benar sedang sibuk. Jangan tidur terlalu malam hanya untuk menungguku, okay? Kalau aku punya waktu luang nanti, aku berjanji akan menggantinya,"
Yesung menghela napas pelan, "Arraseo. Jangan memaksakan diri, ne? Aku tidak ingin kau sakit karena kelelahan bekerja,"
Ia dapat merasakan Choi Siwon tersenyum di seberang sana.
"Tentu saja. Baiklah, aku harus kembali bekerja. Bye~"
Klik.
Yesung meletakkan kembali gagang telepon ke tempatnya. Lagi-lagi Siwon membatalkan janjinya.
Dengan tidak bersemangat, Yesung bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar dengan menggunakan tangannya untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang akan membahayakannya di depan. Sudah terlalu banyak barang-barang di rumah itu yang pecah karena ulahnya. Dan ia merasa sangat bersalah untuk itu.
Namun langkah Yesung mendadak terhenti ketika tiba-tiba matanya terasa perih.
"Arhh.."
Yesung mengusap matanya berkali-kali, berharap dengan cara itu ia bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya. Namun bukannya berkurang, matanya justru terasa semakin pedih membuatnya mulai panik. Ia bahkan tidak sadar saat ini ia sudah berada di ujung anak tangga menuju ke lantai bawah. Satu langkah lagi...
"Argh!"
Bugh!
.
.
Yesung mengerjapkan matanya berkali-kali. Seolah masih sulit untuk mempercayai apa yang ia rasakan, ia kembali mengusap kedua mata caramel-nya entah untuk yang keberapa puluh kali. Seakan tetap tidak merasa puas, ia lantas mencubit kedua pipinya dengan keras, membuat ia mengerang pelan.
"A-aku tidak bemimpi.." ia bergumam dengan raut bahagia dan terkejut yang menghiasi wajahnya di saat bersamaan.
"Aku bisa melihat.."
Air mata mulai terlihat mengalir melalui kedua sudut caramel Yesung, tapi namja manis itu tampaknya sama sekali tidak berniat untuk menghapusnya. Ia terlalu bahagia.
"Siwon-ah, aku bisa melihat.."
.
.
~ 예 원 ~
.
.
Yesung mematut dirinya di depan cermin, masih dengan senyuman yang seolah enggan meninggalkan wajahnya. Ia tidak tahu bagaimana ini semua bisa terjadi. Sejauh yang ia ingat ia sama sekali tidak pernah menjalani pengobatan apapun karena dokter sudah mengatakan bahwa ia mengalami kebutaan permanen. Ia bahkan tidak pernah berani bermimpi ia akan bisa melihat lagi. Tapi sepertinya Tuhan memiliki rencana yang lebih indah untuknya.
Ia sengaja belum memberitahu Siwon. Ia ingin membuat kejutan untuk namja tampan itu. Jadi semalam apapun Siwon pulang nanti, ia memutuskan akan tetap menunggunya.
Yesung sedikit tersentak ketika mendengar deru mobil milik Siwon berhenti di halaman rumahnya. Alisnya terangkat setelah sekali lagi ia memeriksa jam yang tergantung di dinding kamarnya baru menunjukkan pukul 8 malam. Namun detik selanjutnya senyuman manis segera merekah di bibir tipisnya. Bukankah berarti Siwon benar-benar meluangkan waktu untuk menepati janjinya?
Setelah memastikan penampilannya sudah benar-benar sempurna –menurutnya, ia segera berlari keluar dari kamarnya.
"Siwon—"
Tenggorokan Yesung seolah tercekat seketika. Matanya terbelalak sempurna mendapati pemandangan di lantai bawah yang masih bisa ia lihat dengan jelas dari atas tangga. Sebuah pemandangan yang tentu saja tidak pernah ia bayangkan akan menyambutnya pertama kali setelah hampir tiga tahun ia tidak melihat Choi Siwon. Ini memang tidak seperti baru pertama kali ia melihat pemandangan menyakitkan semacam itu. Dulu ia sering melihat Siwon dan Kyuhyun melakukan hal itu. Hanya saja sekarang—
—Siwon berciuman panas dengan seorang yeoja di depan pintu rumah mereka?
Yesung langsung mengubah tatapannya menjadi kosong ketika menyadari yeoja itu meliriknya, berpura-pura ia tidak melihat apapun.
Melalui sudut matanya, ia bisa melihat yeoja itu tampak panik begitu mendapati ia berdiri di sana, namun Choi Siwon dengan santai membisikkan sesuatu pada yeoja berambut panjang tersebut.
"Dia tidak bisa melihat kita,"
Setidaknya itulah kalimat yang berhasil Yesung tangkap dari pergerakan bibir Siwon.
Yesung menarik kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang sebenarnya terlihat janggal jika diperhatikan dengan jelas.
"A-ah, sepertinya aku salah dengar," Yesung menggumam sedikit keras, sengaja agar Siwon dan yeoja tak dikenal itu dapat mendengarnya. Masih dengan mempertahankan senyuman paksa di bibirnya, ia segera berbalik dan kembali masuk ke dalam kamar.
Segera setelah ia berada di dalam kamarnya, seluruh tenaga yang ia miliki seolah menguar entah kemana, membuat tubuhnya yang terasa lemas langsung jatuh meluruh ke lantai.
Ini salah. Tidak seharusnya seperti ini. Siwon tidak seharusnya membawa orang lain ke rumah mereka dan menciumnya seperti itu. Ia juga tidak seharusnya diam saja dan malah berpura-pura tidak melihat apapun. Ini semua salah.
Ia seharusnya berteriak. Ia seharusnya memarahi Siwon dan mengusir yeoja itu, bukannya malah menangis sendirian seperti orang bodoh. Tapi kenapa ia tidak melakukannya?
Ia hanya tidak bisa.
"Siwon.." ia menggumamkan nama itu berkali-kali dengan suara lirih, seolah berharap namja itu akan segera datang dan menguatkannya seperti biasa. Tapi siapa yang sedang ia ajak bercanda di sini?
Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa pasti ini semua hanya mimpi, atau mungkin hanya bagian dari imajinasinya yang terlalu berlebihan. Tapi kenapa sesak itu terasa begitu nyata?
Lalu apa yang Tuhan inginkan dengan mengembalikan pengelihatannya kemudian memperlihatkan pemandangan semacam itu padanya? Jika ia diijinkan untuk menentukan pilihan terlebih dulu, tentu saja ia akan lebih memilih untuk tidak pernah bisa kembali melihat selamanya. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada ia harus melihat orang yang ia cintai menghianatinya.
.
.
.
.
Yesung berbaring di atas tempat tidurnya dengan pandangan kosong. Ia tidak ingat sudah berapa jam waktu yang ia habiskan untuk menangis hingga sekarang ia berakhir di atas tempat tidur. Ia juga tidak ingat berapa lama Siwon dan yeoja itu berada di dalam rumah mereka. Yang ia ingat sekitar satu jam yang lalu ia mendengar suara mobil Siwon pergi meninggalkan halaman rumah tersebut.
Ia tidak ingin memikirkan apapun, karena sekali ia membiarkan otaknya bekerja, pasti yang berputar hanya pikiran-pikiran buruk mengenai Siwon dan yeoja itu. Ia tidak ingin mengingatnya lagi.
Samar-samar ia kembali mendengar deru mobil Siwon berhenti di halaman rumah mereka. Ia segera memejamkan kedua matanya, berpura-pura untuk tidur. Hingga sekitar beberapa menit kemudian ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, seseorang berjalan menghampirinya.
Ia bisa merasakan seseorang duduk di sampingnya sebelum kemudian sosok itu mengguncang tubuhnya pelan.
"Yesung-ah.."
Ia membuka matanya dengan gerakan perlahan, bersikap seakan ia baru saja terbangun dari tidur yang sangat nyenyak. Sebisa mungkin ia mengosongkan pandangannya, berusaha agar Siwon tidak menyadari bahwa sekarang ia sudah dapat melihat.
"Apa yang terjadi padamu, huh? Kenapa ada perban di keningmu?" Siwon bertanya seraya membantunya mengubah posisi menjadi duduk. Dengan jarak yang begitu dekat Yesung bisa mencium bau alkohol dari mulut Siwon. Jadi tadi namja itu sedang mabuk?
Yesung berusaha untuk tersenyum, "Tidak apa-apa. Tadi aku hanya terpeleset di kamar mandi," jawabnya berbohong.
"Lalu siapa yang memasangkan perban ini?"
"A-aku sendiri,"
Siwon mengangkat alisnya, "Kau?"
"Te-tentu saja. I-ini kan hal yang mudah. Aku juga ingin bisa melakukan sesuatu tanpa menyusahkan orang lain," jawab Yesung sedikit gugup. Ia tidak mungkin mengatakan pada Siwon ia bisa memasangkan perban itu karena tadi ia sudah bisa melihat, kan?
Siwon tersenyum, "Tapi benar tidak apa-apa, kan?"
Yesung mengangguk pelan.
"Sekarang sudah jam 11 malam. Kau ingin merayakan anniversary kita sekarang atau besok saja?"
"Besok saja. Kau pasti sangat lelah, kan?"
Siwon kembali tersenyum, "Kau memang yang paling pengertian. Aku sangat mengantuk," ujarnya sebelum kemudian membaringkan dirinya di atas tempat tidur dan segera memejamkan matanya.
Yesung tersenyum getir. Ia juga lupa kapan terakhir kali Siwon tidur sambil memeluknya, mengatakan 'saranghae' dan memintanya untuk bermimpi indah tentang mereka. Dan lagi, ia harus kembali merasakan perih itu ketika matanya menangkap bercak kemerahan di leher dan dada Siwon karena dua kancing teratas kemeja namja tampan itu terbuka.
Yesung berusaha mengabaikannya, menganggap dirinya benar-benar tidak melihat apapun. Ia lantas ikut merebahkan dirinya di samping Siwon yang kini berbaring memunggunginya.
"Si-Siwonah.." panggil Yesung hati-hati.
"Hm?" Siwon menyahut tanpa membalikkan badannya.
Yesung menggigit bibir bawahnya, berusaha keras agar air matanya tidak kembali jatuh, terlebih ketika Siwon berada di sampingnya.
"A-aku.. aku dingin.." ia berujar pelan.
Ia bisa merasakan tubuh Siwon bergerak sebelum detik selanjutnya ia sudah tenggelam dalam dekapan namja tampan itu.
"Sekarang tidur, okay?" ucap Siwon masih dengan memejamkan kedua matanya. Sepertinya ia memang benar-benar mengantuk.
Yesung mengangguk pelan serya menyamankan dirinya dalam pelukan Siwon. Dan saat itu juga ia meyakinkan dirinya sendiri, tidak apa-apa meskipun saat ini ia harus berbagi dengan orang lain, asalkan ia masih tetap bisa memiliki Choi Siwon di sampingnya. Lagipula bukankah Siwon juga pernah mengatakan, kemana pun ia pergi dan apapun yang ia lakukan di luar sana, hatinya tetap hanya milik seorang Kim Jongwoon. Itu berarti Yesung hanya perlu menunggu kapan Siwon akan kembali menjadi miliknya secara utuh.
.
.
I was the one who asking for the second chance
I begged you to give me one more chance
But now I just make it even worse
.
.
"Yesung-ah, malam ini kau tidak perlu menungguku, karena sepertinya aku akan pulang larut malam," Siwon berujar seraya memakai dasinya di depan cermin besar yang tergantung di dinding kamar.
Yesung yang tengah mendengarkan musik di atas tempat tidur hanya menganggukkan kepalanya, "Apa kau ada meeting lagi?"
"Ne. Jadi lebih baik kau tidur duluan. Aku tidak mau kau sakit karena menungguku setiap malam. Kau terlihat semakin kurus akhir-akhir ini," ujar Siwon sembari berjalan menghampiri Yesung.
"Aku tidak bisa tidur kalau tidak ada kau di sampingku," sahut Yesung sambil memajukan bibir bawahnya.
Siwon terkekeh pelan seraya mengacak rambut halus Yesung, "Sejak kapan Kim Jongwoon jadi manja seperti ini, eh?"
"Waeyo? Apa aku tidak boleh bersikap manja pada suamiku sendiri, huh?"
Siwon menundukkan wajahnya sebelum kemudian mengecup bibir Yesung sekilas, "Tidak akan ada yang berani melarangmu," ujarnya setelah ciuman mereka terlepas.
"Baiklah, aku harus segera pergi. Aku akan pulang secepat mungkin," Siwon kembali berkata sebelum akhirnya namja tampan itu melangkah keluar dari kamarnya.
Yesung memandangi punggung Siwon yang perlahan menghilang di balik pintu kamarnya. Setelah memastikan namja tampan itu sudah benar-benar pergi, ia langsung berlari mengambil mantel dan scraft di dalam lemari. Tak ingin membuang waktu lagi, ia segera bergegas keluar dari kamarnya dan mengikuti Siwon.
Sudah hampir satu bulan belakangan ini ia selalu mengikuti Siwon secara diam-diam. Dan akhirnya ia mengetahui bahwa selama ini Siwon memang sering berbohong padanya. Siwon sering pergi keluar hingga larut malam dengan mengatakan ada urusan pekerjaan, tapi ternyata namja tampan itu justru pergi bersama yeoja yang baru beberapa hari ini ia ketahui bernama Park Jiyeon. Ia harus rela hatinya terasa seperti tertusuk ribuan jarum ketika beberapa kali ia mengikuti kedua orang itu bahkan sampai ke sebuah hotel berbintang.
Yesung tahu Choi Siwon berselingkuh di belakangnya. Ia juga cukup peka untuk dapat merasakan sikap namja yang masih menyandang status sebagai suaminya itu semakin berubah setiap harinya. Hanya saja ia terlalu bodoh hingga tidak berani melakukan apapun. Ia lebih memilih berpura-pura tidak melihat apapun disaat kenyataannya bayang-bayang itu seolah tak mau beranjak barang sedetik pun dari pelupuk matanya. Ia hanya terlalu takut. Ia tidak mau Siwon meninggalkannya.
Dan dengan bodohnya ia membiarkan luka di hatinya semakin menganga setiap kali mengikuti Choi Siwon dan menemukan namja tampan itu bertemu dengan Park Jiyeon seperti ini. Lagi, ia melihat mobil Siwon terparkir di halaman sebuah gedung apartment dari balik taksi yang membawanya. Sekitar sepuluh menit ia menunggu, akhirnya ia melihat Siwon keluar dari gedung apartment itu bersama Jiyeon. Keduanya tertawa, terlihat begitu bahagia, membuat hati Yesung seolah terkoyak untuk ke sekian kalinya.
"Ikuti mobil itu, ajusshi," Yesung berujar pada supir taksi yang membawanya begitu melihat mobil Siwon mulai berjalan meninggalkan apartment itu.
Setelah beberapa menit berkutat dengan padatnya lalu lintas kota Seoul di akhir pekan, akhirnya mobil Choi Siwon berhenti di depan sebuah restaurant mewah. Yesung turun dari taksi dan segera mengikuti Siwon masuk ke dalam restaurant itu. Dengan scraft yang membalut lehernya hingga menutupi sebagian wajahnya serta sebuah topi yang semakin menyempurnakan penyamarannya, ia bisa dengan leluasa mengambil tempat duduk di belakang Siwon, membuat ia bisa mendengar dengan jelas percakapan namja tampan itu.
Melalui ekor matanya, ia dapat melihat Siwon duduk bersama Jiyeon dengan tiga orang namja di hadapan mereka. Awalnya mereka membicarakan tentang bisnis hingga akhirnya salah satu dari ketiga namja asing itu bertanya.
"Siapa yeoja cantik ini, Siwon-sshi? Apa kau tidak ingin memperkenalkannya pada kami?"
Yesung bisa mendengar Siwon tertawa kecil sebelum kemudian suaminya itu memberikan jawaban yang terdengar bagaikan petir di telinganya.
"Ini Park Jiyeon, kekasihku. Kami berencana akan melakukan pertunangan setelah proyek ini selesai,"
Air mata mulai membuat jalannya di kedua pipi Yesung, jatuh membasahi scraft berwarna biru yang melilit di lehernya. Hatinya ingin berteriak, melepaskan semua beban yang menumpuk di sana hingga membuatnya terasa begitu sesak. Namun yang ia lakukan hanyalah terdiam di sana, lagi-lagi dengan bodoh melakukan sesuatu yang pada akhirnya pasti hanya akan membuat hatinya semakin terluka.
"Ah, jadi yeoja cantik ini kekasihmu? Bodohnya aku pernah mengira kau memiliki hubungan dengan namja buta yang tinggal di rumahmu," sebuah suara kembali terdengar, kali ini diiringi dengan gelak tawa.
Yesung masih sangat mengingatnya. Suara itu adalah suara namja bernama Jung Yunho yang pernah datang ke rumahnya beberapa bulan yang lalu.
"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Aku tidak cukup gila untuk menghancurkan reputasiku dengan mengencani seorang namja seperti dia. Bukankah aku sudah mengatakan aku hanya merasa kasihan padanya?" gelak tawa Siwon ikut terdengar. Dan ini adalah pertama kalinya Yesung merasa tawa Siwon terdengar begitu menyakitkan.
"Choi Siwon adalah namja yang sempurna. Dia bisa mendapatkan siapapun yang dia inginkan. Apa yang membuat dia memilih seorang namja yang bahkan tidak bisa melihat? Non sense. Mereka akan menjadi pasangan yang paling tidak cocok di dunia,"
Lagi, gelak tawa itu kembali terdengar, membawa getaran menyakitkan di seluruh tubuhnya. Ia menutup bibirnya dengan jemari mungilnya, menghalangi isakannya yang siap pecah kapan saja. Dengan susah payah ia berdiri dari kursinya, menyeret kakinya untuk pergi menjauh dari tempat itu.
"Ayolah, jangan merusak acara makan malam ini dengan membicarakan dia. Tidak ada hubungan spesial di antara kami,"
Suara Siwon yang kembali terdengar membuat langkahnya terasa semakin berat. Ia bahkan hampir menabrak seorang pelayan yang kebetulan lewat di depan kasir.
"Mianhae," ia berucap lirih seraya tetap berlari keluar dari restaurant. Dengan sisa kekuatan yang ia miliki, ia membawa langkahnya menghampiri sebuah pohon yang berada di halaman parkir tak jauh dari restaurant itu.
Tangis itu akhirnya pecah. Ia seolah tak peduli jika mungkin saja akan ada orang yang mendengar isakannya. Hatinya terlalu sakit hingga ia tak mampu lagi berpura-pura tegar. Tubuhnya terlalu rapuh untuk menanggung beban seberat ini. Terasa semakin menyesakkan ketika orang yang biasanya menjadi tempat ia bersandar kali ini justru adalah orang yang menyebabkan semua kesakitan ini.
Ia tidak ingat berapa lama ia duduk di bawah pohon itu. Matanya pelahan terbuka ketika samar-samar ia mendengar suara Siwon tidak jauh dari tempatnya berada. Sedikit buram memang, namun ia bisa melihat Siwon bersama empat orang yang tadi berada di dalam restaurant kini sudah berdiri di halaman parkir. Ketiga namja tadi langsung masuk ke dalam mobil setelah mengucapkan salam perpisahan, menyisakan Siwon dan Jiyeon di tempat itu.
Yesung bisa melihat Jiyeon mengucapkan sesuatu pada Siwon dengan wajah panik sebelum kemudian yeoja itu kembali masuk ke dalam restaurant dengan langkah tergesa. Ia terpaku, memandangi suami tampannya itu tengah tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Namun tiba-tiba ekor matanya menemukan sebuah mobil melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi kearah Siwon.
Deja vu.
Tubuhnya tiba-tiba bergetar. Tanpa mempedulikan apapun, ia langsung bangkit dan segera berlari menghampiri Siwon.
"Siwon!" ia berteriak keras, mendapati Siwon menatapnya dengan pandangan terkejut sebelum kemudian ia menerjang tubuh kekar itu hingga membuat keduanya tersungkur.
Mobil itu berlalu.
Yesung menghela napas lega. Setidaknya peristiwa itu tidak kembali terulang. Tidak ada yang harus pergi untuk kedua kalinya. Ia tersenyum samar sebelum akhirnya semua menjadi gelap.
.
.
~ To Be Continued ~
.
.
FF ini birthday gift buat dua umma tersayang~ xD
Buat Nirein umma yang ultah tanggal 11 kemarin, maaf ya telat, tapi yang penting aku udah nepatin janji, kan? ^_~
Dan buat Selly umma aka Sparkclody aka Cloudlilac aka Sloudy (teroris banyak nama samaran -_-) yang ultah tanggal 17 nanti ^^
Sebenernya aku niatnya pengen bikin ff kyusung buat selly umma, udah ada idenya juga, tapi pas mau nulis ngga ada satu pun kalimat yg bisa mengalir dengan lancar (?) xD
Awkward aja rasanya~ lol jadi aku kasih yewon aja ngga papa ya ^^
Maaf ya ngga bisa tepat waktu, ini aja mumpung ada waktu luang XD
Karena ini twoshot, bagi aja deh, chapter 1 buat Nie umma dan chapter 2 buat Selly umma kkk~
FF ini juga buat semua yang pernah minta Onesided Love dibikin sequel ^^
Tadinya mau aku bikin oneshot, tapi ternyata kepanjangan
Ini udah dibikin twhoshot aja 1 part masih 5k+ word -_-
Saya emang orang yang bertele-tele m(_'_)m
Maaf ya kalau ada yang aneh-aneh, maklumin aja, anggap itu adalah hal yang wajar~ lmao
Oh iya, sebenernya aku agak bingung
Kalau pasangan Yaoi nikah gitu si uke disebut suami apa istri sih?
Suami kan?
Biar gimana juga kan dia itu laki-laki xD
Okesip, A/N nya kepanjangan -_-
Mind to review? ^^
