Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Makan Brokolinya, Seijuurou! by creau

Warning: OOC, OOT, typo, gaje, abal, nista and don't like don't read~

.

.


.

.

Sei-chan dan mama, dua insan yang tidak akan pernah terpisahkan walau badai menjelang ataupun puting beliung menghadang. Sei-chan dan mama, sepasang anak dan ibu yang saling menyayangi hingga ajal menjemput nanti. Sei—

Creau, seharusnya itu Seijuurou…

Apa kau tidak suka panggilan Sei-chan? Bagaimana dengan Seijuurou-chan?

Oyakoro… *snip*

Oke, mari kita ulang! *authornya terlalu bego sampai mengabaikan panggilan malaikat pencabut nyawa*

Seijuurou-chan dan mama, dua insan yang tidak akan pernah terpisahkan walau badai menjelang ataupun puting beliung menghadang. Seijuurou-chan dan mama, sepasang anak dan ibu yang saling menyayangi hingga ajal menjemput nanti. Seijuurou-chan dan mama, dua Akashi yang memiliki tinggi beda jauh. Seijuurou 173 centimeter sedangkan, mama 173 ditambah sebelas centimeter. Seijuurou pendek, kasihan memang…

Seijuurou bangga punya mama seperti Akashi Mayumi. Mamanya adalah seorang pelukis ternama di Jepang. Seijuurou selalu kagum pada semua hasil lukisan mamanya. Kadang kala Seijuurou juga suka gedeg pada lukisan mamanya. Kenapa? Karena biasanya Seijuurou yang jadi pengganti kanvas. Sewaktu kecil—sampai sekarang juga masih sih—setiap Seijuurou sedang tidur, mamanya akan melukis wajahnya pakai bedak dan lipstik lalu, diabadikan dengan kamera dan memamerkannya pada teman-temannya saat arisan tiba.

Akashi Mayumi bangga memiliki anak seperti Seijuurou. Seijuurou adalah anak jenius yang imut-imut (bagian imut-imut itu pendapat pribadinya). Tidak hanya bagus di akademik, Seijuurou juga bagus di non akademik seperti, basket dan shogi. Baru-baru ini ia tahu… kalau Seijuurou sudah punya pacar padahal, tinggi badannya tidak memungkinkan untuk memiliki pacar satupun. Apa hubungannya tinggi badan sama pacar? Nggak ada memang, ya udah, bodo amat.

Setiap hari libur tiba, mereka mengadakan acara minum teh. Kebiasaan sejak Seijuurou kecil terbawa hingga dini. Dulu, ia sering main acara minum teh dengan Mr. Rabbit, Mr. Teddy, Mrs. Cat dan tentu saja mamanya ikut main, menemani anaknya. Mengingat hal seperti itu selalu saja membuat mamanya tertawa—dan kemudian muka Seijuurou akan memerah karena mengingat nightmare itu lagi. Aib yang tidak boleh diketahui oleh siapapun.

"Sei-chaaan~" mamanya memanggil dengan nada riang sambil berlari ke arah Seijuurou. Saat Seijuurou menengok, ia mendapati background bunga-bunga dan kerlap-kerlip pada mamanya. Entah mengapa Seijuurou memiliki perasaan yang tidak enak…

"Mama…"

Mamanya memeluknya dengan erat. Ah, Seijuurounya yang pendek mau pergi. "Mama kangen kamu~" adalah hal yang sudah biasa diucap oleh wanita bersurai merah itu. "Oh, ya… mama minta bantuan kamu." Nah ini… benar kan dugaannya. Biasanya, kata 'bantuan' itu yang akan membuat hari-harinya sengsara.

Pernah sekali waktu mamanya meminta bantuan padanya. Karena tidak ada pilihan lain, ia pun membantu mamanya. Ia disuruh untuk dijadikan model dari seni lukis mamanya. Terdengar biasa, ya? Nah, kalau modelnya disuruh pakai kostum kucing, itu baru yang luar biasa. Seijuurou yakin, mamanya sengaja melakukan hal itu. Menurutnya sih, lukisan itu pasti dijadikan untuk konsumsi pribadi. Dugaannya pasti seratus persen akurat. Soalnya, setiap ada waktu senggang, mamanya akan mengunjungi ruang koleksinya—di sana ia menyimpan lukisannya—dan mendengar 'Kyaa~ Sei-chan kawaii!' atau 'Kyaaa~ Sei-chan unyu!' dan sebangsanya.

Ya udahlah, jangan bahas itu lagi.

Alis Seijuurou berkedut mendengar kata 'bantuan'. Ia bertanya, "Apa yang bisa kubantu? Aku tidak mau jadi model lukisan, capek dan terlalu mengerikan…"

Mamanya melepas pelukan dan tertawa mendengar hal yang Seijuurou katakan. "Duh, Sei-chan masih marah karena itu? Padahal hasilnya masterpiece banget lho!"

"Baiklah, Mama, aku tidak punya banyak waktu. Hari ini aku harus memberi menu tambahan untuk Daiki dan Ryouta."

Mamanya segera membawa Seijuurou menuju dapur. Ia disuruh duduk di kursi makan. Mamanya mengambil sesuatu dari panci dan menaruhnya di atas mangkuk. Beberapa pelayan yang ada di sana menjaga sang nyonya besar agar tidak jatuh saat berlari sambil menari-nari kecil ke Seijuurou. "FUALAAA~" diperlihtakannya masakan yang tersaji pada mangku itu. Sup hasil eksperimen. "Healthy Green Soup ala chef Mayu Kuin!"

Ada berbagai sayuran dan aromanya amat sedap. Buat orang jadi lapar dengan air liur menetes... oh iya, puasa. Maap, mari kita lanjutkan. Mamanya berkata, "Mama butuh pendapat tentang sup ini!"

Seijuurou menyendoki sup itu. Ia meniup pelan karena supnya masih panas. Dicicipinya sup itu.

"Bagaimana? Bagaimana?" tanya mamanya penasaran.

"Enak. Tidak terlalu asin. Aku suka." Hanya itu komentar Seijuurou.

Mamanya mengibas rambut, kerlap-kerlip di mamanya belum hilang. "Hahaha~ mama gitu lho!" setelah mengatakan itu, kedipan mata tak luput dari wanita tinggi itu.

Mendengar nada bahagia yang mamanya lontarkan, membuat Seijuurou dan beberapa pelayan lainnya harus menyipitkan matanya. Kenapa? Karena saat ini mamanya terlalu menyilaukan. "Bisakah aku pergi sekarang, Ma? Aku yakin sekarang Daiki dan Ryouta sedang bermain-main, Atsushi juga pasti sudah menghabiskan keripik kentangnya yang kelima belas. Lagipula, mama terlalu silau."

Mamanya menaruh kedua tangannya di pinggang, pose seperti pahalawan yang baru datang sementara background-nya berubah jadi matahari terbenam. "Kau boleh pergi setelah menghabiskan supnya."

Kalau mamanya sudah menyuruh, ya dia tidak punya pilihan lain. Seijuurou mulai memakan supnya sementara mamanya duduk di samping, menemaninya.

Tapi ada yang aneh…

Tidak, bukan pada supnya. Yang aneh ada pada cara makan Seijuurou—hey, Seijuurou makannya bukan pakai kaki! Kalian jangan berpikiran yang tidak-tidak! Seijuurou makannya pakai tangan kok.

[Jadi dia tidak makan pakai sendok? Terus gimana cara dia memakan supnya? Masa' pakai genggaman tangan?]

Ya nggak gitulah… ya ampun, primitif banget. Maksunya, ia makan pakai sendok.

[Tadi katanya pakai tangan!]

Bisa tidak kau diam, wahai Delusimine… gak di fanfic sebelah, gak di yang ini, kenapa kau selalu muncul?

Oke, maafkan atas yang tadi. Kita kembali ke story!

"Sei-chan… mengapa kau tidak memakan 'itu'nya?"

Seijuurou menghentikan gerakannya. Ia menaruh kembali sendok yang melayang itu. "Karena 'itu'nya tidak enak." Jawab Seijuurou jujur. Lagipula, tak perlu ditanya, mamanya kan sudah tahu akan hal ini.

Merasa tidak puas dengan jawaban anak semata wayangnya, ia segera mengambil sendok yang berada di genggaman Seijuurou dan mengambil 'itu' dengan sendoknya. "Setidaknya coba dulu! Ini kan menyehatkan!" ia mulai mencekoki anaknya dengan 'itu'.

Sementara yang dicekoki sedang berjuang untuk melepaskan diri. Para pelayan yang melihat itu ingin memisahkan mereka tapi sayang, Akashi wanita itu keburu menatap mereka garang untuk melarang meraka membantu anaknya. Malah sang ibu menyuruh para pelayan untuk memegangi tangan Seijuurou supaya tidak kabur.

"Mama, aku tidak punya waktu untuk ha—aark"

"Kalau mangkuknya sudah bersih, baru boleh keluar!"

Sendok demi sendok yang berisi 'itu' masuk ke mulut Seijuurou. Seijuurou merasakan goncangan yang hebat di mulutnya. Ia ingin memuntahkan apa yang telah ia makan. Perutnya serasa dikocok oleh mixer. Waktu lima menit bagaikan seribu tahun tanpa lebaran (?). 'Sampai kapan aku akan merasakan penderitaan ini, Tuhan?' hatinya curhat.

Ya seenggaknya, itu hanya pikiran lebay Seijuurou.

Toh makan brokoli gak bakal membuat kita mati, kan?

.

.

Aomine, Kise, Murasakibara, Midorima dan Kuroko sedang berlari mengelilingi lapangan. Kapten mereka sudah datang dan memberi mekera latihan yang amat berat. Sepertinya menu latihan kali ini bertambah jadi delapan kali lipat—atau lebih? Di sepanjang mereka berlari, mereka bertanya-tanya apa yang membuat kapten mereka jadi badmood seperti itu.

"Akashi, beri kami istirahat! Kami lelah!" kata Aomine yang ngos-ngosan. Hidungnya kembang-kempis. Aomine saja sudah kelelahan, apalagi yang lain!

"Iya, ssu! Aku juga!" wajah model Kise kali ini lebih spektakuler dibanding hasil jepretan fotografer yang handal. Keringatnya bercucuran—eh, tunggu! Itu keringat apa air mata? Jadi selama ini ia menangis, meratapi nasibnya gitu? Kasihan…

"Bahkah Kuroko—Kuroko jangan tidur!" Midorima kaget melihat Kuroko yang sudah tergeletak tak berdaya di lapangan. Jadi sebenarnya siapa yang menemaninya lari di belakangnya? Aomine paling depan, Kise kedua, kemudian Murasakibara di depannya sementara, Akashi mengawasi mereka… TERUS YANG DI BELAKANG DIA SELAMA INI ITU SIAPAAA? Midorima mulai bergidik. Ia jadi ingat kata-kata adiknya… 'Onii-chan, itu yang selalu ada di belakangmu siapa sih?'

Oke, jangan dibayangkan, Midorima. Kalau takut, peluk Akashi aja—ya kalau udah nggak sayang sama nyawa sih.

"Aka-chin, biarkan aku memakan manisanku~" Murasakibara tetap berlari walau perutnya dari tadi berbunyi. Raksasa itu rupanya belum puas dengan sepuluh bungkus keripik kentang dan satu dus maiubo.

Semua komentar diabaikan olehnya. Akashi tidak peduli. Hari ini ia merasa ingin memberi latihan yang banyak untuk mereka semua. Bahkan Kuroko yang staminanya berbeda dari teman-temannya yang lain pun ia beri porsi yang sama.

'Ini sih mati aja anak orang…' pikir mereka berlima.

"Kalian ingin latihan kalian ditambah, hm?"

CTAAR! GLEDEK GLEDEK GLEDEK. Sekiranya itulah bunyi backround Akashi yang hitam-hitam itu. Sekarang mereka berlima kembali fokus pada lari dan mensugesti otak mereka untuk tidak melihat setan berkepala merah itu karena… terlalu menyeramkan untuk disimpan di dalam memori otak mereka.

.

.

Seijuurou membuka pintu dan menggumamkan, "Aku pulang." dirinya langsung disambut oleh butler setia keluarga Akashi. Ia mengatakan, "Selamat datang, Tuan Muda."

Namun, ada yang aneh. Biasanya mamanya akan datang menghampirinya dengan banyak kerlap-kerlip yang bersinar dan memeluknya serta mengatakan, 'Selamat datang, Sei-chan! Mama kangen kamu~'

"Dimana mama?" tanya Seijuurou pada butlernya. Butlernya memberi tahu bahwa nyonya masih mempersiapkan makan malam. Seijuurou pun pergi ke kamarnya untuk mandi. Setelah itu, ia ke ruang makan untuk makan malam.

Oh, oh, ulala~ cetar sekali makan malam kali ini. Seijuurou sampai terkesima melihat masakan yang tehidang di depan matanya. Ia segera melangkah kembali ke kamarnya tapi, tangannya keburu ditarik oleh mamanya. "Sei-chan~ ayo…"

Ada jeda sebentar.

Bagi Seijuurou, ini serem…

"kita makan sama-sama. Kamu pasti capek kan habis latihan? Ayo, nanti makanannya dingin." Kata mamanya melanjutkan. Seijuurou malah berpikir untuk membiarkan makanan itu dingin juga tidak apa-apa. Malah ia berharap ada angin topan dan memporak-porandakan ruang makannya sehingga mereka tidak jadi makan malam.

Seijuurou pun ngeles, "Ma, aku sudah kenyang makan bersama Atsushi dan yang lainnya."

Mamanya mengabaikan perkataannya dan menariknya hingga mereka duduk berdampingan di depan meja makan yang panjang itu. Seijuurou hanya diam, tidak memakan apapun yang terhidang di meja makan. "Sei-chan, cepat makan! Kalau gak mau juga, mama suapin nih ya~ aaa~"

Seijuurou mingkem. Para pelayan di sekitar menahan tawa. Kemudian, Seijuurou memberi para pelayan itu deathglare gratisan, membuat para pelayan mingkem seperti Seijuurou.

Semuanya mingkem, cuma mama Seijuurou yang bilang 'Aaa!' sambil menjejalkan sendok yang berisi brokoli di mulut Seijuurou. Ah, semua masakan yang tersaji mangadung brokoli. Brokoli everywhere. Mama mengerucutkan bibirnya. "Kenapa kamu tidak mau makan sih, Sei-chaaan?"

"Mama sendiri kan tahu aku tidak suka brokoli." Balas Seijuurou dengan nada kesal.

"Ya terus? Mama harus jungkir balik sambil makan brokoli gitu?"

Seijuurou kicep. Mamanya tahu bahasa seperti dari siapa? Ia menghela napas. "Ma… lagipula kenapa semua makanan yang ada di sini ada brokolinya? Mama senang sekali ya melihatku menderita? Pokoknya aku tidak mau makan." Kata Seijuurou tegas.

Mamanya menaruh sendok itu dan bangun dari duduknya. Ia pun berjalan menjauhi meja makan seraya mengucapkan, "Ya udah, terserah, Sei-chan. Mama mau lapor ayah kamu ah~"

"JANGAN!/JANGAN, NYONYA!" teriak Seijuurou dan para pelayan. Seijuurou bangkit dan menghampiri mamanya, begitu pula beberapa pelayan yang ada di sana. Mereka melarang Akashi wanita ini untuk mengatakan peristiwa yang terjadi kepada kepala keluarga Akashi itu. Seijuurou gak nurut sedikit aja terus ketahuan bapaknya, bisa berabe ntar.

Seijuurou mengajak mamanya untuk duduk lagi. "Iya, iya, aku akan memakan brokolinya." Katanya sambil memasukan sayuran itu ke mulutnya. Para pelayan yang melihat pengorbanan tuan muda mereka hanya bisa menatap kagum dengan air mata berlinang. Ada yang menggumam 'Tuan Muda hebat' malah.

.

.

Malam hari, pukul dua belas dini hari. Hujan turun disertai petir. Suaranya sangat mengagetkan, membuat jenggot kebakaran—oke, maap gak ada hubungannya. Sejak tadi, Seijuurou tidak bisa tidur. Dalam benaknya, ia masih membayangkan sayuran hijau kribo itu. Hiii! Seijuurou segera menutupi wajahnya dengan selimut tebal miliknya. Hal seperti itu tidak patut untuk dibayangkan! Tidak! Tidak! Tidak! Jangan pikirkan itu lagi, Seijuurou! adalah ucapannya berkali-kali bagai mantra untuk menghilangkan pikiran tentang sayuran bodoh itu.

Makan malam tadi… seperti neraka, bagi Seijuurou.

Sampai akhirnya, Seijuurou pun jatuh tertidur…

.


.

Seijuurou bertanya-tanya dimana ia berada. Banyak pohon di sana-sini, dari lokasi ia berdiri, ia juga dapat melihat gunung. Hawa di sini amatlah sejuk, bebas dari polusi udara. Ia menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Sudah lama ia tidak merasakan suasana seperti ini. Ia jadi ingat kenangan bersama ayah dan mamanya saat mereka berlibur di vila mereka yang tempatnya di dekat pegunungan.

Dulu, saat ayahnya sering ada di rumah, mereka akan bermain bersama. Yah, itu dulu. Saat Seijuurou masih kecil. Sekarang hanya ada mama yang menemaninya. Indra pendengarannya menangkap suara tangisan. Ia berjalan menghampiri suara itu. Oh, ada anak kecil. Seijuurou menduga anak itu tersesat.

"Hiks… mama… papa…"

Seijuurou menatap iba pada anak yang sedang berjongkok dan menyembunyikan wajahnya itu. sepertinya ada yang telah terjadi kepada orang tua anak itu. "Memang mama sama papa kamu kenapa?" tanya Seijuurou. Ia pun ikut berjongkok di sebelah anak itu.

"Papa aku kerja terus, gak punya waktu. Mama aku… mama kandung aku…"

Seijuurou tambah kasihan mendengar cerita anak itu. Ceritanya mirip dengannya. Ayahnya juga sering kerja maka dari itu, ayahnya jarang pulang. Tapi… sekalinya ayahnya mendengar tentang Seijuurou yang tidak menurut, ayahnya akan datang dan memberi hukuman. Untung ia masih punya mama yang sangat menyayanginya. Nasibnya lebih baik daripada anak itu. "Memang mama kandungmu kenapa?" tanya Seijuurou.

"Mama kandungku disuruh pergi sama papa… hiks…"

Oh, sekarang Seijuurou mengerti. Pasti mama dan papa anak ini bercerai. Karena anak ini mengatakan mama 'kandung' berarti sekarang ia tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Seijuurou merasa sangat bersyukur karena memiliki orang tua yang tidak berpisah.

Kemudian, anak itu melanjutkan, "Mama disuruh pergi soalnya…"

"Soalnya?" tanya Seijuurou yang penasaran.

"Mama kandungku itu brokoli." Anak itu pun memperlihatkan wajahnya dan Seijuurou kaget seketika. Wajah anak itu ternyata brokoli! Jadi selama ini Seijuurou mengobrol dengan anak brokoli?!

Seijuurou membatu di sana. Ia ingin kabur tapi, tidak bisa. Tiba-tiba, ada suara wanita yang memanggil, "Nak, kamu dimana, Nak? Oh, rupanya kamu di sana! Sini, Nak!"

Seijuurou mengalihkan pandangannya pada suara itu. Ternyata itu adalah brokoli segede manusia! Anak di sampingnya pun berteriak, "Mama!"

Dafuq!

Rupanya, anak ini adalah anak brokoli itu!

Kemudian, brokoli-brokoli sebesar manusia pun bermunculan dimana-mana. Seijurou galau, pemirsa. Brokoli-brokoli itu pun berjalan mendekati dirinya. "Makan aku!" kata mereka. "Makan aku, Seijuurou!"

"Makan aku…"

Seijuurou langsung kabur. Ia pergi menuju gunung itu. Yah, pokoknya dimana saja asalkan tidak ada brokoli-brokoli itu lagi di pandangannya! Terdengar suara letusan dari gunung. Oh, tidak! Gunung itu ternyata gunung api yang masih aktif! Berkali-kali gunung itu memuntahkan bahan-bahan vulkaniknya. Sampai akhirnya…

DUAR!

Letusan yang paling dahsyat itu mencuri perhatian Seijuurou. Seijuurou mendongak dan melihat ke arah gunung api itu. Muncullah…

"Makan aku, Seijuurou…"

BROKOLI RAKSASA!

"AAARGH!" teriak Seijuurou.

.


.

Seijuurou terbangun. Keringatnya mengucur dari pelipisnya. Ia bermimpi yang sangat mengerikan. Pokoknya, ia harus bertindak! Tidak boleh ada brokoli lagi di atas meja makan! Tekadnya sudah bulat. Ia akan menyingkirkan semua brokoli yang ada di dapur. Ia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur.

Lampu dapur ternyata dimatikan, membuat keadaan gelap gulita. Ia pun menyalakannya dan betapa kagetnya ia mendapati butlernya tepat berada di depannya. "Tuan Muda… jangan-jangan, Anda ingin—"

"—Diamlah, Hajime-san. Anggaplah malam ini kau tidak melihatku."

"Tapi—"

"—Tidak ada tapi-tapian. Kembalilah ke kamarmu dan bergegaslah tidur." Kata Seijuurou yang kemudian berjalan menuju kulkas. Sang butler yang mendapat titah dari tuannya segera mematuhinya.

Seijuurou membuka kulkas. Olalala~ banyak sekali brokolinya. Ia mengambil kantong plastik khusus sampah supaya muat banyak dan menaruh semua brokoli-brokoli itu di dalam sana. Dibukanya lagi pintu kulkas yang lain—hey, keluarga Akashi itu orang kaya! Mereka punya kulkas sepuluh pintu tahu!

Setelah selesai menaruh sayuran-sayuran laknat itu di dalam plastik, ia segera membawanya keluar. Ia pun membuangnya ke tempat sampah. 'Nah, kalau begini masalah beres. Sarapan juga pasti tidak ada sayuran laknat itu lagi!' katanya lega. Sekarang ia tinggal tidur.

.

.

Paginya…

Seijuurou bangun seperti biasa. Ia membuka tirainya. "Hah… hari yang cerah." Ucapnya kemudian melenggang pergi ke kamar mandi.

JLEGAR! CTAAAR!

Yah, sepertinya hanya Seijuurou yang bisa mendeskripsikan kata 'cerah' untuk dirinya sendiri.

Setelah mandi dan memakai seragamnya, Seijuurou keluar kamar dan turun ke lantai dasar untuk sarapan. Ia berpapasan dengan butlernya. Butlernya hari ini aneh. 'Kenapa Hajime-san menatapku murung begitu—ah, lebih tepatnya ia menatap kasihan padaku. Ada apa denganya?' katanya dalam hati. Namun, ia hanya mengedikan bahunya dan kembali berjalan ke ruang makan.

"Selamat pagi, Sei-chaaan~ ayo, kita sarapan!" kata mamanya seraya memeluknya. Wajah mamanya bersinar. Terlalu terang…

Seijuurou menyeringai. Hari ini ia tidak akan sarapan dengan sayuran laknat itu lagi kan—?

"Mama…" katanya saat melihat masakan yang tersaji di atas meja makan. Mampus. Brokoli semua. Entah mengapa, ia merasa mimpinya ada kaitannya dengan realita hidupnya.

Mamanya menengok. "Ada apa, Sei-chan?" tanya mamanya. Namun, Seijuurou hanya diam. Dia facepalm melihat sayuran laknat itu lagi. Demi Tuhaaan! Tadi malam ia sudah membuang semuanya! Se-mu-a-nya! Kenapa mamanya masih bisa memasak sayuran itu lagi? Mamanya pun menyuruhnya untuk sarapan di sampingnya.

Kemudian, Hajime-san yang sedang membawa nampan melewatinya dan mengatakan, "Maafkan saya, Tuan Muda… waktu itu saya mau mengatakan bahwa masih ada persediaan lainnya di ruang penyimpanan. Nyonya membeli sangat banyak. Sekali lagi, maafkan saya, Tuan Muda."

Seijuurou menepuk butlernya. "Sudahlah…" katanya bernada pasrah. "ini sudah takdirku, Hajime-san." Katanya pasrah lagi seraya menghampiri meja makan. Hajime-san menatapnya kasihan.

"Oh ya, Sei-chan… kok brokoli yang ada dikulkas hilang semua, ya? Sei-chan tahu sesuatu?"

Mati. Seijuurou bingung ingin menjawab apa. Apa ia harus berbohong? Atau menghiperbolakan jawabannya saja? Hanya Tuhan dan author cerita ini yang tahu…

.

TBC, kawan-kawans~ ;)

.


.

TERIMA KASIH TELAH MEBACA!

.

Hahaha mari kita abaikan sejenak tentang chapter 221~ SYALALALA! Setelah baca itu… saya merasa… Seijuurou-chan needs some happy fucking family life~ SYUDUDUDU! Niatnya buat oneshot eh, malah TBC #orz ya udahlah, tengkyu banget bagi yang telah membacanya. Sumpah ini saya galau mikirin Sei-chan~ nanana~ dan saya juga galau karena saya lagi sakit… #orz makanya ceritanya OOT bin gaje gini. Kritik dan saran diterima~ XD