Title: Lost in Love (Chapter 1)

Author: Byunkachu

Genre: Drama, Romance

Cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Kim Jongin and other

Rate: PG 13+

Disclaimer: Pure my imagination, all the cast belongs to God.

If it is meant to be, our heart will find each other when we meet

byunkachu©LostinLove'copyright2016


Gadis itu menilik kembali penampilannya. Seuntai dress berwarna putih dengan aksen warna pink, high heels 5 cm, rambut yang menjuntai dengan jepitan menyerupai kupu-kupu. Oh tidak, ia benar-benar tidak menyukai tampilan nya kali ini. Keterlaluan dan berlebihan. Alasan itulah yang membuat pikiran nya mengumpat sedemikian rupa sehingga tanpa disadari, raut wajah tak bersahabat ditorehkan kepada orang-orang sekitar. Tapi dia bisa apa, ini adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ia pun mencoba tersenyum, ia benar-benar harus profesional dalam hal ini. Ia mengedarkan pandangan nya ke sekitar sambil melihat jam yang dipakainya di lengan kiri. Waktu sudah menunjukan pukul 12.15 dan yang ditunggu belum juga menampakan batang hidungnya. Ia sudah 15 menit berdiri di depan sebuah toko dengan kaki yang mungkin sebentar lagi tidak bisa diajak kompromi.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan nya, gadis itu tersenyum. Penantian nya merekah sudah, ini mungkin orang yang sedang ditunggunya. Tatapan kecewa ditunjukan nya ketika yang keluar dari mobil tersebut adalah seorang laki-laki tua, mungkin berumur sekitar 50 tahunan.

"Tidak mungkin itu dia, auh, harus berapa lama lagi aku menunggu?" keluhnya entah pada siapa. Namun laki-laki tua tersebut berjalan mendekat ke arahnya, menghampiri gadis itu dengan senyuman yang tidak dapat diartikan.

'Oh tidak, tidak, jangan bilang dia adalah seorang pria tua kesepian yang ingin menculik, membawa serta menerkam ku sekarang. Hidupku terlalu muda untuk ini dan aku juga tidak akan mau diperlakukan seperti itu'

Setelah melepaskan kontak matanya dari lelaki tua itu, gadis tersebut berjalan gelisah meninggalkan tempat dimana dirinya berpijak. Suasana di jalan yang bukan merupakan jalan utama itu sangat sepi, sehingga ia takut tidak akan ada orang yang menolongnya. Ia mulai sedikit berlari ketika mengetahui bahwa lelaki tersebut dan dua orang berperawakan besar, bergestur layakya seorang bodyguard mengikuti nya. Keringat mengucur deras di pelipisnya. Ia mengutuk siapapun yang mendukung terjadinya hal ini. Gadis itu mulai berlari, ia melepaskan high heels menyusahkan itu dan berusaha menyelamatkan diri. Ia berlari ke sebuah belokan yang dirasa aman untuk menghilangkan jejaknya dari kejaran orang-orang tak dikenal tersebut, namun gagal. Itu jalan buntu, dan ia terdesak.

"Aku akan berteriak kalau kalian macam-macam pada ku!" ancamnya

Gadis itu benar-benar ketakutan, ia melemparkan high heels-nya, berharap mengenai satu orang dari bodyguard itu dan laki-laki tersebut akan berlumuran darah kemudian pingsan. Baiklah, itu hanya fantasi yang tidak mungkin terjadi, karena nyatanya, high heels tersebut ditangkap dan tidak melukai siapapun. Ia tidak bisa lagi berpikir jernih, ia menunduk dan semakin ketakutan ketika lelaki tua itu mendekat kepadanya. Ia menyerah dan pasrah, menjadi pelampiasan lelaki tua mungkin ada untungnya, terlebih sepertinya ia memiliki harta yang menjuntai, pikir nya menghibur diri. Gadis itu menutup mata dan menantikan dirinya untuk ditarik ataupun disekap. Beberapa menit berlalu, tidak ada pergerakan dari lawan nya. Gadis tersebut pun membuka matanya dan menyadari tangan yang terulur dari lelaki tua itu, tanda bantuan agar ia berdiri.

"Maaf membuat anda takut nona muda. Nona Byun, apakah saya benar?"

Gadis itu menggangguk pelan. Ia juga menerima high heels yang dilemparkan nya tadi dari salah satu bodyguard tersebut.

"Sebaiknya nona memakainya kembali dan kita akan berangkat sekarang"

"Kemana?" tanya gadis bermarga Byun itu ketakutan

"Tuan muda telah menunggu"

Dengan itu, ia menutup mulutnya dan turut ikut kembali ke tempat semula dan menaiki limousine yang dilihatnya tadi. Merapihkan tatanan dan make up nya yang sempat berantakan tadi. Ia tersenyum senang mengetahui semua yang ia pikirkan tidak ada yang menjadi nyata. Lebih baik melayani tuan muda dibandingkan lelaki tua yang sudah hampir mati bukan?


"Tuan muda, nona Byun sudah datang"

Gadis itu menunggu pertemuan pertamanya dengan sang klien. Ia berdoa semoga klien nya tidak meminta yang macam-macam. Tampaklah seorang pria dengan perawakan tinggi, putih menghampirinya dengan sebuah senyuman yang memperlihatkan sederetan gigi putihnya. Namun ada yang salah, ada yang tidak beres dengan pria ini. Ia yakin bahwa tuan muda itu, yang merupakan klien nya adalah seorang pemuda dengan umur kira-kira 23 tahun, tapi outfit dan aksesoris yang dikenakan nya, layak seperti anak umur 8 tahun. Kaos kebesaran dan celana pendek bergambar pororo -tentu itu dibeli sepasang-, pistol air berwarna hijau menjuntai di lehernya dan yang paling membuatnya takjub adalah sisa makanan yang terdapat di hampir seluruh wajah dan tubuh pemuda tersebut.

"Haloo, eum...nama ku Park Chanyeol...eum...paman Lee, apa lagi yang harus ku katakan?" ujar pemuda bernama Park Chanyeol memandang polos lelaki tua yang merupakan asisten pribadinya itu.

"Senang bisa berkenalan dengan mu, tolong katakan itu tuan muda" jawab lelaki yang biasa dipanggil paman Lee oleh Chanyeol sambil tersenyum.

"Ah, senang bisa berkenalan dengan mu, noona" lanjut Chanyeol tersipu malu, lalu ia menggerakan tangannya memanggil gadis itu ke meja makan. Menyuruhnya untuk menyantap makan siang yang memang sudah berlalu sejak jam 12.00 tadi. Chanyeol berjalan duluan kemudian duduk dan menyantap makanan nya kembali, sementara gadis itu hanya hanya terdiam di tempat, menunggu seseorang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Dia anak yang baik nona Byun, kau akan menyukainya setelah lebih akrab dengan nya"

"Apa yang harus ku lakukan dengannya? Aku benar-benar tidak mengerti dengan tugas ku kali ini"

"Bersenang-senanglah nona Byun. Saya permisi pamit"

Sebelum gadis itu melayangkan protesnya, pintu kamar pribadi yang terlampau besar itu sudah tertutup, tanda tak ada lagi penjelasan lebih lanjut. Ia kembali bergelut dengan pikiran nya, apa sebenarnya yang harus ia layani dengan klien yang seperti ini? Ia harus melakukan apa agar tugas nya bisa selesai dan bebas dari sini?

Oh, kepalanya amat pusing memikirkan hal tersebut, ia mengutuk bibi-nya yang merencanakan ini semua. Akhirnya gadis itu menghampiri Chanyeol, kemudian memperhatikan pemuda itu dengan seksama. Chanyeol benar-benar terlihat seperti bocah, dengan cengiran bodoh dan mata terpaku pada televisi yang menampilkan pororo. Entah sejak kapan ia menyalakan dan menonton kartun tersebut. Gadis itu menarik nafas panjang, menghembuskan nya lalu tersenyum riang.

"Chanyeol-ah, kau sangat menyukai Pororo?"

"Iya noona, pororo lucu kan? Chanyeol ingin menjadi lucu seperti pororo" jawab Chanyeol tak berhenti menatap televisinya. Ia pun menyuapkan suapan terakhirnya, dan meminum segelas air.

"Ah, siapa nama noona? Noona adalah orang yang akan mengajak Chanyeol bermain kan? Permainan yang meyenangkan?"

"Panggil noona saja tanpa menggunakan nama. Lebih mudah kan? Hehe. Ah, apakah itu yang dikatakan paman Lee kepada Chanyeol? Bahwa noona akan mengajak Chanyeol bermain permainan yang menyenangkan?"

Chanyeol menggangguk senang, dia kemudian tersenyum dan bertepuk tangan layaknya anak kecil.

Mungkin dia mengidap autis, pikir gadis bernama lengkap Byun Baekhyun itu. Baekhyun pun sudah menyadari tugas nya yaitu mengajak bermain Chanyeol, ya setidaknya tujuan nya jelas kemari. Baekhyun mengambil tisu yang terletak di meja makan kemudian menghampiri Chanyeol. Ia menghadapkan Chanyeol ke arahnya, mengelap wajah serta baju yang terkena saus spagheti itu. Dengan telaten, ia membersihkan nya. Ini bukan pengalaman buruk baginya untuk merawat anak kecil, karena memang ia sangat menyukai anak kecil.

"Nah sekarang Chanyeol, baju dan celana mu sangat kotor karena banyak saus makanan, bagaimana kalau kita ganti baju dulu? Lalu bermain seperti yang Chanyeol inginkan" ajak Baekhyun sambil menatap lekat Chanyeol.

'Kalau saja dia normal, mungkin aku sudah benar-benar terjerat pesonanya'

"Chanyeol ingin noona yang mengganti baju dan celana Chanyeol. Paman Lee biasanya yang memakaikan pakaian Chanyeol. Chanyeol tidak bisa sendiri" rajuk Chanyeol sembari mengerucutkan bibirnya, Baekhyun tersenyum lucu.

"Baiklah sekarang, ayo kita pilih baju di lemari dan noona akan membantu memakaikannya"

Baekhyun mengajak Chanyeol untuk bangkit berdiri, dan betapa terkejutnya ia ketika merasakan dekapan hangat dari klien nya tersebut. Dekapan itu terjadi karena keseimbangan Baekhyun runtuh akibat Chanyeol yang terlalu semangat untuk berdiri. Saat itu ia merasakan jantungnya lebih cepat berdetak dari biasanya. Baekhyun pun melepaskan diri dari Chanyeol dan tidak berani menatapnya sesaat. Ada semburat malu yang ia sembunyikan.

"Noona, kenapa muka noona memerah?"

"A..apa..nya yang memerah? Tidak, muka noona tidak memerah Chanyeol-ah"

"Yang benar? Apa noona sakit?" tanya Chanyeol sambil memegang dahi Baekhyun, tanda ia memeriksa suhu tubuh Baekhyun. Baekhyun hanya terdiam ketika kulit lelaki tinggi itu bersentuhan dengan kulit wajahnya.

"Tidak panas, noona. Aneh, kata Paman Lee, kalau tubuh Chanyeol panas, itu berarti Chanyeol sakit dan wajah Chanyeol akan memerah. Noona tidak sakit tapi memerah. Apa noona tidak apa-apa?"

"Y..a ya Chanyeol, noona...eum tidak apa-apa. Ayo kita ganti baju mu dulu agar bersih dan langsung bermain"

"Oke, Chanyeol setuju" Chanyeol menurut, ia pun menggenggam tangan Baekhyun erat, berjalan menuju lemari pakaian. Dan Baekhyun ingin menampar pipinya agar sadar dengan kenyataan yang ada, bahwa dia berada disini untuk bekerja, bukan untuk mencari jodoh ataupun bermesra-mesra ria. Lagipula, tidak ada yang bisa ia harapkan dari seorang klien yang mengidap autis, benar kan?


"Oh Sehun! Kau benar-benar ingin ku bunuh huh?!"

Pria yang dipanggil Sehun itu bergerak malas, ia menoleh sebentar lalu kembali ke aktivitas awalnya, mengetik beberapa laporan keuangan perusahaan yang harus diberikan kepada atasannya 30 menit lagi. Ia menepuk pipinya keras, mata pandanya benar-benar sudah habis kesabaran untuk melakoni pekerjaan berat ini.

"Ya! Oh Sehun, kau tidak mendengar ku? Kau berani melawan atasan mu sekarang?"

Sehun tak mengindahkan nya, ia tetap berfokus pada laptop yang saat ini ada di depannya. Desahan frustasi dari lelaki yang mengaku atasan nya pun mendengung di telinga Sehun. Bukan nya tidak mau meladeni ancaman atasan sekaligus teman baiknya itu, tapi sungguh ia sudah tidak mau membahas permasalahan yang sudah mereka bahas 2 jam yang lalu.

"Kau masih ingin menceramahi ku dengan topik yang sama seperti dua jam yang lalu? Ayolah atasan ku yang tehormat, aku tengah mengerjakan laporan keuangan yang kau minta setengah jam lagi untuk di serahkan, dan kau masih mau mengganggu ku sekarang, Kim Jongin?!" Sehun menaikan nada bicaranya ketika menyebut nama atasan sekaligus sahabat dekatnya itu.

Jongin, sang atasan hanya mendesah berat dan mendudukan dirinya di sofa berwarna hitam, tempat dimana Sehun biasanya menemui klien perusahaan. Jongin memijat pelipisnya yang berdenyut, ia benar-benar masih tidak bisa merelakan apa yang telah dilakukan oleh sahabatnya itu. Ini sudah amat keterlaluan.

"Demi Tuhan, Oh Sehun, aku masih tidak bisa berpikir mengapa kau mau mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk kelakukan bodoh mu. Aku akan mendukung mu bila sesuatu yang kau lakukan memberikan dampak yang baik untuk dirimu, tapi kau bilang itu semua untuk ku, dan kau tidak mau menjelaskan apa dampak baik yang akan terjadi pada diri ku ketika kau melakukan itu"

Sehun berusaha tetap berkonsentrasi pada apa yang tengah ia ketik sekarang, mungkin hanya membutuhkan waktu sebentar lagi dan selesai sudah tugas revisi laporan keuangan sialan itu. Ia masih tetap diam, sementara Jongin menatap nya malas. Ya, dia tau Sehun sedang berusaha berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya, semakin cepat laporan itu selesai maka mungkin Jongin akan mendapatkan sebuah jawaban yang ia sangat nantikan.

Jongin bangkit berdiri dan berjalan ke arah mesin kopi di ruangan sahabatnya itu. Ia menyiapkan dua cangkir, menekan tombol dan menunggu hingga aliran kopi memenuhi gelasnya. Kemudian ia berjalan ke arah Sehun, menaruh satu gelas tepat di atas meja sahabatnya itu, lalu kembali ke sofa yang ia duduki tadi. Ia menyesap kopi nya perlahan, tersenyum merasakan kesegaran yang disenanginya.

"Aku benar-benar terkesima dengan siapapun yang meracik kopi itu pada mesin mu. Dia benar-benar tau selera ku" puji Jongin sambil meneguk habis kopi di tangan nya. Sehun tersenyum, ia pun menutup laptopnya tanda ia sudah selesai. Sehun mengalihkan pandangan nya pada kopi yang disediakan Jongin dan menyesap nya juga.

"Oh berarti kau harus sangat berterimakasih pada fans fanatik mu yang bernama Do Kyungsoo itu. Ku akui, dia manis juga" ujar Sehun santai sambil menahan kekehan melihat rahang Jongin yang mengeras.

"Jadi, jangan mengalihkan pembicaraan Oh Sehun, aku butuh penjelasan mu mengenai manfaat yang akan ku dapatkan dengan perilaku bodoh mu menghabiskan uang ku sebanyak itu"

Sehun memutar matanya cepat, well Jongin tidak bisa diajak kompromi, padahal akan sangat seru sekali bila dia mau bermain peran nya dalam naskah Sehun. Jongin menatap Sehun lekat, masih menunggu kata apapun yang keluar dari mulut pria yang saat ini malah asyik memegang iPhone keluaran terbaru miliknya.

"Ya! Oh Sehun!" Pekikan Jongin tertahan dengan suara telepon kantor yang menggema di ruangan Sehun. Sehun pun dengan sigap mengangkatnya.

"Halo? Iya baiklah, tolong suruh dia menunggu di lobi, katakan padanya aku akan datang sekitar tiga menit lagi. Terimakasih" ujar Sehun mengakhiri, kemudian melenggang menuju pintu ruangan nya.

"Oh Sehun! Kau belum menjawab pertanyaan ku!"

"Dengan hormat, Tuan Kim, aku ada keperluan mengenai perusahaan mu, dan kau tidak seharusnya melarang ku menemui klien kita. Simpan saja rasa penasaran mu, dan ikuti permainan ku. Kau kan selalu tau bahwa aku tak pernah menuliskan naskah yang jelek untuk mu, benarkan?" sahut Sehun sambil tersenyum menyeringai dan mengerling genit, menggoda Jongin kemudian hilang setelah menutup pintu ruangan nya. Meninggalkan Jongin dengan segala kemarahan yang menguap di ubun-ubun nya.

"Sial" desis Jongin


"Noona, Chanyeol ingin menanyakan sesuatu"

Baekhyun dengan sigap mengarahkan fokusnya pada Chanyeol yang saat ini tengah memandangnya lekat. Manik Chanyeol sangatlah indah, hingga Baekhyun sempat terdiam, kemudian tersadar kembali.

"Ya, apa yang ingin Chanyeol tanyakan? Kalau noona tau, noona akan menjawabnya"

"Tapi setelah aku bertanya, aku ingin melakukan 'pertanyaan ku' itu bersama noona"

Baekhyun mengernyit tidak mengerti tapi tetap mengganggukan kepalanya, tanda menyetujui permintaan Chanyeol.

"Kenapa seorang pria senang sekali menempelkan bibirnya pada bibir seorang wanita noona? Memangnya bibir wanita itu enak untuk dirasakan? Terus Chanyeol juga sering melihat lidah mereka bersentuhan noona, Chanyeol tidak mengerti"

Shit

Gadis yang ditanyai itu benar-benar mati kutu, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Chanyeol akan menanyakan hal itu. Oke, Baekhyun mulai panik, bukan hanya karena kepalanya yang tidak bisa memikirkan penjelasan yang mudah dicerna oleh pemuda yang jiwanya masih anak ingusan ini, namun anggukan kepalanya yang menyanggupi bahwa ia dan Chanyeol akan mempraktekan nya.

Catat mempraktekan nya.

Baekhyun dan Chanyeol akan mempraketkan sebuah kegiatan untuk orang dewasa, dan Chanyeol bukan salah satunya.

Baekhyun menatap Chanyeol yang terlihat jengah menunggu penuturan yang akan dilontarkan oleh dirinya. Gadis itu mengambil nafas sebentar, lalu mulai membuka mulutnya.

"Itu karena...karenaa..." wajah Baekhyun memanas, dan dia benar-benar tidak mengerti mengapa wajahnya harus memanas. Apa karena menjawab sebuah pertanyaan yang belum pernah dilakukan nya itu membuat hormon nya jadi membara?

"Karena apa noona?"

"Itu karena rasa suka. Sang pria menyukai wanita itu, eum...sehingga dia mau menempelkan bibirnya pada wanita tersebut. Itu disebut ciuman, Chanyeol. Eum..mungkin kau belum terlalu mengerti, tapi kira-kira seperti itulah" jelas Baekhyun tidak yakin, ia benar-benar ingin segera mengakhiri tugas nya hari ini.

"Lalu kenapa lidah mereka saling bersentuhan?"

Shit shit

"Heum, kalau itu karena...karena mereka bukan sekedar saling menyukai, tapi sudah saling mencintai. Menyukai dan mencintai itu berbeda tingkatan, Chanyeol-ah. Mencintai itu perasaan yang lebih dalam dari pada menyukai"

"Chanyeol tidak terlalu mengerti perbedaan nya noona, tapi mungkin Chanyeol mengerti sedikit "

"Nanti kalau Chanyeol sudah besar, Chanyeol akan mengerti dengan sendirinya"

Baekhyun menghembuskan nafas lega karena Chanyeol tampaknya lupa dengan permintaan keduanya itu. Baekhyun hendak berdiri untuk mengambil air putih guna menenangkan pikiran nya, namun tangan Chanyeol mencegahnya.

"Noona, aku ingin melakukan nya, ciuman"

Oh My God, Baekhyun benar-benar ingin kabur

"Tapi Chanyeol, ciuman hanya dilakukan oleh orang yang sudah besar, dan Chanyeol belum pantas melakukan nya"

"Chanyeol sudah besar, bahkan lebih besar dari noona. Pokoknya Chanyeol ingin melakukan ciuman dan noona harus jadi wanitanya. Tadi kan noona sudah janji" rengek Chanyeol.

Gadis itu pun mendekat ke arah Chanyeol, berusaha menenangkan nya. Baekhyun menghapus bulir-bulir air mata pemuda itu dengan lembut. Hingga tiba-tiba, sepersekian detik berikutnya, ia merasakan bibir mungilnya ditekan dengan lembut oleh bibir Chanyeol. Baekhyun masih tidak bisa mencerna apapun, ia masih berdiam diri ditempatnya, bahkan ketika Chanyeol mulai melumat pelan bibir nya itu. Chanyeol menghentikan aktivitas 'orang dewasanya' itu, kemudian menatap Baekhyun lekat dengan serius, tampak berbeda dengan tatap kekanakan yang telah dilihat Baekhyun kurang lebih selama sembilan jam yang lalu.

"Bibir noona manis, Chanyeol suka, hehe" kekeh Chanyeol, dan Baekhyun masih dengan bodohnya tidak bereaksi.

"Chanyeol mencium noona karena Chanyeol menyukai noona. Tapi Chanyeol tidak memainkan lidah Chanyeol agar bersentuhan dengan lidah noona, karena mungkin Chanyeol belum mencintai noona. Tunggu saat itu ya noona, lalu kita akan mempraktekan nya lagi disini" Chanyeol menyeringai

Dan Baekhyun merasa pening, dunianya pasti sudah tidak waras sekarang


Seorang wanita paruh baya terlihat sibuk berjalan kesana-kemari, terlihat menunggu seseorang dengan khawatirnya. Mata nya sarat akan kemarahan yang sebentar lagi akan meledak. Ia benar-benar tidak habis pikir akan kelakukan keponakan nya yang belum juga memberi kabar mengenai tugas yang diberikannya pada gadis itu kemarin. Kabar buruk nya adalah klien tersebut menelepon nya dan mengatakan bahwa Baekhyun, keponakannya, tidak menampakan batang hidungnya sama sekali kemarin. Dan itu membuatnya sangat murka, terlebih klien tersebut berani membayar Baekhyun dengan harga yang sangat mahal, terlampau mahal untuk jasa seseorang yang biasanya dipakai untuk memerankan suatu peran. Kebanyakan dari tugas itu adalah berperan sebagai kekasih dari seseorang. Ada klien yang beralasan ingin mengetahui bagaimana rasanya berpacaran, ingin terlihat move on dari pacar lamanya, ingin terlihat keren, menolak perjodohan dan lain sebagainya.

"Bibi Go, selamat pagi" sapa gadis mungil yang ditunggunya itu dengan sopan, yang kemudian dibalas dengan pukulan cukup berat dipunggung sang gadis. Ya, Bibi Go tengah melampiaskan kemarahan nya pada Baekhyun karena gadis itu terlampau berani untuk melalaikan tugasnya kemarin.

"Aduh bibi, kenapa memukul ku? Sakit! Aw, bi lepaskan!" aduh Baekhyun sembari mencoba melepaskan diri dari genggaman bibi nya. Dia tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi sejak kejadian kemarin, dunianya memang sudah gila.

"Auh anak nakal, bagaimana bisa kau menelantarkan klien kemarin yang memberikan bayaran mahal, Byun Baekhyun?! Bagaimana bisa? Katakan sekarang! Kau main kemana kemarin sehingga tidak menemui klien itu?"

Baekhyun menyipitkan matanya, tanda sedang berpikir keras. Apa mungkin bibinya sudah terlalu lelah mengurus layanan jasa ini sehingga ia menjadi stres dan berbicara yang tidak-tidak? Persetan dengan bibi nya yang stres.

Kemarin dia sudah menghadapi mimpi buruk karena itu adalah pertama kalinya dia berperan sebagai seorang gadis, ya walaupun dia memang seorang gadis, namun kebanyakan klien memesan jasanya untuk berperan sebagai laki-laki. Walaupun wajahnya cantik, namun bela diri yang dikuasainya mampu membuat teman hawanya itu menyukai perbedaan Baekhyun yang bertolak belakang dengan ekstrimnya . Kemudian ia harus memakai dress yang sama sekali bukan style-nya, mengingatnya saja sudah membuat Baekhyun pusing. Belum lagi, ternyata tugasnya adalah mengajak bermain pemuda berumur 23 tahun, yang walaupun tampan, tapi mengidap keterbelakangan mental. Baekhyun tidak pernah menganggap rendah hal itu, hanya saja, ia kesal dengan sang bibi yang tidak berterus terang mengenai detail dari tugasnya. Dan bagian yang paling buruk adalah ciuman pertamanya, catat ciuman pertamanya juga raib dalam menjalankan tugas kemarin. Dan setelah semua yang ia lalui, bibinya mengatakan dia tidak menemui kliennya? Bunuh saja Baekhyun sekarang

"Apa maksud bibi? Aku bertemu dengan klien ku yang mengidap keterbelakangan mental, dan aku mengurusnya seharian. Kenapa bibi tidak jujur saja sih tentang tugas ku itu? Aku juga tak akan menolak nya kalau tau dari awal, aku justru akan mempersiapkan peran ku sebagai pengasuhnya" ujar Baekhyun tak menyadari bahwa sang bibi semakin marah, membulatkan matanya besar tidak percaya.

"Keterbelakangan mental? Apa maksud mu, Baekhyun? Klien mu tidak mengidap penyakit apapun, dia terlihat sangat tampan dan sehat. Dia menelepon bibi, mengatakan bahwa kau tidak datang ke tempat perjanjian bahkan setelah dia menunggu selama satu jam"

"Apa? Bibi pasti bercanda. Lalu klien siapa yang aku layani kemarin?"

"Siapa namanya?"

"Chanyeol, Park Chanyeol"

Baekhyun mengikuti Bibi Go yang berjalan masuk ke dalam rumahnya guna mengambil beberapa berkas. Baekhyun mendudukan dirinya sementara sang bibi sibuk untuk mencari berkas klien atas nama Park Chanyeol, namun hasilnya nihil.

"Tidak ada klien kita yang bernama Park Chanyeol, kau yakin itu namanya?"

"Iya bi, aku yakin sampai aku berani mempertaruhkan nyawa ku sekarang juga"

Bibi Go menggeleng, mendudukan diri di depan Baekhyun, kemudian mengamati lagi raut wajah gadis itu. Ya gadis itu tidak berbohong, bisa dilihat dari tatapan matanya yang dengan berani menatap tepat di manik sang bibi.

"Oh Tuhan, bagaimana bisa kau kecolongan melayani seseorang yang bukan klien kita, Byun Baekhyun?"

"Itu salah bibi karena tidak mau memberi tahu nama klien ku, dan hanya menyuruhku pergi ke tempat perjanjian itu!" sungut Baekhyun

"Permintaan klien Baek, itu permintaan nya, aku tidak bisa menolak. Lagipula bagaimana kau yakin bahwa orang yang kemarin kau temui adalah klien mu?"
Baekhyun menyadari kesalahan nya tidak menanyakan hal itu lebih lanjut, ya dia ceroboh dan amat bodoh percaya begitu saja pada orang lain.

"Asisten pribadinya yang menjemput ku, dan dia menayakan apakah aku nona Byun, dan aku menjawab iya tentu saja"

Bibi Go tidak habis pikir, kebetulan yang terlalu aneh untuk terjadi. Sementara Baekhyun masih saja memikirkan bahwa tindakan bodoh nya itu bisa saja membuat dirinya dan sang bibi celaka.

"Lalu apakah klien ku yang asli meminta bayaran nya kembali? Dia marah?"

"Beruntung, dia masih mau menggunakan jasa mu, dia tampaknya menyukai mu. Waktu dia 'memesan', aku memamerkan foto-foto Junmyeon kepadanya dan dia menolak, aneh kan? Padahal Junmyeon adalah primadona di layanan jasa kita"

"Lalu? Bagaimana dia bisa memilih ku? Bukankah bibi hanya mempunyai foto ku sebagai pria di buku 'menu'? tanya Baekhyun penasaran

"Ah itu, dia tidak sengaja melihat foto mu berperawakan seorang gadis di meja tv, jadilah dia memilih mu, mungkin penerangan yang kurang bagus saat itu membuat nya jadi sedikit buta"

"Bibi! Aku juga cantik tau! Jangan remehkan aku" rajuk Baekhyun yang hanya ditanggapi kekehan dari sang bibi. Rasa lega meliputi perasaan Baekhyun saat ini. Dia bersyukur, tidak ada tuntutan akan dikembalikan nya uang bayaran tersebut, karena ya memang dia sangat membutuhkan nya sekarang.

"Jadi dia masih menginginkan ku? Aku ingin bertemu dengan nya secepatnya, dan mengucapkan rasa maaf serta terimakasih atas tindakan baiknya pada ku, bi"

Bibi Go tersenyum simpul, ia pun mengambil handphone nya kemudian mencari sebuah pesan yang sudah diterimanya sejak beberapa jam yang lalu, dan menunjukan nya pada Baekhyun. Baekhyun mengamati sekaligus menghafalkan nama kafe yang akan menjadi tempat pertemuannya dengan pria baik tersebut.

"Kafe Viva Polo, jam satu siang, meja no 10. Kafe Viva Polo, jam satu, no 10. Baiklah bi, terimakasih banyak ya, aku akan menjalankan tugas ini dengan baik. Aku ingin mempersiapkan diri terlebih dahulu, nanti aku kesini lagi. Aku pamit ya bi" kata Baekhyun sembari keluar dari rumah bibinya itu.

"Hati-hati, Baekhyun, jangan sampai salah orang lagi"

Baekhyun melambaikan tangannya, tanda perpisahan.

Ya tidak boleh salah lagi


Sekali lagi Baekhyun mengenakan dress, high heels yang sangat amat dibenci nya itu. Kali ini dia akan bersikap lebih ikhlas mengenakan dua benda itu karena ya memang kebodohan kemarin adalah kesalahan nya. Ia merapikan anak poni nya yang diterbangkan angin, menjaga kunciran ponytail nya tidak berantakan. Baekhyun melirik lagi jam tangannya, ia sudah telat lima menit dari jam perjanjian karena macet yang menghalangi, namun dari kaca kafe tempat dia bercermin ini, dia bisa melihat meja no 10 masih ditempati oleh dua orang pemuda. Dia mengingat kata bibinya tentang ciri-ciri orang yang memesan nya tersebut. Putih, tinggi, bermuka cukup datar. Ya salah satu dari mereka menunjukan itu semua. Baekhyun mengambil langkah kecil kemudian mencoba anggun, dia membuka pintu kafe tersebut.

Bunyi lonceng yang menandakan ada tamu masuk, membuat beberapa pandangan pelanggan yang telah berada di kafe itu sebelumnya menatap ke arah Baekhyun, dan itu membuat sang gadis gugup. Dengan perlahan, ia menuju meja no 10, yang disambut dengan senyuman si pria bermuka datar, klien nya itu.

"Byun Baekhyun, benar?"

"Ya tuan, dan anda sendiri?"

"Oh Sehun, silahkan duduk" ujar pria bernama Sehun mempersilahkan Baekhyun duduk bersebrangan dengan dirinya dan seorang pemuda yang lain. Pemuda lain itu tampak tidak terlalu senang dengan kedatangan sang gadis, terbukti tidak sedetik pun dia memandang ke arah Baekhyun. Sehun pun bangkit berdiri, masih menatap Baekhyun dengan senyumnya, kemudian menepuk pundak sahabatnya lalu mengerlingkan mata. Ia pun membungkuk sopan, terlihat ingin berpamitan.

"Baiklah aku tinggal dulu, Baekhyun-ssi. Senang bertemu dengan mu"

"Tunggu, kenapa kau pergi? Bukankah kau klien ku?"

"Maaf mengecewakan mu, klien mu adalah pria itu, aku hanya peran pembantu untuk mempertemukan kalian. Jongin, kau benar-benar harus bersikap dengan baik terhadapnya agar naskah ku terselesaikan dengan baik. Sudah ya, aku pamit. Selamat bersenang-senang" kata Sehun mengakhiri kemudian berjalan ke arah pintu keluar kafe. Sebelum membuka pintu itu, ia mengintip lagi suasana canggung yang meliputi kedua orang yang ditinggalkan nya itu. Ia mengangkat salah satu sudut bibirnya, kemudian bersiul puas.

"And the game begin..."

-TBC-

Haloo semua, perkenalkan nama pena ku Byunkachu, dan ini adalah cerita pertama ku yang ku publish di FFN ini, hehe. Aku sangat mengharapkan bagi siapapun yang membacanya untuk mereview bisa berupa kritik dan saran juga agar FF nya semakin baik Aku ga tau sih bakal ada yang tertarik atau engga sama cerita aneh ini, hehe. Okeee, sampai jumpa di chapter depan yaaa. Salam ChanBaek!