Taeyong's Mark ( Chapter 1 )

Main cast: Lee Taeyong, Mark Lee, Johnny Seo, other NCT member, and OC

Genre: Romance, School life, Fantasy

Lenght: Chaptered

Rated : T or More(?)

Seorang pemuda bersurai pirang mendongakkan kepalanya menatap deretan huruf yang terpampang di gerbang sekolah tempat dimana ia diturunkan oleh kakak sulungnya beberapa detik yang lalu.

"Hah.. Come on Mark! You can do it, dude! Okay! Let's get inside..''gumam pemuda itu berusaha menyemangati dirinya sendiri, mengeratkan pegangannya pada tali ranselnya kemudian melangkahkan tungkainya memasuki gerbang sekolah tersebut.

Berbagai ragam tatapan menyambut dirinya begitu pemuda itu menapakkan kakinya di koridor. Seolah mimpinya menjadi idola remaja terkabul karena dihadiahi tatapan kagum oleh yah- anggap saja teman-teman barunya.

Pemuda itu tersenyum sekilas menyadari apa yang baru saja ia bayangkan. Mungkin saja ia menjadi idola nantinya karena ia baru saja memasuki sekolah yang menjadi tempat bagi anak-anak yang mempunyai kekuatan super-menurutnya. Sebut saja sekolah ini prodigium dan siswanya sebagai Demion. Karena orang-orang memanggil mereka seperti itu. Pemuda itu menghentikan langkahnya begitu label 'Teachers Room' yang menggantung di depan pintu tertangkap oleh obsidiannya. Jemari putih itu terangkat untuk mengetuk dan memutar kenop pintu di hadapannya.

"Permisi.", ujarnya pelan sambil melongokan kepalanya di celah pintu yang setengah terbuka.

"Oh! Kau murid baru itu? Mark Lee?"

Seorang wanita paruhbaya mengenakan pakaian formal dan kacamata yang tengah duduk di salah satu meja di ruangan tersebut menyambutnya dengan pertanyaan.

"Ne, itu aku, Saem.", jawabnya setelah membungkukkan badannya.

"Kalau begitu ikut aku. Teman-temanmu pasti sudah menunggu.", Mark mengangguk pelan sebelum mengikuti langkah guru barunya itu.

"Omong-omong, apa kekuatanmu?", pertanyaan guru itu sontak membuat Mark meringis pelan di sela langkahnya menaiki tangga.

"Eumm itu- Aku belum mengetahuinya, saem.", jawab Mark. Ia berkata jujur. Ia memang tak mengetahui apa kekuatannya, padahal orangtua juga dua saudaranya sudah mempunyai kekuatan mereka sendiri. "Benarkah? Padahal kedua orangtuamu murid favoritku dulu. Kalau begitu kau harus berhati-hati, jangan sampai wajah manismu terluka."

Tatapan bingung Mark menyambut kalimat yang keluar dari bibir gurunya itu.

"Ne?"

"Kau tidak diberitahu? Kau akan bertarung dengan siswa lain sebagai penyambutan."

Obsidian Mark membola mendengarnya.

.

.

Mark tak ingat apa yang ia mimpikan semalam hingga akhirnya ia berada di situasi rumit ini. Ia tak menyangka hari pertamanya di sekolah ini juga akan menjadi hari terakhirnya hidup. Ayolah, bukankah tadi sudah ia katakan bahwa ia tak memiliki kekuatan?

Mark mengedarkan pandangannya ke penjuru tribun yang mengelilinginya. Terdapat banyak siswa disana tengah menyaksikannya. Tak sengaja obsidiannya bertemu dengan iris setajam elang. Mereka saling bertatapan selama beberapa sekon sebelum suara pemandu acara mengalihkan atensi mereka.

"Selamat datang di pertarungan penyambutan teman baru kita, Mark Lee.. Kita lihat seberapa kuat si manis ini.. Dan penantangnya adalah..."

Tungkai Mark melemas melihat siapa yang akan menjadi lawannya. Ia meringis membayangkan apa yang akan terjadi pada tubuhnya ketika melawan pemuda ini. Tinggi dan berbadan kekar ditambah kekuatannya sebagai Demion.

"..Kang Seunghyuk! Let the Party begin!", riuh suara teriakan dan siulan menyusul setelah pemandu acara itu menyelesaikan kalimatnya.

Mark membulatkan matanya panik. Ia melihat ke sekeliling mencari siapapun yang dapat menolongnya. Namun terlambat karena pemuda bernama Seunghyuk itu telah melancarkan serangannya. Beruntung Mark dapat menghindar.

"W-Wait! I have no power! Aku tidak punya kekuatan apapun! God Damn!", ia berusaha memberitahu lawannya, namun hanya ditanggapi dengan tawa mengejek.

"Are you kidding me? You have no power but you can get into this school?", ejek Seunghyuk sambil terus menyerang.

Yang bisa Mark lakukan hanyalah terus menghindar dari serangan Seunghyuk, berlari kesana kemari agar tubuhnya tak tersentuh jilatan api Seunghyuk. Mark tahu iatak bisa terus menghindar, karena itu ia mulai mencari cara melawan pemuda di hadapannya ini.

Ia melihat tanah berlapis rumput di bawahnya. Jika ini lapangan, pasti ada penyemprot air otomatisnya. Mark kembali mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Pemuda itu bersorak pelan ketika matanya menangkap benda yang sedari tadi ia cari. Keran penyiram lapangan otomatis.

"Kau membuang waktuku, manis.. Kita selesaikan dengan cepat ne? Oppa janji sakitnya takkan lama..", Seunghyuk kembali menyuarakan cibirannya disambut sorakan penonton. Pemuda bermata elang di tribun penonton tak mengalihkan atensinya dari Mark. Mata elangnya setia mengawasi pemuda itu.

Seunghyuk mulai mengeluarkan kobaran api dari tubuhnya.

Penonton menunggu. Mark hanya berjarak beberapa senti saja dari keran itu, begitu juga api Seunghyuk yang sedikit lagi menjilat tubuh Mark.

'Ayo! Sedikit lagi..', teriak Mark dalam hatinya. Dan akhirnya-

Crassh

-tetesan air membasahi lapangan juga tubuh Mark dan Seunghyuk. Seketikaapi Seunghyuk padam dibuatnya. Mark langsung membaringkan tubuhnya tak peduli dengan pakaiannya yang akan basah dan kotor nantinya, menikmati tetesan air yang jatuh membasahi tubuhnya. Spontan degup jantungnya melambat dan kembali normal. Ia tak menyadari perubahan raut Seunghyuk juga aura gelap yang menyelubunginya.

Saat pemuda itu menggeram marah, barulah Mark tersadar dan membuka matanya. Namun belum sempat ia mencari tahu apa yang terjadi, tubuhnya telah terangkat dari tanah. Proses respirasi ke paru-parunya terhambat karena Seunghyuk mencekik lehernya. Sontak orang-orang berteriak heboh.

Mark terus meronta dan memukul tangan kekar Seunghyuk yang mencekik lehernya. Namun tak lama kemudian rontaan Mark melemah. Pemuda itu mulai kehabisan oksigen. Hampir saja pemuda itu memejamkan matanya jika saja telinganya tak menangkap sebuah suara dari balik punggungnya. Suara yang amat tenang dan datar namun sarat akan keabsolutan.

"Sudah cukup Seunghyuk-ssi."

Seunghyuk melepaskancengkeramannya, membuat Mark sontak menutup matanya bersiap menyentuh tanah nan keras. Namun nyatanya semua itu tak terjadi. Karena pada akhirnya ia jatuh ke dalam sebuah pelukan hangat milik pemuda dari tribun yang menatapnya di awal tadi.

Mark dapat menangkap raut khawatir di wajah tampan pemuda itu namun ia menepisnya tak percaya. Ia menggumamkan kalimat terima kasih lirih sebelum gelap menyelimuti pandangannya.

.

.

"Dia baik-baik saja. Hanya kekurangan oksigen juga memar di lehernya. Mungkin juga sedikit kedinginan. Kau tak perlu khawatir Taeyong-ssi."

Kalimat itu terdengar samar di telinga Mark. Ia membuka dan mengerjapkan matanya pelan berusaha beradaptasi dengan cahaya terang yang sedikit menusuk matanya. Nuansa putih menjadi hal pertama yang Mark lihat. Aroma obat-obatan juga sedikit menyakiti hidungnya.

"Hei, kau sudah sadar? Merasa baikan?"

Suara itu lagi. Mark menoleh pada sumber suara. Ia ingin menjawab namun tenggorokannya terasa sakit. Mungkin efek cekikan Seunghyuk tadi. Jadinya ia hanya mengangguk pelan.

Pemuda itu tersenyum. Sebuah senyuman yang tak pernah Mark sangka akan terukir di wajah tampan itu karena aura dingin yang melekat padanya. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang setelah melihat senyuman itu.

"Syukurlah. Omong-omong, perkenalkan, namaku Taeyong. Lee Taeyong", ujar pemuda itu memperkenalkan dirinya. Mark ingin memperkenalkan dirinya namun dipotong oleh Taeyong.

"Aku sudah tahu namamu. Jangan berbicara dulu jika itu menyakitimu. Mau minum?"

Mark menggerakan tubuhnya hendak bersandar pada headboard ranjangnya. Dengan sigap Taeyong membantunya, membuat hidungnya dapat menghirup aroma mint yang menguar dari parfum Taeyong.

Tak hanya sampai disitu, Taeyong juga membantu Mark mengambil segelas air di nakas.

"Lebih baik kau kembali beristirahat, Mark. Sekolah akan berakhir pukul 4 nanti. Jaga dirimu baik-baik ne? Aku pergi dulu.."

Taeyong segera mengambil almameternya yang ia sampirkan di kursi di samping ranjang Mark, membuat pemuda ituberpikir, berapa lama Taeyong menemaninya?

Ketika Taeyong telah sampai di ambang pintu, barulah Mark tersadar dari lamunannya.

"Taeyong-ssi..", pemuda itu membalikkan punggungnya.

"Terima kasih sudah menolongku..", lanjut Mark. Taeyong kembali tersenyum, mengingatkan Mark pada tokoh Jack Frost pada serial kartun spesial natal yang sering ditontonnya.

"Sama-sama. By the way, i forgot something.. You should call me hyung.. See ya' Markie.."

Setelahnya pintu itu tertutup, meninggalkan Mark sendirian dengan jantung berdegup kencang juga pipinya yang bersemu.

Barusan Taeyong memanggilnya apa?

.

.

Dering bel pertanda pulang membangunkan Mark dari tidurnya. Ia menatap ke sekelilingnya. Tak ada siapapun, termasuk Taeyong.

Blush

Mark menepuk pipinya demi mengusir pikirannya tentang Taeyong. Untuk apa ia mengharapkan pemuda itu? Kenapa ia menjadi seperti anak gadis kasmaran?

Cklek

Pintu terbuka, menampilkan sosok wanita berjas putih khas perawat.

"Oh, kau sudah bangun rupanya. Bagaimana perasaanmu?"

Mark menatap bingung wanita itu.

"Ne?", tanyanya bingung. Wanita itu sontak menepuk keningnya sendiri.

"Bodohnya aku.. Kau kan pingsan, mana mungkin kau tahu Taeyong menciummu demi memberimu nafas buat−ups", wanita itu menutup mulutnya refleks ketika melihat Mark tercengang dengan pipi merona.

What the−

.

.

TBC?