Naruto belong Masashi Kishimoto.

Who I Am belong KimTen

fanfiction ini hanyalah imajinasi Author semata.

.

..

Happy Reading.

.

..

...

KAKASHI POV.

Aku, Pria berusia hampir 40 tahun yang tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun sejak lahir.

Tapi keadaan berubah. tiba-tiba aku memiliki seorang anak laki-laki yang sangat mirip dengan ku.

Saat ini dia ada di hadapanku, tidur nyenyak dalam bedongan kain putih.

Namaku Hattake Kakashi.

Aku mencoba mengingat-ingat, dengan siapa aku berhubungan dengan seorang wanita? karena aku merasa tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun.

Ah..ini membuatku pusing. sangat pusing sekali.

Sekarang, apa yang harus aku lakukan?

Apa aku harus meminta bantuan? tapi dengan siapa?

"Haahhh...merepotkan."

Aku beranjak dari kamar, meninggalkan bayi itu sejenak.

Ku ambil ganggang telfon dan menekan tombol-tombol angka itu.

"Ah..ini aku, Kakashi." ucapku setelah sambungan telfon terangkat. "Aku ingin minta bantuan mu. bisa?"

"Tapi bisakah secepatnya? ini sangat gawat darurat."

"Baiklah, terima kasih."

Aku menutup telfon dan kembali ke kamar.

Kedua mata mungil itu masih terpejam. Aku kembali terduduk sambil mengamati wajah polos tanpa dosa itu.

Bila di lihat secara seksama, Bayi kecil ini sangat mirip denganku saat aku masih Bayi. Dari rambut, hidung dan mungkin matanya juga, karena aku belum melihat kelopak matanya terbuka.

Suara bel menyadarkan ku.

Aku kembali meninggalkan bayi itu dan menyambut tamu yang aku tunggu-tunggu.

"Yo." sapaku setelah melihat wajah sosok perempuan berambut pirang yang aku harapkan.

Tsunade Senpai menatapku penuh curiga.

"Cepat katakan, apa hal yang darurat itu? aku tidak ada banyak waktu untuk meladeni mu." ujar Tsunade ketus.

Tsunade Senpai adalah senior ku waktu SMU dua tingkat di atasku. Dia kini menjadi seorang dokter ternama di kota Konoha ini.

Aku menggaruk rambutku yang tidak gatal. Sejujurnya aku binggung mau menjelaskan dari mana perihal Bayi itu.

Namun sebelum aku mulai menjelaskan, suara Bayi itu terdengar kencang. Dia menangis.

Tsunade Senpai dan aku sama-sama terkejut mendengarnya.

"Apa ada Bayi di rumahmu?" tanyanya. Dan tanpa menunggu jawabanku, Dia menerobos masuk dengan paksa dan langsung berjalan menuju kamarku. Aku mengikutinya dari belakang.

Aku melihat Senpai mengangkat Bayi itu kedalam gendongannya untuk meredakan tangisan Bayi tersebut.

"Anak siapa ini?"

Sekali lagi aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Tsunade-san masih menunggu jawabanku.

"Mungkin anakku." jawabku akhirnya.

Ku lihat Senpai menghela nafas.

"Dan siapa ibu dari anak ini? kekasihmu?"

"Aku tidak tahu." Jawabku pelan. "Aku tidak ingat apa yang sudah aku lakukan, pagi tadi aku berniat keluar tapi bayi itu sudah ada di dalam box dengan tas berisi pakaian, perlengkapan bayi dan beberapa kaleng susu formula dan juga surat."

"Surat? apa isinya?"

"Hanya berisi, 'aku titip anak ini', begitu."

Suasana hening. Bayi itu sudah kembali tertidur.

Tsunade Senpai meletakkan kembali bayi itu di atas tempat tidurku dengan dua guling sebagai pembatas agar bayi itu tidak jatuh ke bawah.

"Lalu, sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanyanya.

"Aku tidak tahu." jawabku pelan. Karena memang, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Ku lihat Senpai menilik jam yang terpasang di pergelangan tangannya.

"Aku harus pergi sekarang, Aku akan kesini nanti setelah urusan ku selesai. Kalau dia bangun, coba cek popoknya dan juga berikan dia susu tiga jam sekali."

"Baiklah."

Aku mengantar kepergian Senpai sampai depan pintu. Setelah dia pergi, aku kembali ke kamarku lagi.

Aku terus mengamati wajah bayi itu. Sampai tanpa sadar aku ikut tidur di sampingnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

to be continue