How to Respect Your Shy Wife

Kuroko Tetsuya x Shirou Tetsuya

Kuroko no Basuke

Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi

A/N: sudah sekian lama aku ngga bikin fict mesum seperti ini. Kalian tahu? Kata-kata senpaiku yang dulu fujoshi itu benar, awalnya suka yang humu-humu dan berakhir menjadi suka yang hentai ikkeh-ikkeh. Yaa, daripada banyak curhat bagaimana kalau kita intip pasangan imut buatanku kali ini? Untuk versi remajanya bisa kalian baca di fict yang satu lagi yang berjudul 'Beautiful Word', oke? Nah, siapkan tisu kalian dan mulailah banjir darah, huahahahahahaha XD

Warning: typo(s), OC, OOC, I don't take any advantage by this fanfiction

Malam telah tiba, aku sedang mencuci piring di dapur setelah makan malam tadi. Dan terlihat di seberangku ada sosok pria yang sekarang menjadi pasangan hidup alias suamiku sedang bersantai bersama anjingnya bernama Nigou. Anjing bertipe husky itu menggoyang-goyangkan ekornya teratur diiringi dengan elusan lembut di leher dan punggungnya oleh pria surai biru muda di sampingnya.

Oh, aku lupa memperkenalkan diri ya? Namaku Shirou Tetsuya dan suamiku Kuroko Tetsuya, kami baru saja menikah enam bulan yang lalu tepat kami mendapat pekerjaan tetap sebagai pengurus TK yang tak jauh dari rumah. Namun, aku juga punya pekerjaan sampingan sebagai penulis novel remaja. Sebenarnya, namaku bisa saja berubah marga menjadi 'Kuroko', namun karena nama kecil kami juga sama terpaksa nama'Tetsuya' menjadi nama marga kami.

Kembali ke realita, sampai mana tadi? Oh ya, aku baru saja selesai mencuci piring makan kami dan beranjak menuju ruang tengah dimana Kuroko berada. Saat aku berada di sisinya, ia mengadah padaku dan segera menggeser duduknya. "Kemarilah, sayang,"ucapnya lembut.

Sontak saja jantungku berdebar ketika mendengar kata 'sayang' keluar dari mulutnya. Padahal sudah enam bulan menikah, tapi aku masih belum biasa dengan kata-kata manis seperti ini. Aku hanya menggangguk kaku dan duduk berdempet dengannya. Aku langsung menyandarkan kepalaku di pundaknya dengan nyaman dan tangan besarnya langsung mengelus kepalaku dengan lembut.

"Lelah?"tanyanya.

"Un...sedikit,"jawabku singkat. "Tapi langsung hilang setelah kamu mengusap kepalaku, Kuroko,"lanjutku dengan nada lega. Ia tersenyum, lalu mengecup kepalaku yang bersurai krim lembut.

"Syukurlah. Terima kasih sudah membantuku hari ini, Shirou,"ucapnya sambil mengusap pelan pundakku dan sedikit memijitnya hingga membuatku merasa nyaman.

"Umm...aku tidak apa-apa kok. Sama-sama,"ucapku sambil menggeleng pelan.

Aku suka disaat-saat seperti ini, suasananya begitu hangat dan tenang hingga membuatku betah dengannya. Sama seperti saat kami masih dalam status pacaran, kami saling menghangatkan hati satu sama lain. Disaat aku sedang terpuruk dia ada untukku, begitu juga ketika dia sedang terpuruk aku ada untuk dia. Yah, kepekaan hati kami begitu kuat hingga kata-kata cinta hampir tak bisa diungkapkan jika saat itu Kuroko tidak mengatakannya duluan. Dan aku sangat senang hingga air mataku jatuh tak terbendung. Hingga akhirnya, kami pun menikah pada waktu musim gugur.

Setelahnya, kami pun menjalani hari-hari di taman anak-anak dengan bermain,belajar, dan lain-lain. Disitu aku bisa mendapat pelajaran bagaimana mendidik anakku nanti.

Namun masalahnya, aku terlalu pemalu untuk meminta berhubungan dengan Kuroko. Karena itu terlalu memalukan untukku. Tapi, kalau Kuroko yang meminta langsung aku juga takut kalau aku belum siap. Ya Tuhan, bagaimana ini?

"Shirou? Shirou?"

"Eh?"

Aku tersadar dari lamunanku saat tangan suamiku mengguncangku. Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya. "Ada apa?"tanyaku.

"Justru aku yang harus bertanya begitu. Kamu melamunkan apa lagi kali ini?"tanyanya balik.

"Ah...oh...itu..."

Aku terdiam. Lalu wajahku merona, "Ahh iya...aku teringat kalau Yosuke-kun bercerita kalau ia akan punya adik lagi. Iya, itu dia! Ahahaha, mengingat wajah polosnya aku jadi melamun tadi. Hehehehe,"cengirku bohong.

Kuroko terdiam sebentar, lalu tersenyum hingga membuatku bingung. Aku menatapnya penuh tanya hingga ia mulai membuka pembicaraan.

"Dari ceritamu, kamu kode ke aku untuk punya anak segera kan?"tanyanya dengan senyum percaya diri.

SKAKMAT. Aku langsung merona hingga ke ubun-ubun.

"Aaaa...i-i-i-itu..."

"Aku tidak akan memaksa kok. Kalau kamu belum siap aku tetap akan menunggu hingga kamu siap,"ujarnya ringan.

"Eh? Benarkah?"tanyaku tidak yakin.

Ia menggangguk sebagai jawaban. Lalu, ia menyibak poniku dan mencium dahiku sayang. "Tenanglah, aku santai saja kok. Nah, ayo kita tidur,"ucapnya. Ia raih tanganku dan beranjak menuju kamar dengan mematikan lampu seluruh ruangan sebelumnya.

Meski ia berkata begitu, aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa melayaninya. Kenapa aku jadi merasa tidak berguna seperti ini? Kalau sampai kami tidak melakukan hubungan, aku takut kalau nanti kami...cerai.

Tidak. Aku tidak mau itu!

"Kuroko,"panggilku.

Ia menloeh ke arahku setelah kami masuk ke kamar. "Ada apa?"tanyanya balik.

"Um...anu,...tidak apa-apa kalau...kalau kamu yang meminta untuk melakukan 'itu' malam ini,"ujarku gugup.

"Eh?"

"Anu...selama ini aku hanya pasif menunggumu untuk meminta langsung berhubungan denganku. Tapi, kamu tahu kan kalau dulu aku pernah trauma dengan hal ini? Jadi..."

Ia masih diam dan aku mengambil jeda.

"...malam ini boleh saja kamu melakukannya,"ucapku pada akhirnya.

Setelah aku berbicara, aku merasa tanganku ditarik olehnya dan menuntunku untuk duduk di tepi kasur. "Kuroko?"

"Aku mengerti. Aku juga selama ini merasa sungkan bila harus meminta padamu karena aku tahu dari wajahmu pasti belum siap menerima semuanya. Jadi, jangan paksakan dirimu, sayang,"ujarnya sambil menyentuh wajahku.

"Tidak. Bukan itu. Aku hanya ingin melayanimu, memuaskanmu, dan menjadikan aku milikmu. Kumohon, Kuroko..."isakku sambil menggelengkan kepalaku.

Ia mendekatkan wajahnya padaku dan menempelkan dahi kami. "Kamu yakin?"tanyanya.

Aku menatap matanya yang penuh kesungguhan dimana ia tak ingin menyakitiku kala kami melakukannya di ranjang nanti. Aku mengannguk pelan dan langsung disambut dengan senyumannya.

"Baiklah, aku akan melakukannya dengan lembut. Jadi..."

"..."

Kami bertatapan lama sebelum akhirnya ia menyentuhku.

.

.

.

.

Dalam keadaan tanpa busana, kami bergelung dibalik selimut yang tebal dimana kami berciuman panas hingga keringat bercucuran meski pendingin ruangan menyala. Aku mendesah pelan ketika lidahnya bermain dengan lidahku dan sesekali ia mencium bibir atas dan bawahku secara bergantian. Aku tak tahu kalau ia ternyata seorang kisser yang handal hingga aku tak mampu menyeimbanginya.

"Haa...ah...Kuroko..."desahku ketika ia mencium pipiku dan berbisik di telingaku.

"Bibirmu manis, sayang. Aku suka,"bisiknya dengan sensual.

Ia menggodaku dengan membuat wajahku merona berat. Ia menjilat telingaku dan berhasil memancing desahanku keluar. "Kuroko, geli...ah!"

Ciumannya turun hingga leher dan bahuku. Ia cukup lama bermain disana sebelum akhirnya ia turun ke belahan payudaraku. "Dadamu mungil, sayang. Lihat bagaimana aku menyentuhnya,"godanya sambil memeras payudaraku tiba-tiba.

"Hyah! Kuroko, jangan...ah! ge-gelii!"jeritku.

Meski aku berkata tidak, tubuhku berkata iya. Iya karena aku menikmati sentuhannya dimana ia memijat payudaraku dengan lembut dan sensual. Rasanya daerah kewanitaanku jadi gatal entah kenapa. Kuroko mencium diantara payudaraku, lalu menjilat puting kiriku sebelum akhirnya ia mengulumnya di dalam mulut basahnya, sedangkan tangan kirinya tetap memijat payudara kananku. Melihatnya saja aku malu sekali hingga aku menolehkan kepalaku ke arah lain.

"Kuroko...ah...haah...itu...hnnnh!"

"Kenapa? Apa terasa nyaman?"tanyanya sambil kembali mengulum putingku secara bergantian.

"Ummh...ha...tidak...haa...tahu...hnn..."

"Tidak tahu artinya iya. Kau merasa nyaman, sayang. Biar kuberikan lebih,"ujarnya.

Tangannya yang satu bebas perlahan menuju ke bawah tubuhku. Ia mengusap-usap perutku hingga akhirnya ia menyentuh daerah 'terlarang' itu.

"Tunggu...apa yang...ah! Kuroko!"jeritku saat merasakan sentuhan aneh dibawahku.

"Rileks, sayang. Pejamkan matamu dan rasakan saja,"bisiknya dengan suara berat.

Jemarinya memijat lembut kewanitaanku dan sampai ia menyentuh klitoris milkku barulah tubuhku mengejang hebat.

"Ha...ah, ah! Kuroko! Jangan...disana...hhnnn, nggh! Hah!"desahku tak karuan.

Pijatannya semakin lama semakin cepat ditambah dengan kerasnya desahanku. Aku merasa kini Kuroko sedang tersenyum ketika ia berhasil memancing desahan kerasku. Dasar mesum!

Aku ingin sekali membalasnya, namun tiba-tiba tangan kananku ditarik olehnya dan menuntunnya ke bawahku. Tidak, tepatnya bawah miliknya. Oh, ini buruk.

"Sayang,...ngghh, tolong bantu aku juga. Disini,"bisiknya sambil menuntun tanganku untuk memegang miliknya.

"Hiii! Tapi...Kuroko-"

"Tenanglah, aku ingin kau juga menyentuhnya, sayang. Seperti aku menyentuhmu sekarang,oke?"bisiknya lagi.

Aku hanya bisa mengiyakan sambil menyentuh batang kejantanannya. Seumur hidup baru kali ini aku menyentuh kejantanan laki-laki dan Kuroko adalah orang pertama yang kusentuh setelah menikah. Aku memijat pelan miliknya sambil menahan hasrat sensual yang terus menguar kala sentuhannya padaku makin kuat.

"Hhh...Shirou...ah...yah, begitu sayang...terusshh...hhh..."desahnya di samping telingaku.

Aku dapat merasakan bahwa diriku sebentar lagi klimaks dan nafasku tercekat disaat klimaks itu mulai datang. Tanganku bergetar memijat kejantanan Kuroko yang sudah mengeras dan ujungnya mengeluarkan cairan lengket.

"Hhh...Kuroko...aku...akan keluar...hhhh!"desahku.

Tiba-tiba ia melepaskan tangannya dariku dan begitu juga aku. Aku sudah tidak tahan, aku ingin ia di dalamku!

"Aku akan masuk dan kita keluar bersama,"bisiknya sambil mengambil posisi yang nyaman untuk memasukiku. Aku mengalungkan kedua lenganku dilehernya dan melebarkan kakiku agar bisa membuka jalan untuknya. Kemudian, aku merasakan ada benda yang tumpul menyentuh liangku.

"Uhh...Kuro-"

"Aku masuk ya, sayang. Bersiaplah..."abanya untukku.

Aku mengangguk tanda siap. "Rileks..."bisiknya.

Ujung benda itu mulai bergerak masuk ke dalamku perlahan. Aku berusaha mengatur nafasku agar tidak terlalu tegang saat ia memasukiku. Deru nafasnya kembali terdengar, kali ini makin berat. Aku yakin ia pasti menahan dirinya agar tidak langsung menusukku secara tiba-tiba.

"Eeengghh...haa...sedikit lagi...masuk...haaa,"desahku saat aku merasakan puncak dari pertahananku akan runtuh.

"Umh...bertahanlah, sayang. Satu...dua..."

"Engh! Ah!"jeritku.

Akhirnya pertahananku pun berhasil dihancurkan olehnya dan benda milik Kuroko sudah tertanam sempurna di dalamku. Perutku jadi terasa penuh karenanya. Namun, ada rasa sakit yang menjalar di liang pertahanan yang baru saja hancur tadi dan sepertinya mengeluarkan darah.

"Shirou, kamu tidak apa? Sakit?"tanya Kuroko khawatir padaku. Ia bahkan sampai mengusap-usap punggungku agar kembali rileks.

"Ahh...nn...sakit..."isakku sambil menahan rasa sakit.

"Kita sudahi saja ya,"

"Jangan!"sergahku."Aku ingin kamu keluar di dalamku. Kamu janji kan?"pintaku.

"Tapi, kamu kesakitan kan? Aku tak ingin menyakitimu,"balasnya.

"Tidak, jangan. Jangan berhenti. Lanjutkan saja, aku yakin sakitnya akan hilang,"ucapku meyakinkan.

Kuroko terdiam sesaat sambil menatapku iba. Lalu menghela nafas panjang.

"Baiklah akan kulakukan. Jadi bertahanlah,"ucapnya.

Aku mengangguk tanda setuju. Ia mencium bibirku sesaat sebelum ia mulai menggerakkan tubuhnya. Ia mengeluar-masukkan miliknya perlahan di dalamku sambil menahan rasa sakit karena terjepit di dalam. Aku yang awalnya meringis akhirnya mendesah keenakan.

"Uhm...ha...Kuroko...ha..."desahku.

"Bagaimana? Sudah mulai nyaman?"tanyanya masih menggerakkan tubuhnya.

"Ah...ya...hhh...sudah mulai...enakan..."jawabku.

Ia tersenyum lalu dengan jahilnya ia mengeluarkan seluruh kejantanan miliknya, lalu dalam sekali hentakan ia memasukkannya lagi dengan cepat. "Ah!"jeritku makin mengeratkan rangkulanku di lehernya.

"Ternyata kamu mesum juga ya, sayang. Mau kuberikan lebih?"godanya di telingaku.

"Kuroko! Jangan menggodaku! Ah! Jangan!"balasku kesal sambil terus mendesah ketika miliknya menusuk dalam liangku.

Uhh...sialan, ini enak sekali. Aku jadi ingin keluar sekarang. Namun, sepertinya Kuroko juga akan keluar tak lama lagi. Kecepatan keluar-masuknya makin cepat dan kami merasa akan masuk klimaks.

"Ah, ah, ah!Kuroko! aku...aku...mau...aaaah!"racauku makin keras.

"Kita...keluar...ber...sama..."

"Hnn!"

Kami pun klimaks bersamaan dengan Kuroko mengeluarkan spermanya di dalamku dan aku memeluknya erat disaat terakhir. Nafasku tersengal-sengal begiu juga dengannya. Ia membaringkan tubuhnya disampingku setelah ia mengeluarkan miliknya dariku.

"Sayang, kau tidak apa-apa?"tanyanya masih dalam rengkuhanku.

"Un...tidak apa-apa kok,"jawabku.

Ia mengangkat tubuhnya untuk menatapku, lalu ia menciumku dengan lembut. Aku membalasnya dan menarik wajahnya agar memperdalam ciuman kami. Kami berciuman cukup lama sebelum akhirnya saling melepaskan karena kehabisan nafas.

"Seks hari ini menyenangkan. Terima kasih, sayang,"bisiknya di samping telingaku.

"Ya, terima kasih juga untukmu,"balasku.

"Aku tahu kalau kamu perawan. Jadi maaf kalau aku agak kasar tadi,"ucapnya.

"Tidak juga, justru kamu membuatnya lebih baik setelahnya. Terima kasih,"

Aku tersenyum padanya dan mencium keningnya, lalu menidurkannya diatas lenganku. "Nah, selamat tidur,"bisikku.

To Be Continued...

a/n: mungkin selanjutnya Yuna dan Akashi nih. Bagaimana Yuna? Siap buat ikkeh-ikkeh kimochi? XD