荒廃学校で恋

(Kōhai gakkō de koi)

Disclaimer : Kuroshitsuji ©Toboso Yana/Square Enix . Jouou no Banken . MBS

Genre : Friendship, Romance, School

Rating : T

Pairing : SebaCiel

Warning! Berbahaya untuk anak-anak (emangnya rated M?) /plakk!, Gaje, Abal, Aneh, OOC, Typo (kalo ada), Shonen-ai/Yaoi/BL, Bahasa tidak jelas, dll.


A/N : Saya sengaja membuat judulnya dengan Bahasa Jepang. Itu dikarenakan saya tidak dapat membuat judul yang bagus. (capek ah, pake bahasa baku) Sebenernya artinya Cinta di Sekolah Bobrok. Abal banget kan? Makanya saya ubah ke Bahasa Jepang dan hasilnya lumayan. Tentunya saya minta bantuan google terjemahan… :P (jangan mencoba hal ini di rumah! XD) Saya buat fanfic ini di sekolah, waktu ada jam kosong. Terus dilanjutin di rumah, deh. Ya udah segitu dulu. Nanti saya lanjutin di akhir cerita. Selamat membaca!


Seorang anak berambut kelabu tampak memasuki sebuah gerbang sekolah kecil di pinggir Kota London. Matanya yang indah mengamati setiap jengkal dari sekolah itu. Seketika raut wajahnya berubah menjadi tampang jijik. Ia tak menyukai tempat seperti ini. Tempat ini bagaikan tempat sampah. Kotor, bau, berantakan… Rasanya ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Sayangnya, ia tak dapat melakukan hal itu. Ia harus bertahan lebih lama lagi di sana. Ya, setidaknya untuk satu tahun.

.

.

.

荒廃学校で恋

(Kōhai gakkō de koi)

Chapter 1 : Awal dari Segalanya

.

.

.

Remaja itu bernama Ciel Phantomhive. Anak satu-satunya dari pasangan Vincent dan Rachel Phantomhive. Ia adalah pewaris tunggal dari Funtom Company. Tingginya sekitar 152 cm dan tubuhnya kecil. Karena itu ia sering disangka anak kecil berumur sekitar 13 tahun. Ditambah lagi parasnya yang manis dan kulitnya yang seputih salju. Ia sering dikatakan mirip perempuan. Bahkan lebih cantik dari perempuan itu sendiri. Banyak orang yang langsung jatuh cinta saat melihatnya. Penggemarnya sangat banyak, terutama kaum lelaki. Tetapi ia selalu sendirian. Tak ada yang berani mendekatinya karena ia terlalu dingin dan sombong.

Untuk apa orang sekaya ia pergi ke tempat rakyat jelata seperti itu? Alasannya tak lain adalah karena suruhan orang tuanya. Orang tuanya ingin agar ia dapat bersosialisasi dengan orang lain. Sekaligus untuk menghilangkan sifat sombongnya yang sudah kelewat parah itu.

Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju kelasnya yang baru. Banyak orang yang memaku pandang ke arahnya. Ia merasa risih dengan semua orang yang memandangnya. Tetapi seorang berambut hitam telah mengalihkan perhatiannya.

"Selamat pagi!" kata pemuda yang memiliki surai hitam itu sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Ciel. Ciel langsung membuang muka, tak peduli dengan orang yang tak dikenalnya itu. "Jangan begitu, dong… Kau anak baru, ya? Kenalkan, namaku Sebastian Michaelis. Panggil saja aku Sebastian. Siapa namamu?"

"Tch, apa urusanmu? Lebih baik kau jangan menggangguku." kata Ciel dingin. Ciel langsung beranjak pergi. Tetapi Sebastian langsung menggenggam lengan Ciel dan menarik Ciel ke dalam pelukannya. Eh, maksudnya menarik Ciel agar menatapnya. Mereka saling bertatapan. Merah bertemu biru. Semburat merah muda tipis mulai muncul di kedua pipi Ciel. Dengan cepat, ia menyembunyikan wajahnya dan menarik tangannya dari Sebastian.

Bel sekolahpun berbunyi. Semua murid segera memasuki kelasnya masing-masing. Begitu juga dengan Ciel yang langsung berlari meninggalkan Sebastian. Tetapi Sebastian menggenggam lengan Ciel untuk yang kedua kalinya.

"Lepaskan aku!" Ciel menarik tangannya dengan sekuat tenaga. Tapi ia tak dapat melepaskan genggaman Sebastian. Sebastian jauh lebih kuat dari dirinya. Sebastian mendekatkan wajahnya ke wajah Ciel. Seketika, wajah Ciel berubah menjadi merah padam. Ciel langsung mendorong wajah Sebastian menggunakan tangannya yang bebas. Ia terlihat kesulitan mendorong wajah Sebastian. Sebastian menyeringai. Akhirnya ia menjauhkan wajahnya dari Ciel. Ia menarik lengan Ciel yang masih ia genggam dengan kuat. Itu membuat Ciel yang bertubuh lebih kecil dan ringkih tertarik dan terseret. Mau tidak mau, Ciel harus menerima digandeng seperti itu sampai ke kelas.

.

.

.

Kesialannya belum cukup sampai di sini. Setelah digandeng –diseret— seperti itu ke kelas –yang membuat ia dan Sebastian terlihat seperti sepasang kekasih—, ia harus duduk sebangku dengan orang yang telah membuatnya dijadikan buah bibir oleh seluruh murid di sekolah itu. Siapa lagi orangnya kalau bukan Sebastian. Ia berharap kesialannya itu akan selesai secepatnya. Tetapi sepertinya, kesialannya akan berakhir setelah ia keluar dari sekolah ini tahun depan.

To Be Continued


A/N : Akhirnya selesai juga chapter 1. Mohon maaf apabila isinya terlalu sedikit. Ini baru chapter pembuka. Doakan saya agar dapat melanjutkan fanfic ini. Jangan lupa review untuk menyemangati saya. Kalau reviewnya kurang dari 5, saya tidak akan melanjutkan fanfic ini. Jadi, mind to review?