Naruto © Masashi Kishimoto

"Si Putri Pelupa"

Warning: AU, Misstypo(s), OOC, dll.

Main Character: Uchiha Sasuke x Hyuuga Hinata

-Chapter 1: Kesan Pertama-

.

Tap tap tap

Kesiangan. Berkali kali peluh mengucuri pelipis dan leher jenjangnya yang putih. Napasnya tersengal-sengal dan saling memburu. Mata lavendernya menyiratkan kekhawatiran yang luar biasa. Memang bukan yang pertama kalinya ia mengalami keterlambatan, tapi hari ini lain.

Kalau saja hari ini bukan ulangan. Kalau saja hari ini bukan pelajarannya Iruka-sensei. Kalau saja ia tidak telat bangun. Kalau saja ia ingat kelasnya dimana... Oh –tidak, lagi-lagi hilang ingatan.

"Kelasku? Kelasku dimana? Kuso!"

Kesal. Ia kesal, kenapa denah sekolah yang ia buat susah payah bisa ketinggalan gara-gara kesiangan? Ia menoleh ke sana kemari berusaha mencari pertolongan, siapapun itu, guru ataupun murid. Laki-laki atau perempuan, tapi sayangnya nihil. Lorong-lorong kelas sangat sepi. Karena jam pelajaran sudah dimulai beberapa menit yang lalu.

Duk!

"I –Ittai... "

"Eh? Hinata?" Laki-laki bersurai kuning itu tersenyum ramah. Meski agak terhuyung sedikit karena tubrukannya dengan gadis itu, setidaknya ia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

Hinata? Siapa? Seperti sering mendengar nama itu?

Gadis itu mengambil note kecil berisi hal-hal sangat penting yang memang harus ia ingat. Di depan note kecil itu bertuliskan Hyuuga Hinata.

Namaku! Bodoh!

"Ah, gomen. Bisa bantu aku menemukan kelasku?" Laki-laki itu tersenyum sambil mengangguk.

.

.

Hinata sampai ke kelasnya dengan selamat.

"Arigatou..?" ujarnya terputus

"Naruto." Laki-laki itu menghela napasnya, kecewa. Lagi-lagi gadis di hadapannya itu melupakan namanya. Tapi apa boleh buat. Nasib.

"Kita.. seangkatan atau?"

"Aku setingkat lebih atas"

"Ah! Arigatou Naruto senpai"

"Tidak perlu begitu. Kau biasa memanggilku Naruto."

"Itu tidak sopan. Bagaimana Naruto-san?"

"Naruto-kun. Kau biasa memanggilku dengan nama itu."

"Benarkah? Baiklah. Naruto-kun." Laki-laki itu tersenyum . Naruto mengusap kepala Hinata gemas. Membuat si empunya memerah dan menunduk malu.

"Ya sudah Hinata, sampai ketemu nanti," ujar Naruto. Hinata mengangguk cepat tetap pada posisi menunduk malu.

"Bye Hinata-chan!"

Blush

Pipinya makin memerah mendengar sebutan untuknya.

"HINATA!" Hinata menoleh ke belakang mendapati Iruka sensei menatapnya garang dan tajam. Membuat bulu kuduknya meremang. Kalau saja Hinata tidak membaca name tag pada seragam guru itu, tentulah ia tidak tahu siapa yang barusan menegurnya dengan sangat galak.

"Aa, su-sumimasen sen-sensei." Hinata melirik laki-laki yang berdiri tepat di belakang gurunya. Ah, dialah sang penyelamat.

Seorang laki-laki bergaya rambut emo yang mencuat ke atas. Aneh. Dengan bentuk dan postur tubuh yang nyaris sempurna. Laki-laki itu menatap Hinata sedikit mengernyit. Kenapa gadis itu tidak menunjukkan tanda tanda ketertarikan melihat ku. Ah bodoh nanti juga ia akan melakukannya. Batinnya.

"Cepat masuk!" bentak Iruka. Hinata mengangguk lemah. Laki-laki di belakangnya itu mengekori sang gadis. Bahkan gadis itu menolehpun tidak. Dasar cewek aneh, batinnya kembali berkomentar.

Hinata memasuki kelas dengan sedikit lesu. Semua mata yang semula menatapnya beralih menatap laki-laki yang mengekori langkah guru Iruka. Semua menatapnya kagum terutama para gadis. Hinata melangkah dengan lesu mencari-cari kursinya. Ah, lupa lagi. Ia memilih duduk dikursi deretan paling dan pojok belakang dengan sedikit terpaksa. Mungkin ini memang kursiku. Sedikit miris memang melihat kondisi mejanya yang dipenuhi berbagai macam catatan-catatan warna warni.

"Nah, silahkan kenalkan namamu!"

Laki-laki itu dengan sedikit acuh ia menatap sekeliling. Lagi-lagi suasana begini. Ia menghela napasnya dan membuangnya kasar.

"Uchiha Sasuke," ucapnya singkat. Iruka sensei melirik, setelah sekian menit tak ada lanjutan dari perkenalannya. Guru itu menghela napas. Dasar murid tampan

"silahkan pilih tempat duduk." Sasuke menghela napas untuk kesekian kalinya. Posisi tempat duduk yang tersisa tinggal sederetan kursi belakang diakhiri dengan duduknya seorang gadis yang ia kenali sebagai murid terlambat. Ia bergidik ngeri melihat kondisi 5 kursi yang bisa ia duduki.

Sayang sekali, di sana dipenuhi nenek nenek girang yang dengan penuh harap meminta Sasuke memilih duduk di belakangnya.

Apa boleh buat...

Sasuke melangkah dengan sedikit lesu kearah gadis berambut indigo yang tengah mengabsen catatan catatan yang ia tulis di meja. Dan lagi ia tengah belajar dengan khusyuk, memanfaatkan perkenalan seseorang yang menurutnya tidak penting, toh ia akan lupa juga namanya nanti. Ulangan, belajar beberapa menit sebelum dimulai. Jenius, satu kata untuk Hinata.

Semua mata menatap mereka bergatian. Sepi. Hinata merasakan hawa mengerikan, jadilah ia mendongakkan kepalanya demi melihat apa yang sedang terjadi.

Deg

"Eh? Ke-kenapa?" suara Hinata serasa tercekat saat mengetahui penyebab keheningan mencekam yang terjadi di kelasnya. "Ka-kau? Si-siapa kau?"

Sasuke mengernyit. Dia tidak memperhatikanku? Great!

"Hinata! Uchiha-san akan jadi teman sebangkumu mulai sekarang!" Hinata menatapnya takjub. Tapi ada yang aneh pikirnya. Ia melihat salah satu catatan yang tertera di mejanya. Iruka sensei mencoba menjelaskan.

Teman sebangku : inuzuka kiba

"Tidak bisa, aku punya teman sebangku." Sasuke menatapnya datar. "Kau lihat. Inuzuka kiba dia teman sebangkuku!" Hinata menunjuk catatan di atas meja. Sasuke sedikit terkejut tapi menyembunyikannya lewat wajah stoicnya.

Dia mengusirku? Hah?!

"Hinata. Kiba sudah pindah 3 hari yang lalu!"

"Eh?"

Hebat! Hinata merutuki kemampuan mengingatnya yang luar biasa. Terlebih setelah mendengar penuturan gurunya. Hinata masih terbengong-bengong, akhirnya ia memilih untuk menunduk, menahan malu sambil mencoba kembali melaksanakan kegiatannya yang sempat tertunda. Selang beberapa detik akhirnya ia kembali fokus pada kegiatan belajarnya. Dengan acuh ia melupakan kejadian yang masih hangat di pikiran. Sasuke terdiam memilih mengamati kegiatan gadis itu dalam sudut matanya.

"Ulangan!" ucap Iruka-sensei dengan setumpuk kertas di atas meja.

Semua mendesah kesal.

"Merepotkan" Seorang berambut nanas langsung mendesah kesal.

"Tapi kan ada murid baru, Sensei! Mungkin dia belum belajar," seru gadis bersurai pink dengan nada seolah membela. Sedang yang dibela mendengus.

"Cih!" Sasuke mendecih mendengar pembelaan yang ia anggap pernyataan kalau ia bodoh. Atau alasan lain, ia menganggap dirinya di jadikan tameng agar ulangan tidak dilangsungkan hari ini.

"Kau tahu Haruno Sakura, tidak ada penundaan." Gadis itu menunduk lesu. Ulanganpun berlangsung dengan khidmat. Begitu juga denagn Hinata yang mengerjakannya dengan santai, seolah tangannya di-design untuk itu.

Sasuke sudah menyelesaikan ulangan dengan lancar, iseng ia melirik gadis di sampingnya. Boleh juga..

.

.

Sasuke menghabiskan waktu istirahatnya dengan bersantai di atap yang ternyata tak dihuni oleh siapapun. Sasuke kembali ke kelas dengan susuah payah saat dia ketahuan dan dirinya menjadi rebutan para gadis yang menurutnya sadis. Menarik narik tubuhnya kesana kemari seolah ia adalah adonan kue.

Sudah selesai dengan gadis-gadis liar di luar, Sasuke harus berrela-rela kembali menjadi adonan kue karena kondisi kelasnya yang tak kalah mengerikan.

Tengggg...Tenggg

Semua gadis menghela napasnya kesal setelah tahu bel berdering menandakan istirahat sudah berakhir. Sebagian gadis yang datang ke kelas Sasuke langsung lengser satu-persatu dengan wajah yang ditekuk.

"Huft..." Sasuke menghela napasnya, mendapati teman sebangkunya yang justru sedang tertidur dengan lelapnya beralaskan tangan yang dijadikan bantalan tidur. Sasuke melirik gadis di sampingnya untuk kesekian kalinya. Belum bangun juga. Dan lagi Kakashi-sensei belum datang juga. Sasuke menatap jengah para gadis yang tampak sedang bergosip sambil beberapa kali menatap dirinya sambil tertawa yang seoalah dijaga agar terlihat sopan dan manis. Ingin sekali Sasuke muntah melihatnya, meski itu sering ia dapatkan.

Entah angin dari mana Sasuke ingin sekali menjahili gadis di sampingnya. Sasuke mengetuk-ngetukan bolpoinnya ke meja lumayan keras. Hening. Tak ada tanggapan atau tanda-tanda akan bangun. Sasuke menendang-nendang kaki meja, Hinata mulai terusik. Sasuke yang melihat pergerakan Hinata menyeringai kecil merasa usahanya berhasil. Hinata mengeluh karena tidurnya terganggu. Setelah mengerjap-ngerjap beberapa kali, mata lavendernya membulat lucu.

"Si-siapa kau?"

Sasuke mengernyit sempurna, menautkan kedua alisnya yang tajam.

"Kau tak mengenaliku?" Sasuke tak bisa menahan rasa kesal dan ingin tahunya mengenai gadis pelupa akut yang baru pertama kali ia temui spesiesnya. Dengan polosnya Hinata menggeleng pelan dengan ekspresi innocent anak kecil yang tidak berdosa sama sekali.

"Ada yang salah denganmu.."

"Salah? Hei, pemuda! Aku saja beru pertama kali melihatmu. Dan kau dengan enakanya mengatakan ada yang salah? Huh!" Hinata membuang mukanya ke arah jendela yang tepat berada di sampingnya.

"Kau...?" Sasuke menggeram sambil mendesis kesal

"Apa...hm?" Hinata menanggapinya malas, ia terlanjur kesal dengan pemuda sok kenal itu. Kini Hinata kembali memutar tubuhnya sehingga posisinya yang langsung berhadapan dengan Sasuke, menatapanya seolah menantang. Sasuke tak habis pikir, kenapa ia harus terjerat dengan gadis itu?

Sekian detik keduanya terdiam, harus Sasuke akui, gadis di hadapannya itu terlampau cantik. Apalagi pipi bulat yang menggemaskan dan rona merahnya. Sungguh, jika saja gadis itu tidak menyebalkan, mungkin...?

-To Be Continued-

AN: maaf kalau gaje. Fanfic ini yang pertama aku buat, jadi maaf kalau aneh atau gak suka. RnR please? Konkrit dan kritik selalu diterima! Terimakasih :)