"Katakan padaku, apa yang ada di dalam diriku?"


Gadis itu sama sekali tidak mengerti. Dosa apa yang telah ia perbuat hingga ia mengalami kejadian seperti ini. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia benar-benar sudah diujung maut.

"K-kenapa... kau melakukan... ini padaku? K-kau bilang... kau adalah... h-harapanku?"

Suara gadis itu bergetar saking takutnya. Ia jatuh terduduk diantara setumpukkan mayat yang sudah tak berbentuk. Seluruh pakaian mahal nya ternoda dengan darah.

Pria bertopeng di hadapannya tertawa keras. Langkahnya semakin mendekati sang gadis.

"Kau benar. Aku adalah harapanmu. Aku adalah harapan semua orang. Karena itu sebagai gantinya, kau akan menjadi santapanku malam ini. Kau tau? Mengabulkan harapan orang lain juga butuh tenaga."

"Kau bohong! Kau bahkan tidak mengabulkan permintaanku!"

Gadis itu membentak dengan seluruh keberanian terakhir yang ia punya.

Sang pria berhenti melangkah. Dari balik topengnya, ia mengernyit. "Apa maksudmu? Aku kan sudah mengabulkan keinginanmu. Harapan terbesarmu adalah ingin bertemu dengan idolamu bukan? Sekarang sang idola sudah berada di depan matamu."

"Kau bukan idolaku. Idolaku yang bukanlah seorang ghoul pemakan manusia!"

Sang pria tertawa mendengar celotehan sang gadis. "Semua manusia itu sama saja ya. Mereka berpikiran pendek. Mereka hanya menilai orang lain dari luarnya saja, tanpa peduli apa yang sebenarnya ada di dalam diri orang tersebut."

Sang pria kembali melanjutkan langkahnya mendekati sang gadis. Ia menjilat bibirnya, membayangkan seberapa nikmatnya daging sang gadis itu. Apalagi, ia masih sangat muda. Dagingnya pasti empuk dan segar sekali.

"Manusia dapat ditipu dengan mudah hanya dengan sebuah senyuman dan kata-kata yang penuh harapan. Karena itulah, aku menganggap semua manusia sama-sama bodohnya."

Gadis itu bergidik ketika sang pria sudah berada tepat dihadapannya. Terlebih saat tangan dingin sang pria membelai pipi si gadis.

"Kau cantik. Kau juga masih sangat muda. Tapi sayang, kau terlalu bodoh hingga kau menjadi korbanku malam ini."

Gadis itu tau, waktunya sudah tidak banyak. Walau begitu, ia masih tetap berharap akan ada seseorang yang menolongnya. Gadis itu memejamkan mata, mengingat kejadian beberapa jam yang lalu sebelum akhirnya ia terperangkap di atap sebuah gedung klub malam dengan banyak sekali mayat bergelimpangan.

Yang gadis itu ingat, ia hanya ingin menonton konser sekaligus menghadiri fanmeeting yang diadakan oleh seorang penyanyi yang namanya sedang naik daun akhir-akhir ini di kotanya. Ia hanya ingin mewujudkan keinginannya untuk bertemu dengan idolanya bersama dengan teman-temannya. Namun, ia tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini.

Setelah berhasil bertatap muka dengan sang idola dan mengikuti rangkaian acara fanmeet hingga selesai, gadis itu memutuskan untuk kembali pulang dengan kedua temannya. Hari sudah sangat larut, sudah jarang ada taxi yang lewat. Tanpa disangka, sang idola dengan berbaik hatinya menawarkan tumpangan gratis sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada si gadis dan kedua temannya yang sudah menghadiri acara fanmeetnya. Tentu saja, gadis itu dan kedua temannya menerima dengan senang hati. Hingga akhirnya, sang idola malah membawa mereka ke sebuah klub malam dan menghabisi nyawa mereka.

Gadis itu memejamkan kedua matanya. Ia menangisi takdir hidupnya yang berakhir buruk. Juga menangisi kedua mayat temannya yang berada tempat disampingnya. Sungguh, ia tidak ingin mati dengan cara seperti ini. Ia tidak mau mati dengan menjadi santapan ghoul kejam yang selama ini menjadi buronan para CCG.

"Ada kata-kata terakhir?"

Suara dari pria bertopeng mengalihkan perhatian sang gadis. Gadis itu menatap tajam pria yang telah berhasil menipunya itu.

"Aku benci padamu."

Pria bertopeng itu terdiam. Sejenak kemudian, ia menghela napas bosan.

"Sudah kuduga, kau hanya mencintai wajah dan suaraku. Kau tidak sepenuhnya mencintai diriku."

"Tidak akan ada yang mau menerima ghoul pembunuh kejam sepertimu!"

Gadis itu mencengkram kedua tangannya. Ia sudah pasrah. Ia tidak peduli lagi apa yang akan terjadi pada dirinya. Toh, ia juga sudah tidak bisa kabur lagi.

"Ya, karena tidak akan pernah ada manusia yang bisa mengerti bagaimana penderitaan para ghoul. Terkadang, aku bertanya. Jika ghoul ada hanya untuk dibunuh, untuk apa seorang ghoul dilahirkan?"

Pria itu kembali tertawa. Namun tawanya kali ini adalah tawa sarkas. Sesuatu berwarna merah yang tampak seperti benang-benang muncul dari bagian tubuh belakang pria itu, menyatu dan membentuk sesuatu seperti ekor.

Kagune, sebuah organ khusus yang hanya dimiliki oleh para ghoul. Organ istimewa yang berfungsi sebagai senjata sekaligus alat pemangsa.

"Jawabannya adalah untuk membasmi manusia-manusia bodoh dan tak tau diri seperti kalian."

Ekor itu pun mengeras membentuk sebuah sabit berwarna hitam. Sabit yang tampak sangat tajam.

Pria itu tersenyum dibalik topengnya, sebelum ia mengatakan sederet kalimat terakhirnya untuk sang gadis.

"Selamat tinggal, fansku yang tercinta. Terima kasih karena pernah mengidolakanku."

Sabit itu dilayangkan, hampir memotong leher sang gadis. Namun...

TANG!

Sabit itu malah beradu dengan pedang lain yang dilemparkan entah oleh siapa dan darimana asalnya. Pria itu berbalik, berusaha mencari siapa sosok yang baru saja melempar sebuah pedang yang jelas terbuat dari kagune seorang ghoul atau yang biasa disebut quinqie.

Seorang pria berjas putih tiba-tiba muncul dari belakang si pria bertopeng, mengayunkan quinqie lain yang tampak seperti palu. Pria itu menatap tajam penuh amarah pada pria bertopeng yang sedang dilawannya.

"Kau berulah lagi," ujar si pria berjas putih sinis.

Pria bertopeng tersenyum dibalik topengnya. "Kuharap kau tidak bosan karena bertemu denganku terus, Tuan Lee."

"Cih."

Pria berjas putih itu berusaha menghindar saat sabit milik pria bertopeng mengarah pada kepalanya. Ia mundur sejenak.

"Lepaskan gadis itu atau jangan berharap kau akan pulang dengan kepalamu, J-Hope!"

Pria bertopeng itu kembali tertawa. Ia mencekik leher si gadis erat sambil mengangkat tubuhnya.

"Tadinya aku berniat seperti itu, lagipula aku sudah tidak membutuhkan gadis ini. Tapi... Sayang kan kalau harus dibuang?"

Pria berjas putih bersama pasukannya yang juga sama-sama berjas putih dibelakangnya mulai waspada. Mereka benar-benar tidak bisa membaca apa yang akan dilakukan pria bertopeng yang dipanggil J-Hope itu.

"Makanan lezat itu tidak boleh dibuang tau. Mubadzir."

SRAG!

Ekor sabit milik J-Hope menusuk mulus hingga menembus dada sang gadis. Gadis itu memuntahkan banyak sekali darah dari mulutnya dan tewas seketika. Para pasukan berjas putih itu sangat terkejut sampai mereka tidak bisa bergerak.

"Kalian bahkan tidak berkutik saat aku membunuh gadis ini. Kalian ini berniat menyelamatkannya atau tidak sih?"

"Keparat kau!"

"Hah~ Padahal aku ingin menikmati makan malam yang sudah susah payah kudapatkan sebanyak ini. Tapi, kalian malah datang mengangguku. Ya, baiklah. Akan kuladeni kalian kali ini..."

J-Hope menyeringai dibalik topengnya. Seringai yang mengerikan.

"Ayo kita bermain sebentar, para CCG-ku yang lucu."


Jika kita ada hanya untuk dibunuh, lalu untuk apa kita dilahirkan?


Anak laki-laki itu terus berlari sekuat yang ia bisa. Ia sama sekali tidak mempedulikan tatapan ngeri dari orang-orang sekitar. Sekarang, ia harus berlari sejauh mungkin dari para pria berjas putih yang mengejarnya. Pergi ke tempat yang aman dimana ia bisa menyantap santapan yang sudah susah payah ia dapatkan dalam pelukannya.

"Menjauh dari anak itu! Dia seorang ghoul!"

BRAK!

Tanpa sengaja, anak itu menabrak seseorang. Potongan tangan manusia yang ia bawa-bawa sejak tadi terjatuh begitu saja. Anak itu menggerutu dalam hati. Ia tidak mengerti kenapa nasibnya selalu sial seperti ini. Baru saja ia berhasil mendapatkan makanan setelah tidak makan selama berbulan-bulan, ia harus tertangkap basah oleh para CCG atau yang biasa disebut ghoul investigator. Saat berusaha kabur, ia malah menabrak seseorang yang akan menghambat pelariannya. Diam-diam anak itu menangis, meratapi nasibnya. Ia yakin, ia akan segera mati terbunuh oleh para CCG itu.

"Kau baik-baik saja?"

Anak itu mengangkat kepalanya. Ia menatap uluran tangan dari seorang anak yang tampak lebih tinggi dan lebih tua darinya yang barusan ditabraknya. Kalau dilihat dari seragamnya, anak itu adalah seorang siswa SMP.

Sang anak laki-laki tidak mempedulikan uluran tangan dari si anak SMP. Ia malah menangkisnya, lalu berlari kencang meninggalkan si anak SMP yang termenung, bersama dengan sepotong tangan yang ditinggalkan di jalan.

"Hei nak, apa kau baik-baik saja? Apa ghoul kecil itu melukaimu?"

Salah satu dari CCG itu menghampiri si anak SMP. Sementara sang anak SMP hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Bagus. Siapa namamu?" CCG itu kembali bertanya.

"Taehyun," jawab anak itu singkat.

"Taehyun, kenapa kau berkeliaran malam-malam? Apa kau baru pulang sekolah?"

Lagi-lagi, anak itu hanya mengangguk.

"Kalau begitu, cepatlah pulang ke rumah. Ada banyak ghoul yang sedang berkeliaran malam ini. Aku tidak mau kau menjadi korban mereka."

Taehyun tersenyum tipis. "Baik Pak. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

CCG itu mengangguk. "Sama-sama. Ghoul kecil tadi biar aku yang urus. Aku tidak akan membiarkan dia berkeliaran lagi. Kau, hati-hati di jalan ya."

Setelah itu, sang CCG pergi meninggalkan Taehyun sendirian. Taehyun sendiri masih menatap punggung sang CCG yang mulai menghilang.

"Anak tadi adalah seorang ghoul. Dia sedang dikejar para CCG…"

Taehyun bergumam. Ia mengepalkan kedua tangannya.

"Aku tidak bisa membiarkannya."

Taehyun berlari menuju sebuah gang yang sangat sepi dan sempit. Ia mengambil hoodie dari dalam tasnya dan sebuah topeng berbentuk penutup mata di sebelah kiri dan mulut yang terjahit. Ia mengenakan hoodie untuk menutupi seragam dan juga rambutnya, serta topeng untuk menyamarkan wajahnya.


Sementara itu, si anak kecil terpojok. Setelah kehilangan makanannya tadi, ia berlari mencari tempat bersembunyi. Sayangnya, para CCG itu cukup pinta untuk menemukannya. Dan kini, ia terjebak di sebuah gang buntu.

"Mau lari kemana lagi kau tikus kecil?" Salah satu dari para CCG itu menyeringai puas. Mereka mulai mengeluarkan quinqie milik mereka dan bersiap membunuh si ghoul kecil.

Sang anak jatuh terduduk. Air mata tidak berhenti keluar dari mata bulatnya yang lucu. Malam ini adalah akhir dari hidupnya.

Salah satu dari CCG itu mengayunkan quinqie yang berbentuk pedang, bersiap melancarkan satu serangan pada jantung si ghoul kecil. Namun…

CTAK!

Quinqie itu terlempar saat sebuah rantai berwarna merah dengan panah diujungnya yang tampak seperti kagune menyerang sang CCG. Para CCG itu langsung waspada, mencari pelaku yang baru saja menggagalkan serangan dari salah satu di antara mereka.

"Tuan, lihat di atas sana!"

Salah satu CCG wanita menunjuk ke arah atap sebuah gedung. Memberitahukan lokasi seseorang yang tampak sedang berdiri di sana pada sang atasan. Sosok dengan banyak empat rantai berwarna merah yang tampak seperti ekor yang mengelilinginya. Sosok itu menatap tajam para CCG dengan kakugan sebelah kanannya yang tidak tertutup oleh penutup mata.

Sosok itu melompat dari atap gedung dan berlari dengan cepat menuju sang anak. Saking cepatnya, para CCG hampir tidak bisa melihat pergerakannya. Mereka baru tersadar saat ghoul bermata satu yang tampak masih muda itu pergi membawa kabur si ghoul kecil.

"Cih, cepat kejar mereka berdua. Mereka sama-sama masih bocah. Kagune dan kakugan mereka belum cukup kuat untuk menopang kekuatan ghoul mereka!"

Para CCG segera melaksanakan perintah dari sang ketua dan mengejar kedua ghoul yang barusan melarikan diri.

Sementara itu, Taehyun berlari kencang, berusaha pergi sejauh mungkin dari kejaran para CCG. Ia sama sekali tidak memperhatikan sang ghoul kecil dalam gendongannya yang sejak tadi menatapnya bingung.

"Akh!"

Taehyun terkejut saat tiba-tiba kakinya tertembak sebuah peluru. Akibatnya, ia terhuyung dan jatuh bersama si ghoul kecil di salah satu atap sebuah rumah. Taehyun meringis merasakan panas yang menjalar pada kakinya yang tertembak peluru. Namun, karena ia adalah seorang ghoul yang spesial, yang terlahir berbeda dengan ghoul pada umumnya, rasa sakit itu tak akan berlangsung lama. Hanya butuh beberapa detik saja untuk memulihkan luka pada kakinya tanpa meninggalkan bekas apapun.

"Sudah kuduga, kau adalah salah satu dari ghoul legendaris itu. Tak kusangka kau ternyata masih sangat muda." Salah satu CCG—sepertinya adalah ketua mereka—menghampiri Taehyun. Taehyun tampak tidak menghiraukannya. Ia malah meminta ghoul kecil yang ditolongnya untuk mundur sejauh mungkin.

"Aku tidak tau apa yang akan kau lakukan selanjutnya, tapi aku tidak akan membiarkanmu dan keparat kecil itu pulang hidup-hidup. Kupastikan aku akan mendapatkan kagune-mu yang spesial itu untuk kujadikan quinqie spesialku."

Diam-diam, Taehyun menyeringai dari balik topengnya.

"Kau banyak bicara juga ya, Pak Tua. Ya, baiklah aku akan bermain sebentar denganmu. Duh, padahal aku sangat tidak suka jika harus melawan orang tua. Tapi, apa boleh buat."

Taehyun mengeluarkan keempat kagune-nya yang tampak bersinar di gelapnya malam. Ia melangkah mendekati para CCG yang mulai waspada.

"Selamat mencoba, itupun jika kalian bisa menyentuhku."

"Cih, sombong sekali kau bocah!"

Pertarungan pun tak dapat dihindari. Taehyun memulai dengan menyerang para CCG yang berusaha melawannya dengan quinqie mereka. Taehyun sendiri tampak lincah dan lihai menggunakan kagune milikinya seakan ia sudah terlatih sangat lama. Padahal, diusianya yang masih sangat muda ini, sangat mustahil untuknya dapat menguasai kagune, apalagi dengan tipe yang seperti miliknya ini.

Sang ghoul kecil memperhatikan dalam diam. Diam-diam ia memuji Taehyun yang tampak keren di matanya.

Pada akhirnya, pertarungan di menangkan oleh Taehyun. Setelah berhasil membuat para CCG tidak bergerak, Taehyun pergi meninggalkan mereka. Taehyun sengaja tidak membunuh mereka, karena membunuh adalah hal yang sangat dibencinya.

"Hyung, terima kasih sudah menyelamatkanku. Kau hebat sekali," ujar si ghoul kecil. Taehyun hanya tersenyum dari balik topengnya.

"Oh ya hyung, kau orang yang aku tabrak tadi kan. Maaf karena aku tidak sopan padamu. Kau malah menolongku."

"Tidak masalah. Oh ya, ini milikmu."

Taehyun menyerahkan potongan tangan milik anak itu yang tadi ia tinggalkan di jalan. Taehyun menyimpannya di dalam tas dan membawanya saat akan menolong anak itu.

"Makanlah setelah aku pergi nanti. Lain kali, kau lebih hati-hati. Cobalah latih kagune-mu, tapi jangan sekali-kali kau mencoba menggunakan kagune-mu untuk membunuh orang lain. Gunakan itu untuk melindungi dirimu saja."

Anak itu tersenyum senang sambil menerima potongan tangannya. "Baik, hyung. Aku akan berusaha agar menjadi kuat seperti hyung. Sekali lagi, terima kasih banyak."

Taehyun mengangguk. Setelah itu, ia pergi meninggalkan sang anak. Taehyun sama sekali tidak sadar bahwa sejak tadi, ada seseorang yang sedang memperhatikannya.


"Pangeran Mata Satu… Ternyata, kau benar-benar sudah bangkit ya…"

Pria berkulit pucat dengan topeng yang tampak seperti peri salju itu bergumam. Matanya fokus memperhatikan sosok ghoul yang baru saja pergi dari sebuah atap gedung. Pria itu memperhatikan dari atap sebuah apartemen.

"Tadi kau bilang apa, Suga hyung?"

Pria tinggi dengan topeng berbentuk kepala monster muncul di belakangnya. Si pria berkulit pucat itu memicing.

"RapMon, kenapa kau selalu muncul tiba-tiba begini?"

"Memang seperti itu kekuatanku kan? Kau sendiri sudah tau."

Suga tampak tidak mempedulikannya. Ia kembali memperhatikan atap gedung dimana ia melihat sang ghoul yang ia sebut sebagai Pangeran Mata Satu.

"Aku melihat Pangeran Mata Satu. Dia benar-benar sudah bangkit."

RapMon tampak terkejut. "Dimana kau melihatnya?"

"Di atap gedung sana. Wujudnya berupa seorang bocah remaja. Anak SMP, mungkin."

RapMon memicing menatap gedung yang ditunjuk Suga. Tak ada siapapun disana.

"Bagaimana kau bisa yakin kalau ghoul yang kau maksud itu adalah Pangeran Mata Satu?" RapMon tampak ragu pada Suga.

"Para ghoul bangsawan memiliki aura yang berbeda. Para ghoul kelas S pasti bisa merasakan aura mereka. Selain itu, ghoul itu memiliki kagune yang unik. Dia juga tampaknya sudah menguasainya."

Suga menjelaskan pada RapMon yang tampak mengangguk saja seakan ia tidak peduli. Suga tampak kesal.

"Kau sendiri memangnya tidak bisa merasakannya?"

"Aku baru saja tiba disini beberapa detik yang lalu, Suga hyung. Kurasa ghoul itu sudah terlanjur pergi ketika aku tiba disini," jawab RapMon. "Lalu, apa yang akan kau lakukan, Suga hyung?"

"Aku akan mendapatkannya. Dia masih sangat polos. Akan dengan mudah menjadikannya bagian dari kita."

"Ya, sebelum itu kau harus menyelidiki identitas dan juga latar belakang keluarganya. Jika ia memiliki saudara, kemungkinan besar saudaranya ataupun anggota keluarganya yang lain adalah sang Raja Mata Satu."

Suga tersenyum mendengar usulan dari RapMon. "Kau benar, kau selalu saja jenius, RapMon."

RapMon ikut tersenyum mendengar pujian dari Suga. "Ngomong-ngomong hyung, apa kau sudah makan? Kurasa J-Hope membawa banyak santapan untuk makan malam ini."

Suga mengernyit menatap seseorang yang tampak berlari sambil melompati atap-atap gedung dengan beberapa orang lain yang mengikutinya di belakang. Itu J-Hope yang tampak dikejar para CCG.

"Suga hyung! RapMoniiee~! Lihat apa yang aku bawa!" J-Hope berteriak senang sambil menuju gedung apartemen dimana RapMon dan Suga berada.

Suga menjilat bibirnya yang tidak tertutupi topeng. "Bagus sekali. Kebetulan aku sedang lapar."

RapMon diam-diam menyeringai.


Anak laki-laki remaja itu fokus memperhatikan langit malam dari balik jendela kafe. Ia merasakan firasat yang tidak enak. Sesuatu yang besar sepertinya akan terjadi malam ini.

"Apa yang sedang kau perhatikan sampai seserius itu, Hueningkai?"

Pemuda lain yang tampak lebih tua muncul. Ia memukul pelan kepala si anak bernama Hueningkai itu dengan buku menu di tangannya.

"Jungkook hyung jangan ganggu aku! Aku sedang memperhatikan langit," ujar Hueningkai kesal.

Jungkook ikut menatap langit. "Memangnya apa yang bagus dari langit malam ini. Langitnya tampak biasa saja."

"Langitnya tidak biasa! Aku merasakan sesuatu yang besar akan terjadi malam ini!" Hueningkai berseru heboh.

"Oh ya? Apa itu?"

"Entahlah." Hueningkai kembali duduk dan melanjutkan kegiatannya menatap langit. "Hyung, tadi aku… melihat Pangeran Mata Satu."

"UHUK! APA?!" Jungkook yang sedang meminum kopinya tersedak saking terkejutnya. "Jangan bercanda, dia itu sudah musnah."

"Aku tidak bercanda. Aku serius melihatnya. Dia punya kagune yang sangat unik. Aku pun bisa merasakan auranya yang aneh walau dari jauh."

Jungkook tampak tidak percaya dengan perkataan Hueningkai. Ia melanjutkan kegiatan minum kopinya. "Kenapa kau bisa seyakin itu? Padahal aku berharap Seokjin hyung-lah Pangeran Mata Satu itu."

"Kenapa kau bisa berpikir begitu?"

"Karena mungkin saja jika Seokji hyung adalah Pangeran Mata Satu, aku adalah Raja Mata Satunya," Jungkook menjawab sambil cengengesan. Tentu saja langsung membuat Hueningkai kesal.

"Aku juga sebenarnya tidak terlalu yakin. Tapi, berdasarkan legenda yang aku baca, Raja dan Pangeran Mata Satu yang merupakan ghoul bangsawan setengah manusia itu akan terlahir kembali setiap lima puluh tahun. Jika mereka benar-benar ada, aku tidak bisa membayangkan seberapa besar kekuatan mereka."

Jungkook diam-diam memperhatikan Hueningkai yang sedang sibuk dalam pikirannya. Sebenarnya, Jungkook juga mengetahui legenda tentang dua ghoul bangsawan itu. Namun, ia tidak terlalu percaya dan peduli layaknya Hueningkai.

"Daripada kau sibuk memikirkan hal tidak berguna seperti itu, bukankah lebih baik kau cuci semua gelas dan piring kotor di dapur? Kita sudah tutup sejak setengah jam yang lalu namun semua pekerjaan belum juga selesai. Seokjin hyung bisa mengamuk nanti."

Hueningkai cemberut mendengar celotehan Jungkook. "Kenapa kau selalu menyuruhku?"

"Karena kau belum mengerjakan bagianmu. Aku sudah selesai dengan semua pekerjaanku. Cepat kerjakaan atau aku tidak akan membiarkanmu tidur di kamar malam ini.

Hueningkai mendesah lelah. Ia bangkit dari kursinya dengan wajah malas. "Ok, ok. Akan kukerjakan. Jangan bawel."

Jungkook tertawa dalam hati. Ia senang menjahili adiknya seperti ini.

Tak lama kemudian, seorang pria tampan muncul di tangga kafe. Pria itu mengenakan pakaian rapi seakan ingin mengunjungi sebuah acara resmi.

"Jungkook, Hueningkai, aku pergi dulu. Kalian jangan tidur terlalu malam dan jangan lupa kunci semua pintu kafe."

Jungkook segera bangkit dan menghampiri pria itu. "Kau mau pergi kemana malam-malam begini, Seokjin hyung?"

"Biasa, ada pekerjaan. Ada pasien yang menunggu untuk kuobati."

Jungkook memicing menatap Seokjin curiga. Ia tidak percaya pada sosok yang lima tahun lebih tua darinya itu.

"Kau tidak sedang membohongiku kan? Kau tidak akan pergi menemui organisasi pembunuh itu lagi kan?"

Seokjin tersenyum menanggapi pertanyaan Jungkook. "Kenapa kau selalu curiga padaku sih, Kookie?"

"Karena aku khawatir padamu, hyung! Aku akan ikut denganmu saja malam ini."

Raut wajah Seokjin berubah. Tatapannya menegas. "Kau tidak perlu ikut. Tetaplah disini dan lindungi Hueningkai."

"Tapi hyung—"

"Aku tidak terima bantahan, Jungkook. Tolong sekali ini saja menurut padaku."

Jungkook terdiam. Kalau Seokjin sudah memohon seperti itu, Jungkook tidak bisa lagi membantah.

"Baiklah, maafkan aku, hyung. Hati-hati."

Seokjin tersenyum. Ia elus lembut puncak kepala Jungkook. "Iya. Aku akan baik-baik saja. Kau juga jaga dirimu dan Hueningkai baik-baik ya."

Jungkook mengangguk. Seokjin berbalik menuju pintu depan.

"Aku pergi dulu."

"Jaga dirimu baik-baik hyung!" Hueningkai berseru dari balik konter.

Jungkook sendiri masih terdiam menatap pintu kafe. Seokjin sudah menghilang dari sana.

"Hyung, kembalilah dengan selamat."


"Yeonjun hyung, Soobin hyung, apa kalian sudah dengar?"

Remaja bersurai coklat menghampiri dua remaja lain yang tengah asyik bermain game di ranjang mereka.

"Tau apa?" jawab salah satu yang berkulit putih pucat.

"Aku dapat kabar dari kantor. Para senior sedang bertarung melawan ghoul kelas S. Kudengar, akan ada pertarungan besar malam ini."

"Benarkah? Kenapa kita tidak dipanggil?"

"Ketua belum memberikan perintah apapun kepada kita. Itu artinya, QUINX memang belum diperbolehkan untuk bertarung," yang bersurai abu-abu menyahut.

"Yeonjun hyung benar. Kita harus menunggu sampai RC kita benar-benar pulih dan siap untuk bertarung."

"Daripada itu, bukankah lebih baik kita tidur. Hari sudah larut dan besok kita sekolah. Beomgyu, cepat pergi ke ranjangmu sana!"

Remaja bersurai coklat itu mendengus. "Ok, ok. Aku akan tidur. Selamat malam."


Ruangan serba putih itu sangat sunyi. Hanya ada suara dari elektrokardiograf mengisi ruangan. Di pojok ruangan itu, seorang pemuda bersurai oranye duduk diam memperhatikan seorang gadis yang terbaring di atas ranjang. Raut wajah pemuda itu tampak sangat menyedihkan.

"Chaeyoung-ah…"

Pemuda itu bergumam. Menggumamkan nama gadis yang terbaring tanpa tau kapan ia akan sadar. Sudah dua tahun gadis itu terbaring disana dan sudah selama itu pula sang pemuda selalu datang untuk menjenguknya.

Pemuda itu menatap langit malam yang kemerahan. Ia mengernyit. Sesuatu yang tidak baik akan terjadi malam ini. Pemuda itu meraih ponselnya yang berada di atas nakas, mencari sebuah kontak dan menghubunginya.

"Halo, Taehyungie. Kuharap kau tidak pergi kemana-mana malam ini."


Taehyung menatap jam dinding di kamarnya. Sudah hampir jam sepuluh malam. Namun, sang adik tak kunjung pulang juga.

"Cih, kemana lagi perginya anak itu sampai selarut ini sih?" Taehyung menggerutu. Ia meraih ponselnya dan menghubungi kontak sang adik. Lagi-lagi, tak ada jawaban.

Taehyung menatap langit yang berwarna kemerahan. Ia pikir akan turun hujan. Karena itu, Taehyung berinisiatif mencari sang adik sebelum hari semakin larut dan hujan benar-benar turun.

Baru saja Taehyung keluar dari rumahnya, ponselnya bergetar menandakan sebuah panggilan masuk. Itu dari Jimin, sahabatnya.

"Halo, ada apa kau menelponku malam-malam begini?"

"Halo, Taehyungie. Kuharap kau tidak pergi kemana-mana malam ini," suara di seberang tampak begitu khawatir.

"Tidak bisa. Aku harus keluar. Taehyun belum juga pulang."

"Apa? Taehyun belum pulang malam-malam begini? Memangnya dia pergi kemana?"

"Aku tidak tau. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Aku akan mencarinya ke rumah temannya. Memangnya ada apa? Kenapa kau khawatir sekali?"

"Para ghoul sedang berkeliaran. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada dirimu."

Taehyung tersenyum. Diam-diam, ia bersyukur memiliki sahabat yang sangat peduli padanya seperti Jimin.

"Tenang saja, aku akan baik-baik saja. Aku akan langsung menelpon CCG begitu aku bertemu dengan para ghoul itu."

"Baiklah, tetap hati-hati. Jaga dirimu baik-baik. Kalau kau bertemu dengan para ghoul, sebisa mungkin menghindarlah dari mereka."

"Ok. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Taehyung menutup teleponnya. Perhatiannya teralihkan pada sosok yang tengah berdiri di atas atap sebuah rumah. Taehyung terkejut. Baru saja ia membicarakan ghoul dengan Jimin, ia malah melihatnya secara langsung sekarang. Seharusnya, Taehyung merasa takut. Bisa saja ghoul itu berniat memangsanya. Namun, Taehyung sama sekali tidak merasa takut. Ia malah terdiam menatap ghoul bertopeng dengan satu mata itu. Taehyung merasa tidak asing dengan sosok itu. Seakan-akan ia mengenali sosok ghoul yang tampaknya masih remaja itu.

Ghoul itu sendiri juga balik memperhatikannya dalam diam. Kagune-nya yang berbentuk seperti rantai dengan panah diujungnya itu tampak bersinar di tengah gelapnya malam. Kagune itu seakan menghiasi dirinya.

Taehyung masih tertegun menatap ghoul itu. Walaupun ghoul itu mengenakan topeng, Taehyung yakin sekali ghoul itu tersenyum padanya dari balik topengnya. Sebelum akhirnya pergi meninggalkan Taehyung.


Katakan padaku. Siapa kau sebenarnya?


.

.

.

Prolog—To be continued…


Unravel

Noora Felisha present

Member BTS dan TXT hanyalah milik Tuhan, orang tua, dan Big Hit

Genre: Supernatural, Mystery, Crime, Family, Friendship, Romance

Pair: TaeKook, NamJin, MinYoon, HopeGyu, YeonBin, TaeKai

Based on Anime/Manga Tokyo Ghoul © Sui Ishida


Cast:

Kim Taehyung (20 tahun)

Kang Taehyun (13 tahun)

Jeon Jungkook (18 tahun)

Park Jimin (20 tahun)

Kai Kamal Huening (13 tahun)

Kim Seokjin (23 tahun)

Min Yoongi (22 tahun)

Kim Namjoon (21 tahun)

Jung Hoseok (21 tahun)

Choi Yeonjun (16 tahun)

Choi Soobin (15 tahun)

Choi Beomgyu (14 tahun)

Dan idol K-Pop lainnya

Summary: "Jika aku ada untuk dibunuh, untuk apa aku dilahirkan?"

Selain istilah-istilah dalam Tokyo Ghoul, isi ceritanya adalah hasil pemikiran saya sendir dan tidak ada maksud plagiat.


*Vocabulary*

Ghoul : makhluk pemangsa manusia dengan tubuh dan sifat sama persis seperti manusia.

Kakugan : mata berwarna hitam dengan pupil merah milik para ghoul.

Kagune : organ khusus yang dibentuk sel RC yang berfungsi sebagai senjata.

CCG (Comission and Conter Ghoul)/Ghoul Investigator : komisi khusus yang dibentuk negara untuk memusnahkan para ghoul.

QUINX : pasukan khusus dari CCG yang terdiri dari manusia yang tubuhnya telah dimodifikasi dengan sel RC sehingga menjadi manusia setengah ghoul, memiliki kagune dan kakugan di salah satu mata mereka.

Quinqie : senjata khusus milik para CCG yang terbuat dari kagune dari para ghoul yang telah mati.

RC : sebuah sel darah khusus yang hanya dimiliki para ghoul.

Raja dan Pangeran Mata Satu : istilah untuk ghoul legendaris keturunan bangsawan. Mereka yang terlahir dengan julukan ini adalah ghoul setengah manusia yang terlahir atas perkawinan ghoul berdarah murni dengan seorang manusia tulen. Mereka hanya akan terlahir selama 5 tahun sekali. Mereka yang terlahir sebagai Raja ataupun Pangeran Mata Satu memiliki kekuatan jauh diatas para ghoul kelas S sekalipun.