Chapter 1: Your eyes meet mine
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rate: M
Pairing: SasuNaru
Warning: AU, Shounen-ai, Typo(s), Abal, violence scene, and A little bit OOC maybe.
Don't Like Don't Read!
I am not Sane
1st Chapter
Your eyes meet mine
…
Ketika orang tersenyum … aku hanya dapat memandang mereka dengan miris. Ketika mereka tertawa lepas … aku menatapnya dengan datar. Ketika mereka bersama-sama … aku hanya dapat menatap tanah tempatku berpijak. Ketika semuanya menatapku … aku hanya dapat tersenyum palsu. Saat mereka menepuk pundakku … aku hanya tertawa palsu. Saat mereka menggenggam tanganku … aku hanya dapat mengikutinya dengan hati palsuku. Saat mereka meninggalkanku … aku hanya dapat menatap dengan sendu. Semua yang mereka lihat hanyalah kepalsuan diriku. Hanya saat mereka membelakangiku … itulah saat dimana hatiku yang asli terasa hidup. Hatiku yang selalu berteriak senang saat melihat darah itu mengalir dari tubuh orang-orang yang kubenci. Hatiku yang selalu angkuh saat menatap orang munafik yang selalu tersenyum terlalu manis terhadapku. Orang-orang yang selalu berniat menjauhkanku dari kenyataan. Aku sangat membenci mereka. Aku ingin mereka mati di tanganku ….
.
.
.
Suasana pagi yang begitu tenang. Sisa-sisa aroma angin malam saling mendominasi dengan udara pagi. Matahari yang terlelap kini telah menampakkan sisi angkuhnya di ufuk timur. Sudut-sudut cahaya hangatnya telah menyebar ke segala penjuru dunia. Saling menyapa satu sama lain dengan deru angin yang terdengar lembut. Kepingan-kepingan awan yang lembut mulai bergerak teratur di langit biru luas. Menemani bumi mengiringi putarannya akan poros angkasa. Menampakkan warna lembut yang sangat menyejukkan mata. Burung penyambut pagi saling bersahut-sahutan seakan-akan sedang berbicara satu sama lain. Mencoba mewarnai pesona bumi yang terisi dengan bioritmik yang beragam.
Seorang bocah tampak bergelut dalam sebuah selimut berwarna oranye. Kulit kecoklatan pada bagian punggungnya tampak terekspos. Tangannya bergerak untuk menutup permukaan wajahnya. Dengan perlahan dia bangkit dari tidur nyenyaknya. Matanya menatap sayu pantulan dirinya pada cermin besar yang terletak tepat di depan ranjangnya. Rambut pirangnya tampak luyuh akibat keringat yang membanjirinya saat tidur. Sepasang manik biru langitnya tampak begitu redup.
Dia beranjak dari tempat tidurnya dan pergi menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Sekilas dia dapat melihat pantulan dirinya yang dipenuhi luka lebam. Dia tersenyum miris sembari membuka kenop pintu kamar mandinya. "Masih terasa sakit." Ucapnya sembari memegangi luka-lukanya. Perlahan-lahan tangannya bergerak untuk menyalakan shower yang ada di hadapannya. Matanya terpejam merasakan tetes demi tetes air mulai membasahi tubuhnya. Dia sedikit meringis saat tetesan air tersebut menyentuh lukanya yang masih belum kering.
Setelah dirasanya cukup, dia segera mengeringkan tubuhnya dan keluar dari ruangan basah tersebut. Dia mengambil sebuah kemeja hitam dan celana jeans putih. Bocah itu memakainya dengan perlahan. Setelah selesai berpakaian, dia beranjak keluar dari kamarnya dan menapaki tangga turun menuju dapur. Senyuman manis yang begitu tulus terukir di bibirnya saat melihat seorang pria dengan rambut merah kejinggaan sedang menunggunya di meja makan berukuran sedang. "Kyuu-nii … selamat pagi." Sapanya sembari mendudukkan diri.
Orang tersebut menatapnya dengan lembut, "Selamat pagi Naru. Bagaimana tidurmu?" tanyanya sembari memberikan sebuah jeruk dan sepotong roti. Dia bergerak untuk menuangkan susu ke dalam sebuah gelas sebelum memberinya kepada adiknya, Namikaze Naruto. Naruto hanya tersenyum dan menerima buah tersebut.
"Tak ada yang istimewa. Sama seperti biasanya." Jawabnya singkat sembari mengoleskan selai jeruk pada roti panggangnya. Matanya tampak menatap roti tersebut dengan sendu.
"Hm … sepertinya aku harus segera ke kantor. Ada rapat penting. Hati-hati saat ke kampus nanti." Ucap kakaknya—Namikaze Kyuubi—sembari mengecup kening adiknya dengan lembut. Tangan putihnya sempat mengacak surai pirang adiknya dengan pelan sebelum dia pergi meninggalkan adiknya. Naruto hanya tersenyum dan melambai kecil ke arah kakaknya.
Setelah kepergian kakanya, Naruto hanya terdiam dan memandangi roti di tangannya dengan datar. Dia beranjak dari duduknya dan membanting pisau di tangannya dengan kasar. Bocah itu lalu pergi meninggalkan dapur tersebut. Tak memperdulikan tetesan darah yang mengalir deras dari tangannya. Dia menyambar kunci mobil yang tergantung di dekat sebuah foto keluarga berisikan empat orang yang sedang tersenyum manis. Dua orang bocah di foto itu tampak begitu lucu. Sementara sepasang suami-istri di belakangnya tersenyum lembut.
'DUAG'
Dia memukul dinding di dekatnya dengan tangannya yang sudah penuh dengan cairan merah, "Aku akan membalaskan dendam kalian." Ucapnya sembari pergi dari rumah itu. Dengan kasar dia membuka pintu mobilnya dan menutupnya dengan keras. Dia menyalakan mobilnya dengan segera dan melajukannya dengan kecepatan yang tak bisa dibilang lambat. Mobil sport hitam metalik itu melaju di jalanan Konoha yang masih lumayan sepi. Tangannya terus menetaskan darah hingga mengalir di kemudi mobil miliknya. Dengan kasar di mengambil sebuah syal hitam yang tergeletak di sebelahnya. Dia mengikatkan syal itu dengan kasar ke tangan kirinya yang terluka dan kembali fokus pada jalanan di hadapannya.
VargaS. Oyabun
Naruto memandang gedung besar di hadapannya dengan bosan. Dia bergegas memasuki sebuah ruangan yang terletak tak jauh dari tempatnya berpijak. Tanpa mengetuk pintu sebelumnya, dia langsung menyelonong masuk dan melemparkan sebuah hasil kerja tebal yang ada di tangannya dengan kasar. Belum sempat orang yang ada di dalam ruangan tersebut mengucapkan sepatah kata, Naruto sudah membanting pintu itu dengan kasar dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Sosok dengan rambut perak yang menggunakan masker yang hampir menutupi sebagian wajahnya itu hanya dapat menghela napas. Hatake Kakashi, dosen yang mengajar di bidang pisikologi itu hanya dapat mengambil tugas Naruto yang ada di hadapannya dengan pelan. Dia menghela napas berat, "Minato … kenapa kau membuat anak yang merepotkan sepertinya." Ucapnya lelah sembari membuka lembar demi lembar dari tugas tersebut. Namun, tiba-tiba dia menyeringai, "Kita lihat … apa orang itu mampu merubahmu … Naruto." Lalu dia mengangkat telepon di hadapannya dan menekankan beberapa digit nomor. "Suruh dia ke kantorku sekarang juga."
.
.
Seorang pria dengan rambut hitam kebiruan tampak berjalan dengan pelan. Mata hitamnya menatap jalanan di hadapannya dengan datar. Suara-suara teriakan gadis-gadis di sepanjang jalan sama sekali tak dipedulikannya. Matanya melirik jam tangan yang melingkar manis di tangannya. Setelah itu, dia memasukkan kembali tangannya ke dalam kantong celananya. Kacamata putih yang bertengger manis di hidungya membuatnya terlihat lebih dewasa. Sasuke Uchiha nama sosok tersebut yang saat ini sedang menuju sebuah kantor yang akan menjadi penentu kehidupannya di masa yang akan dia hadapi.
Matanya mencari-cari dimana ruangan yang dicarinya. Namun, tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang menabrakanya dengan kasar. Dia memperhatikan sosok itu. Mata mereka bertemu pandang, hitam ketemu biru. Lama mereka saling pandang sebelum sosok bermata biru itu segera pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata maafpun. Sasuke menatap sosok tersebut dengan datar. Alisnya sedikit terangkat saat memperhatikan lelehan cairan merah pada tangan kiri orang itu yang dibalut oleh sebuah syal. Sasuke hanya mendengus dan kembali berjalan.
Sedikit kelegaan tampak di wajahnya saat dia menemukan ruangan bernama 'Hatake Kakashi' yang berada tepat di hadapannya. Dia mengetuk pintu itu pelan dan masuk dengan sopan. Kakashi melihat sosok itu dengan senyuman yang mengembang. "Selamat pagi Uchiha-san. Silahkan duduk!" ucapnya santai sembari mempersilahkan Sasuke untuk duduk.
"Apa yang kau ingin aku lakukan?" tanya Sasuke langsung saat dia sudah duduk berhadapan dengan Kakashi. Kakshi tersenyum lebar saat mendengar omongan Sasuke.
"Aku ingin kau menjadi guru penggantiku dan … menjadi guru pembimbing seorang murid kesayanganku." Ucap Kakashi dengan seringaiannya. Tangannya membentuk piramida dengan sikunya di masing-masing pegangan kursi.
"Murid kesayangan? Siapa?" tanya Sasuke sembari memicingkan matanya menatap seringaian Kakashi.
"Naruto. Namikaze Naruto lebih tepatnya."
Bersambung …
Ha-ah ini masih bagian-bagian awal. Disini Narutonya seorang pisikopat akut dan sangat mencintai darah yang mengalir deras. Dia disini mau membalaskan dendam orang tuanya yang … masih rahasia, heheheh. Kyuubi disini tidak tahu dengan kelakuan Naruto yang asli dan tujuan yang ingin dilakukan Naruto. Sasuke disini bakalan jadi guru pembimbing Naruto. Soal chara yang lain masih rahasia heheh. Oh iya, kedua orang tua Naruto sudah meninggal dan belum di beritahu kapan meninggalnya. Oke segitu aja penjelasan dari Kono a.k.a Oyabun-san hehehe.
Saa, Mind to Review, Minna-san?
