Warning! Sesuai judul, Berhati-hati sebelum membaca.
Saya dedikasikan untuk kelulusan saya (meski saya nulisnya sudah lama).
PERSAMAAN IDE CERITA, TEMA, CHARA, NAMA TEMPAT DAN ALUR BUKAN MAKSUD SAYA.
TAPI KALAU MEMANG BENAR-BENAR SAMA. MUNGKIN KITA PERNAH BERADA DALAM SATU MIMPI YANG SAMA.
.
Disclaimer Chara
by
艦隊これくしょん Kadokawa Games
===.===
Disclaimer Story
by
Konten Dewasa Spica Zoe
.
Konten Dewasa
~PERAN~
Kaga masih duduk diam. Berada di dalam ruangan yang tidak terlalu besar meski ruangan itu berada dalam gedung yang cukup besar. Dia tidak sendiri, ada beberapa gadis yang juga duduk di dalam ruangan yang lebih mirip aula itu. Beberapa gadis dengan penampilan cukup berwarna. Kaga tidak lupa kenapa dia berada di ruangan itu, dengan beberapa berkas ditangan kanannya. Sebenarnya jika ingin berharap, Kaga ingin menyangkal jika hal yang sedang dihadapinya saat ini adalah bagian dari kenyataan yang harus dia hadapi. Tapi, dia langsung membuang nafas berat saat kenyataan menyakitkan ini sebenarnya memang sudah ada didepan matanya.
Lama juga Kaga menunggu disana, beberapa saat setelah dia datang dan mengutarakan niatnya kenapa dia datang, seorang wanita cantik yang bekerja disana langsung membawanya keruangan itu, dan membiarkannya duduk bersama dengan gadis-gadis lain yang kini terlihat begitu rendah memandangnya. Sialan.
Kaga merasa terhina. Dia tahu diri jika kariernya memang sudah diujung tanduk, bisa dibilang redup atau lebih tepatnya sudah mati. Karier menjadi seorang artis pendukung, katakan saja dibilang figuran. Meskipun menjadi artis figuran bisa membuat perut tetap terisi. Tapi jika sudah tidak menjadi figuran, apa perutmu tetap terisi? Mencoba memikirkan kearah sana, kini Kaga menatap dua orang gadis yang memang dari tadi cukup senang menatapinya. Dengan seringaian yang Kaga artikan sebagai tanda penghinaan. Mungkin gadis-gadis itu kenal dirinya. Apa kedua gadis itu pernah melihatnya di TV? Atau dimajalah? Tidak mungkin! Kaga tidak pernah muncul dimajalah manapun, selain majalah hewan. Apa mereka menyukai hewan? Lupakan.
Pemikiran Kaga seketika buyar saat dia merasa ada getaran dalam sakunya. Merogo saku, Kaga mengeluarkan ponselnya dengan satu email yang baru saja masuk. Kaga membukanya.
Kau harus memenangkan audisi ini Kaga-san. Kau pasti kaget siapa yang berada dibaliknya.
Kaga memicingkan matanya, alisnya bertaut bingung dengan rasa penasaran yang tidak terlalu menggebu. Salah satu email lainnya masuk tidak lama setelah email yang baru saja masuk sedang dibaca. Kaga membukanya. Dan membacanya.
Kaga cukup tahu siapa wanita yang gambarnya kini sudah memenuhi layar ponselnya. Menjelajahi kebawah, Kaga membaca beberapa keterangan yang diselipkan disana. Kaga tersenyum miris. Jika sudah begini, bisa dijamin dia tidak akan bisa lolos audisi, apalagi memenangkannya. Wanita ini bukan orang sembarangan. Bahkan jauh lebih berpengaruh dari pada orang-orang yang pernah bekerja dalam proyek judul Kaga yang pernah dimainkannya dulu. Sialan!
"kalian bisa masuk. Nagato-san sudah menunggu kalian diruang audisi"
Kaga mengangkat kepalanya cepat memandang wanita yang sama dengan yang menuntunnya masuk keruangan ini, tadi. Nagato, itu nama wanita yang baru dibacanya tadi. Mungkin, setelah ini Kaga bisa berharap ada pekerjaan bagus yang dia temukan selain menjadi figuran, lagi. Pelayan mungkin, tukang sapu, atau lainnya yang tidak memakai tuntutan pendidikan sebagai syarat pekerjaan. Karena jujur saja Kaga bukan manusia yang memiliki pendidikan yang cukup bisa diandalkan.
Kaga bangkit serentak bersama dengan beberapa gadis lainnya yang berada didalam ruangan. Dua gadis yang tadi juga ikut bangkit. Setelah Kaga perhatikan, hanya ada lima gadis yang berada diruangan ini. Apa hanya mereka yang berniat untuk melakukan audisi? Tidak mungkin. Nagato adalah sutradara terkenal. Dia bukan sutradara amatiran dengan projek minor sebelah mata. Nagato sutradara yang pernah menyabet beberapa penghargaan dalam beberapa judul film yang ditanganinya. Empat tahun lalu, Jepang bahkan dicengangkan dengan film komedi romantis yang Nagato sutradarai. Lalu tahun selanjutnya, judul film yang dia tangani juga pernah menjadi nominasi diajang internasional. Dan, kenapa saat ini hanya lima orang yang mungkin menyadarinya? Menyadari? Tidak, ini audisi tertutup. Untuk itu dia mendapat email berharga, dan hanya dia yang tahu beberapa saat sebelum nama itu diperdengarkan dihadapan mereka.
Kaga dan empat gadis lainnya berjalan mengikuti wanita itu tanpa suara. Terkesan sedikit horor dan menengangkan saat tahu siapa yang akan kalian temui diujung sana.
"ini sedikit menegangkan"
Kaga mendengarkan kalimat itu cukup lembut terucap dari salah satu gadis yang sejak tadi terlihat berdua. Gadis dengan surai putih atau mungkin perak, Kaga tidak begitu peduli.
"tenang saja nee-chan"
Gadis satunya mendekap memberi ketegaran, gadis twintail yang sejak tadi melihatnya dengan pandangan remeh. Menjijikan.
"masuklah"
Tak terasa mereka kini sudah berada di depan ruangan audisi. Kaga menelan ludahnya berusaha bersikap tenang. Ini adalah kesempatannya untuk mencari pekerjaan. Tak apa menjadi artis figuran lagi, mungkin dia memang ditakdirkan dengan kesakitan itu, tapi asal perutnya terisi, itu jauh lebih baik. Belum lagi dia harus membayar sewa apertemennya, ini menyedihkan. Semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis.
Di dalam ruangan, ada lima kursi kosong yang sudah disediakan, berada di tengah ruangan. Itu mungkin memang untuk mereka duduki. Kaga duduk pelan di kursi paling ujung. Kursi nya disusun berderet secara horizontal. Kaga memanjatkan doanya dalam hati. Dihadapan mereka pun sudah ada meja dan kursi yang disusun seperti meja para juri. Kaga merasa dia harus bernyanyi bagus untuk memenangkan tahap eliminasi. Tapi sayangnya ini bukan ajang pencarian bakat untuk penyanyi. Jika memang iya, Kaga yakin dia bisa menang. Karena Kaga percaya diri suaranya yang paling bagus dari semua penyanyi yang pernah terlahir di dunia fana ini.
Keadaan semakin mencekam saat kini mereka menatap Nagato mulai muncul dari arah pintu, Kaga berdiri spontan saat empat gadis lain pun berdiri memberi hormat kepada sang mulia. Kaga gugup seketika. Dibelakang Nagato, ada tiga orang lain yang mengiringi. Mungkin mereka juga juri audisi. Faktanya sampai sekarang Kaga tidak tahu mereka diaudisi untuk judul apa, film kah? Drama kah? Atau music video? Tapi Nagato memang tak pernah turun tangan dalam dunia musik. Mungkin Kaga akan segera tahu nanti.
Kaga ikut duduk saat Nagato memberi perintah duduk pada mereka. Pintu ditutup, dan semuanya kembali menegangkan. Ruangan ini cukup besar, cukup kosong hingga suara yang ditimbulkan dari dalam membuat gemaan yang semakin membuat gugup siapa saja yang berada disana.
Kini ada empat orang yang duduk di meja juri, Kaga mulai memandangi mereka satu persatu saat mereka berusaha berunding dan membagi tugas, mungkin. Tidak ada yang Kaga kenal disana selain Nagato, apa mereka juga sutradara seperti Nagato?
"aku mengenalnya!"
Kaga langsung menoleh pada gadis bersurai putih yang duduk tepat disampingnya. Gadis itu memang tidak berteriak, hanya berbisik pada gadis twintail satunya. Tapi bisikan itu seperti teriakan dalam kepala Kaga. Dan sebelum mereka berbisik-bisik lagi, salah seorang dari para juri sudah membuka suaranya.
"baiklah, selamat siang semua. Kalian pasti tahu kenapa kalian berada disini kan? Perkenalkan, Saya Mutsu..." Kaga berusaha mengenal wajah orang itu. Dari cara bicaranya dia cukup ramah dan mungkin menyenangkan. "..dan ini Nagato" Kaga mengalihkan pandangannya pada Nagato yang hanya terlihat sibuk dengan beberapa lembaran ditangannya, dia sudah mengenal perempuan itu. "..selanjutnya, disebelah Nagato ada Musashi" Kaga memandang Musashi, gadis Musashi ini cukup berbeda dari gadis lainnya. Dia terlihat jauh lebih menakutkan. "..dan diujung sana ada Yamato" Kaga memandang urutan terakhir dalam barisan juri. Gadis yang terakhir lebih mudah tersenyum dan cantik juga seksi. Tapi yang kini menarik perhatian Kaga adalah, ada satu kursi lagi yang belum terisi disana.
"untuk lebih lanjut, saya akan memberitahukan sesuatu pada kalian. Sebelumnya silahkan ambil script ini dan baca sambil kalian mendengarkan apa yang akan kami sampaikan" Mutsu meletakkan beberapa lembar kertas diatas meja, dan Kaga serta yang lain berdiri mengambilnya.
Memperhatikan setiap halaman dengan teliti, Kaga mulai mengerti apa yang tertulis disana. Kaga lumayan berpengalaman dalam membaca script yang mengharuskan dia membayangkan apa yang akan dia lakukan setelah membacanya. Ada beberapa bagian dalam lembaran-lembaran yang sedang mereka baca. Bagian perbagian ditandai dengan tulisan Scene satu, scene dua, atau scene selanjutnya. Ada empat Scene yang Kaga lihat disana.
"kami tidak bisa menyebutkan pada kalian projek seperti apa yang ingin kami kerjakan. Setelah kalian lulus audisi, maka semua rahasia yang masih kami simpan akan menjadi kosumsi kalian. Kami membutuhkan dua orang gadis untuk menjadi pemeran utama kedua atau ketiga dalam projek kali ini.." Mutsu tetap bersuara meski kelima gadis itu masih sibuk memahami setiap scene yang sedang mereka pelajari. Kaga bisa menduga ini mungkin script audisi yang harus mereka perankan sekarang. Dan jika mereka berhasil, peran-peran itu akan menjadi milik mereka. "..disana ada empat bagian scene yang bisa kalian pilih untuk kalian perankan. Kalian diberi waktu lima belas menit untuk menentukan bagian mana yang kalian inginkan, dan untuk sekedar informasi, kami juga akan turut serta memerankan beberapa peran dalam scene itu jika itu diperlukan".
Kaga tidak mendengar ucapan Mutsu saat pikirannya mulai fokus pada setiap kata yang dia baca disana. Semua scene, semuanya hampir sama, semuanya tentang percintaan dan yang lebih parah, ini percintaan tentang sesama wanita.
"apa semua peran yang ada disini adalah wanita?"
Kaga langsung menoleh pada seorang gadis yang berada paling ujung dari barisan mereka, gadis bersurai hitam panjang, sangat cantik dan terlihat begitu sopan. Dari raut wajahnya bisa Kaga simpulkan jika dia sedang ketakutan. Tidak hanya gadis cantik itu saja, yang lain juga terlihat sama. Semua Scene mengharuskan mereka bercumbu dengan sesama wanita.
"ya, itu syarat mutlak yang harus kalian lakukan" kini Nagato yang mengambil ahli suara. Dipandangnya kelima gadis itu bergantian, seakan ingin menilai atau mempelajari gerakan tubuh mereka. Kaga merasa takut karenanya.
"Mogami-san, apa sudah ada peran yang kau inginkan?"
Gadis yang bernama Mogami balas memandang Nagato dalam. Sekilas terlihat jika dia tidak begitu gugup oleh beberapa kenyataan yang harus dihadapinya.
"apa kami akan memerankan ini sendirian?" Mogami bertanya cukup enggan, arti kata sendirian itu bisa Kaga artikan dengan kata ganti yang menunjukkan kekeadaan mereka berlima. Maksudnya, melakukan dengan beberapa peserta lain. Yamato tersenyum.
"kau bisa melakukannya denganku jika kau mau" jawabnya dengan seringaian nakal. Gadis ini punya keanehan dalam setiap pandangannya. Terkesan genit.
"dia Yamato yang suka bermain di film dewasa itu kan? Aku yakin itu dia!"
Lagi-lagi Kaga mendapati kedua gadis twintail dan bersurai putih saling berbisik. Yamato yang suka bermain di film dewasa, maksudnya apa? Kaga menyesali dirinya sendiri karena tidak cukup sering menikmati film dewasa diseumur hidupnya.
Dan sepertinya Mogami sudah mengenal Yamato, buktinya dia tak bergidik saat ucapan kedua gadis itu menguasai pendengarannya.
"apa itu artinya kita akan bercumbu?" Mogami mulai bingung harus berkata apa. Dia penasaran, dan dia menanyakannya.
"tidak hanya bercumbu, kita akan bercinta sepanjang waktu jika Nagato-san mengijinkannya" kini Musashi yang menjawab pertanyaan. Gadis ini memiliki dada yang cukup besar dan terlihat cukup berpengalaman. Apakah dia juga sering bermain di film dewasa seperti Yamato.
"kalian berpacaran"
Kaga menganga tak elit saat Mogami mengucapkan dua kata itu. "apa tidak apa melihat kekasihmu bercumbu dengan orang lain?" lanjutnya tanpa beban.
"itu bukan urusanmu" Musashi menjawab dengan nada suara berat, dan Yamato hanya tersenyum disampingnya.
"Kaga.." Nagato memandang Kaga datar.
"Y-ya.." yang namanya terpanggil mendadak terkejut dan gugup.
"sepertinya ini bukan bidangmu" lanjut gadis itu dengan tatapan yang sudah beralih ke beberapa lembar didepannya. Membiarkan Kaga diam tanpa tahu apa yang harus dia katakan.
"kau sering bermain di drama keluarga, kau cukup terkenal. Aku sering melihatmu meskipun kau hanya pemeran pendukung. Sebenarnya aku tidak tertarik dengan artis besar yang mengikuti audisi ini, aku harap kau segera mundur. Ini akan merusak kariermu"
Kaga menelan ludahnya sedikit takut. Dia hanya figuran, tidak lebih. Bukan artis besar seperti yang dibicarakan Nagato. Dan juga dia tidak mungkin menyerah saat dia merasa ini adalah kesempatan emas baginya. Keuangannya sudah menipis.
"a-aku sangat membutuhkan peran ini" ucap Kaga percaya diri. "..dan juga, aku hanya figuran, tidak lebih" lanjutnya dengan nada memohon.
"figuran? Dengan ribuan kata dalam satu episode?" Nagato melempar senyuman menyakitkan untuk Kaga. Nagato cukup kenal dengan dirinya. Kaga tidak pernah bisa mengakui jika semua peran yang pernah dimainkannya, masuk dalam kategori pemeran pendukung, baginya selama tak bisa menjadi pemeran utama maka tidak bisa dikatakan artis besar. Kaga sudah mengantongi beberapa judul drama bahkan film yang pernah dibintanginya, dan peran yang paling sering dimainkannya hanyalah teman dari teman si pemeran utama.
"tapi sekarang aku sudah tak lagi pernah bermain dalam judul apapun" Kaga masih memohon, dia ingin diberi kesempatan. Tunggakan asuransi jiwanya sudah tak bisa lagi menunggu lebih lama. Nyatanya semua yang ada disana adalah mereka yang pernah berhubungan langsung dengan dunia hiburan. Dan yang tak Kaga duga adalah, ternyata Nagato mengenalnya.
"baiklah, waktu habis"
Mutsu membuyarkan kecanggungan yang sedang menerpa Kaga. Terlihat baginya Nagato tak lagi ingin mempersalahkan keberadaannya. "Mogami-san, kau yang pertama" ucap Mutsu kemudian memandang Musashi seakan memberi perintah. Musashi berdiri dengan cepat.
"Scene mana yang kau inginkan?" tanyanya sambil memandang Mogami yang masih terduduk diam. "S-scene dua, mungkin" ucapnya bimbang. Musashi mengambil script yang masih tersisa di meja dihadapan Nagato dan membacanya sekilas.
Kaga melotot sempurna. Scene ini berbahaya. Sangat berbahaya. Kenapa gadis yang terlihat polos itu memilih bagian ini?
"apa aku harus melepaskan pakaianku disini?" tanya Mogami memandang Mutsu bingung. Gadis ini benar-benar berani. Scene dua berisi adegan ranjang dengan keduanya saling bercinta dalam keadaan telanjang. Apa dia sudah gila, Kaga tak ingin yakin dengan apa yang akan disaksikannya nanti.
"adegan ranjang, berarti butuh ranjang" Nagato berdiri sesaat bibirnya berucap. "kau cukup pintar memilih menyerah dari audisi ini dengan memilih Scene kedua untuk kau perankan" Nagato menyentuh lengan Musashi yang masih berdiri didepan mejanya. Memberinya perintah untuk kembali ketempat duduknya.
"kau dikeluarkan" ucap Nagato datar tak berperasaan. Kaga masih bingung dengan keadaannya.
"terimakasih" dan hal yang tak terduga yang keluar dari bibir Mogami adalah ucapan terimakasih. Dia sengaja. Pasti.
Mogami berdiri, berjalan pelan meninggalkan ruangan menuju pintu masuk-keluar. Dan tindakan ini membuat semua orang yang berada disana terdiam tak percaya.
"Haruna-san, kau pilih scene nomor berapa?" Mutsu memandang gadis cantik bersurai hitam diujung sana. Kaga bisa lihat wajahnya memerah. Dia sangat gugup. Terlalu gugup. Bahkan tubuhnya cukup bergetar ditempat duduknya. Nagato terlihat masih menunggu. Kaga tahu, meskipun Nagato terlihat tidak begitu peduli, dia sebenarnya paling ahli dalam menilai kepribadian orang.
"a-aku sudah memiliki tunangan, dan aku pikir aku akan menyerah sampai disini" ucapnya menunduk takut.
"ini hanya syarat audisi. Belum tentu kau akan berperan sama dengan apa yang kau perankan saat ini dalam projek yang kami tangani" Mutsu berucap dewasa.
"ta-tapi, aku tidak suka melakukannya dengan wanita"
"jadi, jika itu pria kau tidak akan menolaknya?"
"b-bukan begitu maksudku, a-aku.."
"kau dikeluarkan"
Nagato tak memandang Haruna saat bicara. Kaga semakin waspada dengan sikap Nagato yang tanpa kompromi dalam memutuskan. Disini Nagato yang memutuskan semuanya.
"apa tidak ada peran lain yang bisa kumainkan?" Haruna masih tak rela.
"kau dikeluarkan"
Haruno menunduk kecewa. Diangkatnya tubuhnya bangkit dari tempat duduk dan berjalan lemah menuju pintu. Kaga bisa lihat harapan gadis itu telah melebur entah kemana. Namun meskipun begitu, Yamato bangkit dan mengikuti langkah Haruna hingga mereka menghilang bersama saat pintu kembali terbuka.
"selanjutnya, Shoukaku-san" Mutsu memandang Shoukaku, gadis berambut putih yang duduk disamping Kaga.
"pilihanmu?" lanjutnya bertanya.
.
.
.
a/n : Saya selalu merasa gagal kalau update cerita Multichaper tentang KanColle, enggak tahu kenapa.
tapi, untuk yang ini, saya harap saya bisa menyelesaikan sampai akhir.
jangan takut, judul dan isi mungkin gak sesuai harapan. Itu hanya strategi untuk membuat anda bahagia. LOL XD
