Now, I understand. Why you like testing me, 'couse you want your Mr.D inside me right ? Hah, let me see up where you can stand it. I will test you back.

CRAZY IN LOVE

Siang itu, taman kampus Art seoul terlihat sepi. Biasanya jam siang seperti ini sudah ramai dipenuhi oleh mahasiswa dari jurusan apapun. Tapi entah kenapa siang ini sangat sepi suasananya. Ini baru pukul satu siang, sedangkan kampus bubar jam empat sore nanti, masih ada waktu tiga jam kampus itu seharusnya terisi mahasiswa-mahasiswa. Ini sedikit aneh, atau jangan-jangan ada suatu hal yang terjadi di kampus ?

Seorang namja mungil dengan rambut dark blue, tubuhnya tidak terlalu tinggi untuk ukuran namja pada umumnya tetapi lekuk tubuh itu sangat sempurna dengan kulitnya yang putih hampir mendekati pucat, serta mata sebiru lautan yang berkilauan karena terpantul sinar matahari. Namanya adalah Min Yoongi, namja berusia 24 tahun itu baru saja keluar dari area parkir kampus, melajukan mobil Jaguar F-Type putih mengkilat miliknya keluar kampus.

Matanya yang kecil semakin tajam saat terpoleskan eyeliner, membuat mata sipitnya sedikit terlihat besar. Bibirnya merah mengkilap karena ia poles dengan lip balm, karena sudah terbiasa berpenampilan seperti itu dari ia masih duduk di bangku SMA semester pertama dirinya bersekolah. Tidak ada yang melarangnya, orang tuanya bahkan tidak terlalu perduli dengan penampilannya asalkan nilai akademik dan nonakademiknya memuaskan maka orang tunya tidak mempermasalahkan hal semacam itu.

Sekarang ia baru saja masuk kuliah semester 2 untuk menuntaskan S2 nya di kampus seni tersebut(read: Art Seoul University). Ia menyukai seni musik, dan alat musik kesukaannya adalah piano. Tidak tertarik di bidang seni acting, karena menurutnya ia sudah cukup berada di kehidupan yang penuh dengan actor dan actris dalam drama kehidupannya.

Jika difikir-fikir, sebenarnya Min Yoongi adalah namja yang baik, dan hangat. Tetapi suatu hal terjadi dalam rantai kehidupannya saat ia berusia 18 tahun. Suatu hal besar terjadi tanpa sengaja, sesuatu yang berharga untuknya telah terenggut dari sisinya. Adiknya Min Jihoon meninggal dalam kecelakan mobil dan parahnya saat itu dirinyalah yang menyetir mobil.

Saat itu ia dan Jihoon terlalu asik bercanda sampai tidak menyadari bahwa mereka melewati lampu merah dan dari arah kiri truk yang membawa properti bahan bangunan untuk perumahan itu melaju kencang, Yoongi yang menyadari itu saat dirinya menolehkan kepalanya kesamping kiri tubuhnya, karena panik, ia kemudian membanting stir.

Mobilnya berputar melingkar dan truk tersebut menghantam mobil bagian sisi kanannya, kemudian mobil yang mereka kendarai berguling kencang karena tertabrak terlalu keras. Yoongi menggeram kesakitan, posisinya sekarang sudah terkapar di jalanan ia terlempar keluar mobil lewat bagian depan mobilnya, dengan menghantam kaca depan mobilnya, ia lupa memasang setbelt miliknya. Ia bangkit perlahan dengan tubuh yang berlumuran darah. Berjalan tertatih kearah adiknya berada, Jihoon menjerit kecil karena kaki kirinya terjepit bagian mobil yang remuk karena tertabrak truk tersebut. Jihoon tidak dapat bergerak dari posisinya.

Yoogi berusaha untuk mengeluarkan adiknya tersebut, tapi tulang-tulang tubuhnya terasa remuk. Ia tidak punya tenaga yang cukup untuk membantu adiknya keluar dari mobil itu. Orang-orang di sekitar mereka menjerit-jerit, mengatakan bahwa mereka harus segera keluar dari dalam mobil. Tetapi Yoongi tidak memperdulikan jeritan orang-orang disekitarnya.

"Hy-hyung, keluarlah dari mobil. Aku tidak apa-apa hyung." Ucap Jihoon pelan. Yoongi menggelengkan kepalanya,

"Tidak Jihoon, hyung akan mengeluarkanmu dari sini." Jihoon tersenyum tipis kepada hyung-nya. Tangannya menggapai wajah Yoongi kemudian memgusap lelehan air mata hyung tersayangnya itu.

"Hyung, relakan aku pergi, cepatlah keluar sebelum mobil ini benar-benar meledak, kau harus menyelamatkan dirimu sendiri hyung." Jihoon menatap mata biru laut milik hyung-nya kemudian kembali tersenyum.

"An dwe, Jihoon. Hyung tidal mau berpisah denganmu...

"Hyung, cepatlah keluar sekarang." Jihoon mendorong hyungnya keluar mobil dengan sisa kekuatan yang ia punya dan berhasil, Yoongi kembali terlempar keluar mobil.

"An dwe!!" Saat tubuhnya ingin bangkit memasuki mobil kembali, seseorang telah menarik jauh tubuhnya, ia tidak bisa melawan karena tubuhnya juga terlalu sulit untuk digerakkan. Yoongi hanya menjerit meneriakkan nama Jihoon. Ia memandang Jihoon yang tersenyum dari balik kaca mobil yang pecah, air matanya menggenang di pelupuk matanya, siap jatuh kapan saja mata itu berkedip. Dan..

DUARR!!

Mobil yang di dalamnya ada Jihoon adiknya itu meledak. Seketika air mata miliknya terjatuh mengalir deras seperti aliran anak sungai. Tubuhnya masih berada dalam dekapan seseorang yang menariknya tadi. Yoongi melemas, tubuhnya merosot jatuh ke jalan. Ia melihat adiknya meregang nyawa didepan matanya sendiri. Dan adiknya pergi karena ulah dirinya yang bodoh tidak memperhatikan jalan. Yoongi sangat shok, adik yang sangat ia sayangi telah pergi dari kehidupannya detik itu juga, didepan mata kepalanya sendiri.

Detik- detik berikutnya, rasa sakit di sekujur tubuhnya semakin menjadi, kepalanya terasa ingin pecah, pusing yang melandanya bukan main sakitnya. Kemudian semua yang terlihat olehnya memudar, semakin lama semakin menghilang, semua berubah menggelap. Tubuh kecilnya terbaring di jalan tidak sadarkan diri.

Dan kenangan buruk itu terus menghantuinya selama beberapa tahun setelah kejadian tersebut terjadi. Sifat hangat seorang Yoongi berubah total, hilang entah kemana. Ia menjadi pribadi yang dingin datar dan sedikit kasar. Ya dibalik wajah dingin dan datarnya itu tersimpan sebuah luka yang sangat dalam dan menyakitkan baginya.

Pergaulannya sekarang seakan tidak pernah ia perdulikan lagi, baik atau buruk, club malam atau perpustakan pusat kota, nafsu atau cinta, jujur atau bohong. Setelah kejadian itu ia tidak pernah berfikir untuk memperbaiki dirinya kembali, Jihoon adalah alasan ia masih hidup samai sekarang, Jihoon adalah alasan ia ingin berubah. Ia pernah berpesan "hyung, saat aku sudah tidak ada di sisimu lagi, kau harus tetap hidup dengan baik dan menjaga diri." Tapi kenyataanya, Yoongi hanya mengikuti satu keinginan dari adiknya itu yaitu tetap hidup, meski sekarang bisa dibilang ia sekarang sudah rusak. Merubah diri menjadi lebih baik ? Huh, sepertinya tidak akan pernah terwujud.

Air mata kembali menetes dari mata indah milik Yoongi. "Seharusnya aku memperhatikan jalan saat itu. Jihoon-ah, maafkan hyung-mu yang bodoh ini, dan maaf juga untuk tidak menepati janjimu untuk hidup lebih baik." Yoongi tersenyum miris mengingat betapa bodohnya dirinya saat itu.

Yoongi memarkirkan mobil Jaguar F-Type putihnya di parkiran apartemem miliknya. Acara di kampus membuatnya bosan dan ia memutuskan untuk pulang lebih awal. Yah, pantas saja taman kampus terlihat sepi, semua mahasiswa berada di gedung aula besar milik Universitas pusat.

Ia keluar dari mobil Jaguar F-Type putih miliknya, kemudian pergi menuju basement. Kaki rampingnya melangkah menuju lift. Setelah sampai di depan pintu lift, ia menekan tobol yang berada disamping pintu lift. Setelah terbuka, ia sedikit terlonjak kaget melihat seorang namja tampan, sang pangeran kampus. Yoongi hanya memutar matanya malas saat melihat ekspresi yang di perlihatkan oleh namja yang berada didepannya itu. Dengan cuek Yoongi memasuki lift dan menekan tombol 5, kamar apartemen miliknya berada di lantai tersebut, setelah itu pintu lift kembali tertutup.

Keheningan melanda keduanya beberapa detik. Namja yang berada di sebelah Yoongi terus menatapnya dari atas sampai kebawah kembali lagi ke atas, membuat Yoongi tidak nyaman. "Berhenti menatapku seperti itu, kau seperti tidak pernah melihatku saja." Kesal Yoongi.

"Wae ? Salahkan dirimu, kenapa memakai pakaian seperti itu saat ke kampus eo?!." Sahut namja tersebut. Namja itu berjalan mendekat kearah Yoongi, kemudian mengapai pinggang Yoongi untuk ia peluk.

"V neck hitam tanpa lengan ?"

Menyingkap sedikit jaket yang dipakai Yoongi.

"Jaket kulit hitam ? Celana traging ketat dark blue ? Kau berniat menggodaku Yoongi ?" Bisik namja tersebut tepat di telinga Yoongi, Yoongi hanya melirik namja itu sebentar kemudian dengan cueknya kembali menatap ponsel yang sedang ia pegang, tidak menghiraukan tangan namja tersebut yang mulai masuk dalam kaus miliknya dan mengusap pinggangnnya dengan sensual.

"Berhenti menatap ponselmu Yoongi, astaga! Ternyata memang susah mendapatkan perhatianmu." Keluh sang namja, ia pun akhirnya mengambil paksa ponsel milik Yoongi, membalikan tubuh Yoongi untuk menghadapnya, kemudian tanpa aba-aba namja tersebut mencium serta melumat bibir Yoongi yang menurutnya itu sangat menggoda imannya.

Takk!

"Aww!!! Astaga hyung kenapa memukul kepalaku, ini sakit kau tahu." Dan sang namja harus merelakan kepalanya terkena pukulan dari tangan seorang Min Yoongi.

"Park, kau ini tidak tahu tempat ya. Mau aku pukul lagi seperti kemarin ?" Kesal Yoongi.

"Ck! Hyung, aku ini kan kekasihmu, berbaik hatilah sedikit padaku. Dan hei, aku hanya menciummu saja tidak lebih."

"Tsk! Tidak lebih kau bilang ? Kau hampir menelanjangiku di area kampus bodoh! Astaga bagaimana bisa aku menerima bocah sepertimu menjadi kekasihku Park Jimin!" Keluh Yoongi.

Ting!

Pintu lift terbuka, keduanya melangkah keluar dari dalam lift, menuju apartemen Yoongi nomor 395. Jimin hanya memberikan senyum bodohnya kepada Yoongi.

"Hehe...Kau selalu bisa menggodaku hyung, aku tidak bisa tahan saat melihatmu, bahkan saat kau berjalan. Setan dalam tubuhku tidak bisa diajak kompromi soal itu." Jimin tersenyum aneh membuat Yoongi merinding, ia berjalan sedikit lebih cepat dari Jimin, setelah sampai di depan pintu Yoongi menekan beberapa digit password apartemennya, kemudian masuk diikuti Jimin.

"Kemarikan poselku, cepat." Yoongi mengadahkan satu tangannya, meminta ponsel yang tadi diambil oleh Jimin. Jimin menggeleng, memasukkan ponsel Yoongi kedalam kantung celana miliknya.

"Sekarang aku ada dihadapanmu dan hyung masih mementingkan ponsel daripada aku ?" Tanya Jimin sambil tangannya menyilang didepan dada.

Yoongi menurunkan tangannya yang tadi mengadah untuk meminta ponsel miliknya. Memutar bola matanya malas melihat tingkah Jimin. "Kumat lagi sifatnya." Batin Yoongi berucap.

"Yak!, kenapa sifat bocahmu tidak pernah hilang eo ? Kau membuat aku kesal Jim, astaga tinggal lama denganmu bisa gila." Yoongi berlalu kekamarnya meninggalkan Jimin dengan senyum anehnya.

CRAZY IN LOVE

Yoongi berjalan menuju Lemari pakaiannya kemudian memilih baju yang lebih santai untuk dipakainya. Sejauh mata memandang warna dominan pakaian kaos miliknya adalah hitam dan putih dan hanya ada beberapa pakaian dengan warna merah, biru dan warna lainnya. Penggila black and white rupanya.

Yoongi memilih mengambil baju warna putih polos yang agak longgar tetapi pas di tubuhnya, celana ? Hmmm... sepertinya pilihannya jatuh pada celana bahan hitam pendek selutut. Setelah mengambil pakaiannya ia menuju pintu kamar mandi, sesaat ia menolehkan kepalanya mendengar pintu kamarnya dibuka, mengangkat bahu acuh ia kembali memasuki kamar mandi dan mengunci pintunya.

Kalian pasti tahu alasan Yoongi mengunci pintunya kan ? Yup, Park Jimin itu berbahaya, bisa habis nanti Yoongi di'makan' olehnya.

Jimin dan Yoongi memang tinggal satu apartemen tetapi karena Yoongi keukueh tidak mau sekamar dengan Jimin, maka kamar mereka terpisah, kamar Jimin persis berada di sebelah kamar Yoongi yang seharusnya itu adalah kamar tamu. Tidak perlu di jelaskan lagi bukan alasannya ? Kalian pasti sudah tahu.

Sejauh ini, hubungan mereka masih baik-baik saja. Setelah perjuangan keras Jimin selama 2 tahun untuk mendekati Yoongi, akhirnya Yoongi luluh dengan kegigihan seorang Park Jimin yang selalu mengejarnya. Tapi sayangnya setela tahu sifat asli Jimin sepertinya rasa menyesal muncul di dalam hatinya. Ya menyesal, menyesal karena sifat mesum akutnya yang tidak bisa Yoongi kontrol.

Eits/? Jangan salah sangka dulu, mesum-mesum begitu Jimin belum pernah menyentuh Yoongi sampai seintim yang kalian pikirkan setelah mendengar kata 'mesum'. Jimin hanya berani mencium Yoongi tidak lebih yah meski terkadang masih suka kelepasan dan mengakibatkan kepalanya yang sakit terkena pukulan maut Yoongi.

Jimin menaiki kasus king size milik Yoongi, ia duduk bersia sambil tangannya mengotak-atik isi ponsel milik Yoongi. Hah! Park kau kurang kerjaan sekali sih.

Bunyi kunci pintu terbuka dan Yoongi keluar dari sana, sepertinya dia sekalian mandi karena melihat dari rambutnya yang basah. Jimin yang mendengar suara pintu terbuka langsung mengalihkan perhatiannya ke Yoongi dari keluar pintu kamar mandi sampai tubuh itu menghilang dibalik ruangan yang sepertinya ruang untuk menyimpan barang ? Entalah Jimin juga kurang tahu.

Jimin bangkit dari duduk bersilanya, ia sedikit merasa gerah. Jimin pun memilih melepaskan jaket yang sedari tadi dipakainya.

"Hyung, aku pinjam kamar mandimu ya ?" Jimn berucap sedikit kencang takun Yoongi tidak mendengarnya. Kemudian ia mendengar Yoongi menggumam "Oke" dari balik ruangan itu. Jimin mengedikkan bahu, kemudian memasuki kamar mandi setelah ia mengambil handuk bersih baru di lemari Yoongi.

Yoongi menyembulkan kepalanya dari balik pintu ruangan itu, mengedarkan mata biru lautnya melihat sekeliling. "Aman," pikirnya. Yoongi pun keluar dari ruangan itu. Ternyata ia salah mengambil baju yang ingin dipakainya. Seharusnya ia mengambil kaos polos putih, bukan kemeja polos putih, astaga. Untung saja saat ini Jimin di dalam kamar mandi, kalau sempat ia berganti baju di depan Jimin, sudah dapat di pastikan bercak-bercak merah keunguan akan menempel di tubuhnya.

"Terkutuklah Park Jimin dengan segala pemikiran kotor nan mesum miliknya." Maki Yoongi pelan, takut terdengar oleh Jimin. Yoongi terus menggerutui Jimin.

"Astaga, Yoongi kau sudah membuang waktu 10 menit hanya untuk mengumpatinya, cepat berganti sebelum dia keluar dari kamar mandi." Umpat Yoongi pada dirinya sendiri. Dengan cepat ia melepaskan kancing kemeja putih yang dipakainya, dengan kaos putih polos yang ia ambil dari lemarinya ia selipkan diantara kedua pahanya untuk ia jepit.

Setelah membuka kemejanya, Yoongi melemparkan kemejanya ke tempat tidur kemudian mengambil kaos yang ia selip di antara kedua pahanya. Baru saja memasukkan kedua lengan bajunya, berniat untuk memasukkan kepalanya kelubang yang ada di baju itu. Sebuah tanhan melingkari perut rata dengan sedikit garis yang terlihat seksi itu, ABS nya tidak terlalu terlihat, hanya samar.

Dan Yoongi tiba-tiba dibuat terkejut, dengan cepat memsukkan kepalanya ke dalam baju kaos miliknya meski harus tertahan sampai di dadanya.

"Astaga Jimin! Kau membuat jantungku hampir meloncat dari tempatnya." Ujar Yoongi kesal.

"Dan lepaskan tanganmu dari tubuhku sebelum aku memukulmu lagi." Sambungnya.

Jimin menggeleng sekilas, "memelukmu sangat nyaman hyung." Ujarnya.

"Jimin, setidaknya pakai bajumu dulu."

Jimin merengut, ia dengan tidak rela melepaskan pelukannya dari Yoongi.

"Baiklah." Setelah itu Jimin keluar dari kamar Yoongi untuk berpakaian di kamarnya sendiri. Yoongi hanya menggeleng melihat tingkah lain Jimin hari ini.

Merenung, Yoongi hanya merenung di sofa ruang tamu. Ntah apa yang sedang ia fikirkan disiang bolong seperti in dengan televisi menyala dihadapannya. Jimin yang baru saja keluar dari kamarnya menatap heran kearah Yoongi berada.

"Tumben tidak berisik." Gumam Jimin pelan. Jimin berjalan menuju sofa yang sedang diduduki oleh Yoongi, dan ia mendudukkan bokongnya di sebelah Yoongi. Jimin menatap lamat-lamat hyung tersayangnya itu, jari telunjuknya terulur dan menyentuh pipi Yoongi, hal itu berhasil membuat Yoongi berjengit dari duduknya karena terkejut.

"Astaga Park Jimin, hilangkan kebiasaanmu yang sering muncul dengan tiba-tiba itu. Huuh... jantungku serasa ingin melompat kekuar karena kaget." Kesal Yoongi, ia meraih pinggang Jimin untuk ia cubit dan membuat Jimin menjerit kesakitan setelahnya.

"Aakk, hyung itu sangat sakit. Ampun hyung, aku hanya heran saja denganmu, melamun di siang bolong begini ? Apa yang sedang kau fikirkan hingga tidak melihatku berjalan kearahmu ?" Heran Jimin.

"Maafkan aku Jim, aku tiba-tiba teringat Jihoon-ku. Aku kangen dirinya Jim." Yoongi berucap dengan mata yang menatap lurus kearah televisi ah maksudku foto yang berada di sebelah televisi tersebut. Foto dirinya dan Jihoon beberapa tahun silam sebelum adiknya itu meninggal.

Jimin yang merasa keadaan agak sedikit mendung yang menguar dari Yoongi sesegera mungkin meraih kepala Yoongi untuk ia baringkan ke dada bidangnya, merengkuh tubuh mungil itu untuk ia dekap. Jujur ia paling tidak suka jika Yoongi seperti ini, rasa bersalah yang mendalam pada adiknya itu selalu menghantui Yoongi dan itu yang membuat Jimin khawatir, jikalau Yoongi melakukan hal gila lagi seperti beberapa bulan lalu.

Percobaan bunuh diri hah ? Dasar Min Yoongi.

"Hyung, kau tidak berfikir untuk mengulangi kejadian beberapa bulan yang lalu kan ?" Tanya Jimin was-was. Dan jawaban Yoongi membuat membuat Jimin bisa bernafas lega.

"Hyung, percaya padaku. Aku akan selalu ada untukmu, aku akan selalu ada disisimu meskipun nanti engkau tidak menginginkanku lagi. Dan jangan pernah berfikir untuk meninggalkanku. Eottae ?"

Yoongi mengangkat kepalanya untuk bisa melihat wajah Jimin, ia tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya setelahnya ia meraih tengkuk Jimin untuk bisa mengecup sebentar bibir penuh Jimin, setelah mwngecup sebentar bibir itu Yoongi kembali ke posisi semulanya, berbaring di dada Jimin dengan mata yang terpejam, yang mendapat 'serangan' mendadak itu hanya cengo. Jimjn masih memproses apa yang sebenarnya sudah terjadi beberapa detik yang lalu.

"Astaga, Yoongi hyung menciumku duluan ? Waaa... sebuah keajaiban." Teriak Jimin dalam hati. Ia tidak mau di sangka gila lagi oleh Yoongi karena berteriak tak jelas.

"Aku harap kau bisa memegang omonganmu itu Jimin. Dan... heii Park!!! Bisakah tanganmu diam dibawah sana ? Perutku serasa melilit jika kau usap terus seperti itu." Yoongi berucap dengan mata terpejam seraya memukul keras tangan Jimin yang sedang bermain di balik kaos putih yang sedang ia pakai itu. Jimin hanya tersenyum simpul, kemudian ia memeluk erat tubuh Yoongi.

"Yoongi hyung, aku sangat sangat sangat mencintaimu." Ucap Jimin, Yoongi yang mendengarnya hanya tersenyum, ia merasakn hatinya menghangat tak kala mendengar kalimat itu keluar dari bibir Jimin. "Nado." Balasnya dalam hati.

T.B.C/END ?

Tidak perlu basa basi, karena nadya yakin kalian nggak bakal betah baca ini cerita...wkwkwk..

FF pertama rate M

Semoga selamat sampai akhir chapternya.,., maaf jika masih ada typo(s) karena ini belum di revisi ulang..wkwkwk..

Silahkan votes dan komen ya readers.

Jika anda tidak menyukai cerita yang saya tulis silahkan tinggalkan lapak ini. Sedih thu... mungkin cerita nya pasaran kali ya??? Jadi nggak ada yang minatin ni cerita ? Gimana klw di delete aja ?

Gomawoyo~

Nadya kim present

Rabu,26 oktober 2016

Sintang, kalimantan barat,indonesia.