You know I rather walk alone than play a supporting role.

If I can't get the starring role.

.

.

.

Author : Chronosch

Tittle : Starring Role

Cast :

– Bang Yongguk

– Kim Himchan

Genre : Romance/Hurt/Comfort/NC

Warning : Boy Love Story, Don't Like Don't Read

Disclaimer : Semua karakter di fanfic ini adalah milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Saya membuat cerita ini tanpa bermaksud untuk menjelek-jelekan mereka.

Cerita ini hanya fiksi. Jika ada kesamaan nama tokoh atau jalan cerita mohon dimaafkan.

.

.

.

Sepasang mata itu mengerjap ketika cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah kecil di tirai yang sedikit terbuka itu menusuk matanya. Beberapa menit dia mengumpulkan kesadarannya dan melirik ke arah jam weker klasik yang berada di atas nakas di samping kirinya. Masih pukul setengah enam pagi. Mencoba bangkit dari posisinya sambil menahan rasa sakit yang menusuk pinggangnya, Pria cantik itu merenggangkan otot-otot badannya kemudian mengutip kaus putih bertuliskan namanya—Himchan—yang berada di lantai bersama dengan celana pendeknya. Tertawa geli melihat kamarnya yang sangat berantakan itu. Sepertinya dia terlalu terburu-buru kemarin malam hingga tidak mempedulikan apapun. Setelah memakai kaus dan celananya, Himchan bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar. Memutuskan untuk membuat sarapan karena dia bangun lebih awal daripada orang yang masih bergelung dengan selimut tebal berwarna pink milik Himchan dan tidur dengan pulasnya.

Setengah jam berkutat di dapur, Himchan berhasil menyajikan dua porsi sandwich telur dan dua gelas kopi panas yang sudah di tata dengan indah di atas meja makan. Melepas celemek merahnya kemudia dia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan menyikat giginya. Namun langkahnya terhenti ketika dia melihat seorang Pria yang sedang mengelap mukanya dengan handuk.

"Sejak kapan kau bangun?" Suara husky itu terdengar. Langkah kakinya mendekati pria itu lalu merapikan rambut hitam ikalnya yang berantakan.

"Hmm, lima menit lalu?"

Pria itu menjawab tidak yakin. Suaranya terdengar lebih berat dari suara Himchan. Masih dengan matanya yang mengantuk, dia menatap Himchan kemudian tersenyum kecil dan menyandarkan kepalanya di bahu Himchan.

"Aku sudah memasak sarapan. Makanlah, Yongguk," ujar Himchan. Tangannya masih mengelur rambut berantakan itu.

Pria bernama Yongguk itu mengangguk. Bibirnya mengecup leher Himchan yang terbuka, meninggalkan bekas merah di sana. Himchan hanya tertawa geli ketika merasakan sentuhan bibir itu. Begitu hangat dan memabukkan.

"Hei, hei. Cepat."

Tangan kurus itu mendorong bahu Yongguk dan menjauhkan tubuh tinggi itu darinya. Tak ada wajah kecewa, hanya sebuah senyuman kecil yang Yongguk berikan pada Himchan sebelum dia keluar dari kamar mandi, meninggalkan Himchan yang terus menatap kearah cermin sendiri. Jemari lentik itu meraba kissmark yang berada di lehernya. Tak hanya satu. Ada banyak yang Yongguk berikan padanya. Penandaan bahwa Himchan adalah miliknya.

Senyum miris terlukis di wajah cantiknya. Mengingat sebuah kenyataan pahit yang membuat hatinya seperti tertusuk ribuan duri.

Kim Himchan adalah milik Bang Yongguk, namun Bang Yongguk bukanlah milik Kim Himchan.

Setelah mencuci muka dan menyikat giginya, Himchan berjalan keluar dan menyusul Yongguk di ruang makan. Dilihatnya Yongguk sibuk mengunyah makanan di hadapannya sambil menatap ponsel di tangannya. Dia baru saja selesai menerima telepon dari seseorang dan terlihat buru-buru menghabiskan makanannya.

"Siapa?" tanya Himchan. Tak ada jawaban dari Yongguk. Akhirnya Himchan memutuskan untuk di hadapan Yongguk kemudian mulai meminum kopinya.

Setelah menghabiskan hidangannya, Yongguk berdiri dan kembali ke dalam kamar. Pria itu terlihat sangat buru-buru. Helaan nafas terdengar dari Himchan, dia memutuskan untuk menyusul Yongguk yang ternyata sudah rapi dengan pakaiannya dan mengambil tas kulitnya. Matanya menangkap sosok Himchan yang menghampirinya. Melihat jemari itu terulur dan merapikan dasi hitam yang dipakainya.

"Kupikir kau akan menghabiskan waktu denganku hari ini."

Terdengar nada kecewa mengalun dari kata-kata Himchan. Yongguk hanya bisa tersenyum kecil. Menarik telapak tangan mulus itu dan mengecupnya pelan.

"Maafkan aku."

Hanya itu ujarnya.

Dan hanya sebuah senyuman geli yang Himchan berikan pada Yongguk yang terlihat merasa bersalah. Terasa sentuhan di bahu Yongguk ketika Himchan menepuk kedua sisi pundaknya.

"Semangat untuk hari ini," ujar Himcan, "Jangan lupa makan siang dan minum vitaminmu."

"Kau juga, Hime," jawab Yongguk.

Melingkarkan tangannya di lengan Yongguk kemudian mengantarkannya ke depan pintu apartemennya. Sebuah kecupan kecil Himchan berikan kepada Yongguk sebelum pria berambut ikal itu beranjak dari sana.

"Cepatlah berbaikan dengan istrimu."

Kata-kata itu membuat Yongguk yang hendak membuka pintu membeku. Suara itu terdengar bergetar, membuat Yongguk tidak berani untuk berbalik dan menatap Himchan. Hanya sebuah anggukan yang menjadi jawabannya sebelum dia melangkah keluar dan meninggalkan Himchan di sana.

"Cepatlah berbaikan dan kembali dengannya... Sebelum rasa ini jadi semakin dalam dan menyakitkan..."

.

.

.

Flashback

.

.

.

Lantunan musik klasik menggema di sebuah bar kecil di sudut kota Seoul. Nuansa biru tua dengan lampu-lampu putih temaram mendominasi warna bar tersebut. Hanya ada seorang bartender yang sibuk membuatkan pesanan para pelanggan yang datang ke sana. Tidak banyak orang, hanya sekitar lima atau enam orang saja yang biasa datang ke sana. Sekedar mencari tempat minum yang tenang atau mencari teman bercinta semalam saja.

Di hadapan sang bartender terlihat pria berambut merah gelap sedang duduk sambil memainkan bibir gelas yang masih penuh dengan minuman berwarna senada dengan rambutnya. Matanya memperhatikan kegiatan sang bartender yang terlihat tenang sekali itu.

"Jongup-ah," panggilnya.

Bartender sipit bernama Jongup itu melirik Himchan dengan senyuman kecil. Matanya menyipit karena wajah Himchan tidak terlihat jelas olehnya, tapi dia mengenali suara pria itu. Perlahan dia melangkah menghampiri Himchan, tangannya tak berhenti pada kegiatan sebelumnya—mengocok minuman dengan cocktail shaker berwarna perak di tangannya.

"Ada apa, Himchan-hyung?" tanya Jongup.

Memanggil Himchan akrab karena memang sudah lama mereka saling mengenal dan Himchan adalah salah satu orang yang membantunya mendirikan bar miliknya itu. Himchan tersenyum kecil. Mata kucingnya menatap Jongup antusias.

"Tidak berniat menemaniku malam ini?" tanya Himchan balik.

Jongup mengernyit. Dia tahu sekali apa yang Hicmhan maksud dengan 'menemani'. Di bar tersebut, Himchan terkenal suka sekali menggoda para pelanggan pria yang datang dan menghabiskan satu malam dengan mereka. Tapi caranya sama sekali tidak murahan. Cukup memberikan sebuah senyuman kecil maka para pria tersebut akan mendatanginya.

Jujur saja, Jongup adalah salah satu orang yang pernah melakukan hubungan dengan Himchan. Hanya sekali, setelah itu Jongup selalu menolaknya. Alasannya? Hanya ada satu.

"Tidur semalam denganmu dan Junhong akan memenggal kepalaku," ujarnya.

Jawaban itu kerap kali membuat Himchan tersenyum geli mendengarnya. Membayangkan betapa bahagianya menjadi seorang kekasih Jongup karena pria itu benar-benar menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh kekasihnya itu.

"Ah, baiklah~ Aku akan mencari orang lain saja kalau—"

Kata-katanya terputus ketika ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari teman akrabnya—Jung Daehyun—yang mengatakan kalau akan datang ke bar tersebut malam itu bersama seorang temannya. Pesan itu mengatakan kalau Daehyun dan temannya akan sampai lima menit lagi.

Tak lama menunggu, bunyi lonceng di pintu masuk menjadi penanda bahwa Daehyun sudah datang. Pria berbibir tebal itu datang bersama dengan seorang pria berambut ikal yang disisir kebelakang dan tatapan mata yang begitu tajam. Kantung matanya terlihat menghitam dan wajahnya terlihat sangat kusut. Satu kata yang terlintas di kepala Himchan saat itu.

Menyeramkan.

"Waah, Himchan-hyung!" Daehyun berseru. Melambaikan tangannya pada Himchan.

Sebuah senyuman menjadi jawaban dari lambaian tangan Daehyun. Mereka berdua langsung menghampiri Himchan yang kembali meneguk cocktail-nya.

"Seperti yang kukatakan, aku ingin mengenalkanmu pada seseorang," kata Daehyun. Tak ada basa-basinya sama sekali

Dia lalu mundur dan mendorong pelan pundak temannya itu agar mendekat kepada Himchan. Membiarkan kedua pria itu saling bertatapan lama. Ada sesuatu di diri teman yang Daehyun kenalkan itu, tapi Himchan tak tahu apa.

"Namaku Bang Yongguk."

Suara berat dan intens itu meraba gendang telinga Himchan. Membuatnya menelan ludahnya dengan susah payah. Tak mau kehilangan image, Himchan mengulurkan tangannya. Menyapa lembut tangan pria bernama Yongguk tersebut. Memberikan sebuah sensai hangat menggoda hanya dengan sebuah gerakan sederhana.

"Kim Himchan, senang berkenalan denganmu."

Daehyun yang melihat hal tersebut langsung melangkah mundur. Melirik ke arah Jongup dan memberikan isyarat bahwa dia akan pulang dan meninggalkan mereka berdua saja. Alasan lainnya adalah karena istrinya tercinta—Jung Youngjae—sudah menunggunya di rumah. Jongup mengerti dan menganggukkan kepalanya pada Daehyun yang sudah menghilang keluar bar.

'Cring'

Sebuah bunyi dari benda logam yang berada di tangan Jongup menginterupsi mereka. Kunci antik itu sudah berada di atas meja bar. Mata tajam Jongup melirik ke atas, mengisyaratkan pada Himchan agar mereka segera naik ke kamar.

Tidak. Bar milik Jongup bukanlah bar yang menyediakan 'tempat' seperti bar atau klub pada umumnya. Kamar yang berada di bar tersebut adalah sebuah ruangan yang Jongup sediakan khusus untuk Himchan karena pria itu sering sekali datang ke tempatnya dan kadang terlalu mabuk untuk pulang ke apartemennya. Anggap saja balas budi karena selama ini Himchan sudah banyak membantunya sejak dia masih kuliah.

Tanpa ragu Himchan mengambil kunci tersebut dan menuntun Yongguk untuk mengikutinya ke lantai atas dan menuju ruangan paling ujung dari bangunan tersebut. Mereka berdua masuk ke dalam dan aroma manis menyeruak masuk ke dalam hidung Yongguk. Ruangan tersebut memiliki kesan yang amat sangat berbeda dengan lantai bawah yang temaram. Kamar yang di dominasi warna putih dan pink serta banyak sekali boneka kelinci di sana. Benar-benar ditata layaknya sebuah kamar pribadi.

"Jadi, kenapa kau meminta pada Daehyun untuk dikenalkan padaku?"

Tanpa basa-basi Himchan bertanya pada Yongguk yang masih terpaku di depan pintu. Hal itu membuat kepala Himchan bergeleng pelan. Segera dia menarik Yongguk masuk dan mengunci rapat pintu kayu berwarna putih tersebut. Yongguk terlihat agak kaget melihat perlakuan Himchan padanya. Merasa kalau Himchan seperti sudah terbiasa dengannya.

"Dia yang menyarankanku untuk bertemu denganmu, entah apa alasannya," jawabnya.

Jawaban yang membuat pemuda cantik itu mengernyit melihat Yongguk. Mata kucingnya menatap Yongguk dari kaki ke kepala. Bentuk tubuhnya yang bagus namun sedikit kurus, juga wajahnya yang terlihat tampan itu membuat Himchan tak habis pikir. Kenapa pria yang sepertinya disukai oleh banyak wanita itu malah meminta untuk dikenalkan padanya.

"Biar kutebak."

Himchan berjalan mendekati ranjangnya sambil melepaskan jaket kulit hitam yang membalut tubuh indahnya. Melemparnya ke sembarang arah lalu mendaratkan bokong indahnya di atas ranjang tersebut hingga menimbulkan bunyi deritan yang cukup keras.

"Kau sedang ada masalah dan meminta Daehyun untuk membantumu, bukan?"

Kata-kata itu langsung tepat mengenai Yongguk. Tak bergemin dari tempatnya, Yongguk menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan―atau lebih tepatnya pernyataan dari Himchan. Hal itu membuat tawa kecil meluncur dari bibir Himchan.

"Sebenarnya, aku ingin mengatakan ini. Jika kau ada masalah, jangan pernah menanyakan solusi atau meminta bantuan pada Jung Daehyun," katanya. Jemarinya perlahan menarik kausnya ke atas. Menanggalkannya dan mengekspos tubuh putih mulusnya di hadapan mata tajam Yongguk.

"Tapi karena kau sudah ada disini, mau tak mau harus melanjutkannya kan?"

Himchan mengacak rambut merahnya, mengundang Yongguk agar datang mendekatinya.

Tak berkata apapun lagi. Yongguk melemparkan tasnya ke sembarang arah. Melepaskan kemeja putihnya dan mendekati Himchan. Perlahan mendorong tubuh itu jatuh dan merangkak di atasnya. Manik hitam tersebut tak berhenti menatap soson tanpa cela di bawahnya.

Kulit porselein tanpa sedikitpun luka dan cacat. Mata kucingnya yang tak terlihat takut sama sekali. Bibir merah yang sedari tadi membisikkan kata-kata yang menggodanya. Wajah indah yang Yongguk sendiri bisa membayangkan bagaimana ekspresinya akan berubah-ubah ketika jemari Yongguk menjamahnya nanti.

Helaan nafas Yongguk terdengar. Rasanya dia ingin melepaskan semua rasa lelah yang dia tanggung di punggungnya. Dia menurunkan kepalanya, turun hingga bibirnya berdekatan dengan telinga Himchan dan berbisik di telinganya.

"Tolong, bantu aku."

.

.

.

To be continued

.

.

.

I'm back 😂
Sorry belum bisa nyelesain fanfic yang sebelumnya dan malah bikin fanfic baru hehehe

Tangan gatel sama ide satu ini tapi tugas dan skripsi masih banyak numpuk jadi harus tunda dulu yg lain. Tapi secepatnya di kerjakan kok~

Jangan lupa reviewnya :3