Aomine si Pengamen berkulit gelap jatuh cinta pada Kagami si Tuan Muda.

Akankah cinta mereka bersatu?

Ataukah Aomine malah kejar-kejaran dengan Kuroko, bodyguard-nya Kagami?

Temukan kisah mengharukan Aomine dalam sinema Aomine si Pengamen Cinta!


Ya tuhan. /nangis

Maaf, sebelum kita ke cerita, biarkan author-nya nangis dulu. Sebelumnya author mau minta maaf kalo ceritanya garing. Sori banget.

Anyways,

Author tidak berhak meng-klaim apapun selain ide cerita.

ENJOY~


Chapter 1 ~ Si Pengamen dan Si Tuan Muda


KRUYUUUUK

Bocah berkulit gelap itu menggeram. Dielusnya perutnya yang hanya terlapisi kaus putih longgar yang tampak kumal. Dia menggaruk-garuk rambut biru gelapnya sambil sesekali menghela nafas.

KRUYUUUUUK

"Anjir, gue laper." ia menggeram lagi. Perutnya kembali berbunyi untuk kesekian kalinya sore itu.

Ingin sekali dia berlari ke warteg terdekat dan memesan sepiring nasi hangat lengkap dengan lauk pauknya—tapi sangat disayangkan karena meskipun sudah lelah berjalan sambil menggenjreng gitar kesana kemari, dia masih belum mendapatkan uang sepeser pun.

Ya, Aomine Daiki adalah seorang pengamen cilik, berkulit gelap, dan berambut biru. Jika dihitung dengan skala sekolah, mungkin dia saat ini sedang menduduki kelas 4 SD. Aomine adalah anak yang sebatang kara. Hal paling pertama yang diingatnya adalah saat dia mulai tinggal bersama Satsuki di kos-kosan yang kini dia tinggali. Jika dihitung, mungkin saat itu dia masih berumur 2 tahun.

Dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya. Dia bahkan tidak tergugah untuk mencari tahu. Yang dia fikirkan saat ini hanyalah cara untuk bertahan hidup.

KRUYUUUUUUUK

Perutnya kembali melancarkan aksi protes karena sejak pagi belum diisi. Maklum, bukannya dia tidak peduli dengan perutnya (dia sangat, sangat peduli) tapi karena memang makanan yang dimasak Satsuki pagi itu sangat...inedible.

KRUYUUUUUUUUUUK

Kali ini Aomine terpaksa menyerah dan memutuskan untuk kembali ke kos-kosan dan memakan benda yang dimasak Satsuki—apapun itu, bagaimana pun bentuknya. Dia tidak bisa membiarkan perutnya menjadi musik pengiring saat dia mengamen. Itu hal yang memalukan.

Berjalan gontai menuju pemukiman kumuh di sudut kota Tokyo, Aomine kadang melirik penuh iri ke dalam orang-orang yang sedang makan makanan enak di dalam sebuah restoran. Kebanyakan sedang bermanja-manjaan dengan kekasih mereka.

Kekasih.

Kata itu menancap di hati Aomine, tepat di inti. Sudah menjadi rahasia umum kalau Aomine adalah seorang jomblo ngenes. Bukannya dia tidak punya incaran (dia sangat suka kakak cantik ber-oppai besar) tapi setiap gadis yang melihatnya pasti langsung kabur. Siapa yang mau dengan seorang pengamen lusuh macam dia?

"Ya Tuhan, jika kau memang benar adanya, seenggaknya jangan biarkan gue mati jomblo. Amin." doa Aomine terkesan ngotot. Tapi apa daya, dia tidak punya kuasa untuk merubah takdirnya.

Aomine berjalan makin gontai. Saat dia hendak berbelok ke arah gerbang utama menuju kawasan pemukiman kumuh, tanpa diduga Tuhan berbaik hati mengubah nasibnya yang terlalu ngenes itu.

KRESEK! BRUK!

Tahu-tahu Aomine sudah menggendong seorang anak laki-laki di tangannya.

"..."

"..."

Iris abyss blue Aomine meneliti wajah sang laki-laki.

Kau bidadari

Jatuh dari surga

Di hadapanku

Eeeeaaaa

Mendadak sebait lagu bernada lenje bergaung di telinga Aomine. Anak ini... Anak ini! Rambut merah crimson, mata dark red, dan wajah kemerahan—mungkin karena kepanasan. Mata dark red anak itu juga sibuk mengagumi figur Aomine yang memang bisa dikatakan tampan.

Bidadari.

Tapi akhirnya setelah konslet beberapa detik, otak Aomine (dan anak itu) mulai bekerja kembali. Mengerjapkan mata, Aomine berteriak sambil mengangkat tangannya, membuat anak itu terjatuh ke tanah.

"Itte—!" ringis anak itu.

Aomine yang panik pun langsung menodongkan gitarnya ke arah anak itu, "SIAPA LO?! KENAPA LO MENDADAK JATOH DARI LANGIT?!"

Anak itu kaget karena diteriaki Aomine. Dia langsung bangkit dan mencengkeram kerah Aomine, "Tolong sembunyikan saya!" serunya.

"Hah?" Aomine langsung menjatuhkan gitar kesayangannya dan menatap ke arah anak itu bingung.

"Saya sedang dikejar-kejar." anak itu menoleh sebentar ke belakang sebelum kembali menatap Aomine, "Saya mohon!"

Aomine terdiam sebentar sebelum menggenggam tangan anak itu dan menatapnya kesal, "Ngapain gue mesti nolongin elo? Emangnya siapa lo?"

Anak itu melepaskan tangannya sebelum membungkuk sedikit, "Nama saya Kagami Taiga. Maaf karena sudah membuat kamu terkejut." kata anak itu.

KRIK. KRIK.

'...barusan dia bilang apa? Kagami Taiga? KAGAMI? PEMILIK PERINDUSTRIAN PALING SUKSES DI JEPANG?!'

Bayangan kalau dirinya sedang ditampar dengan segepok uang mulai meracuni pikiran Aomine.

'Gimana kalo gue culik aja? Kan ntar gue minta tebusan satu miliar yen! Trus ntar gue bisa jadi orang kaya! Nasib gue nggak akan ngenes lagi! MUAHAHAHAHAH!'

Di sisi lain, Kagami mulai takut karena wajah Aomine makin menyeramkan seiring dengan berlalunya waktu.

'Eh. Bentar. Dia orang kaya kan? Pasti dia punya bodyguard kan? BODYGUARD-NYA PASTI KUAT KAN? TRUS KALO GUE DIHAJAR BODYGUARD-NYA, GUE MESTI NGELAWAN PAKE APA?! GITAR?! SATSUKI BISA NGAMUK KALO AMPE GITAR GUE RUSAK!'

"..."

"..."

"...lu mau sembunyi di tempat gue biasa nongkrong?"

Aomine pun terpaksa menutup matanya karena senyum cerah Kagami yang begitu silau baginya.


Mata Kagami terisi sirat kekaguman melihat tempat nongkrong Aomine yang sebenarnya biasa saja. Bahkan bisa dibilang tidak layak. Tempat nongkrong itu sederhana, hanya berupa tumpukan pipa beton besar yang membentuk segitiga. Lubang di tengah pipa itu lumayan besar, sehingga Kagami bisa masuk ke dalam.

"Sori, tapi tempat yang bisa gue tawarin cuma di sini doang." Aomine meletakkan gitarnya di atas salah satu pipa yang diletakkan di bawah sebelum memanjat dan duduk di pipa paling atas.

"Tidak, tidak apa-apa. Menurut saya ini tempat yang hebat." Kagami berujar riang sambil sibuk bermain-main di dalam pipa.

"...lo bener-bener sopan, ya. Bener-bener calon pewaris perusahaan besar yang layak." Aomine tersenyum kecil melihat kelakuan Kagami yang seperti belum pernah melihat dunia luar.

Kagami terdiam—termangu mendengar perkataan Aomine sebelum melompat ke luar dan duduk di sebelah Aomine, "Orang-orang selalu bilang seperti itu. Tapi sebenarnya saya nggak mau jadi penerus perusahaan ayah. Apa boleh buat, semua orang menaruh ekspektasi mereka pada saya, dan saya dituntut untuk memenuhi harapan mereka. Jadi beginilah saya. Kalau boleh jujur, ini pertama kalinya saya pergi dari rumah sejauh ini." jelas Kagami terus terang.

"...bukan cuman sopan, lo juga bijak, ya." Aomine bertopang dagu sebelum menatap Kagami, "Ngomong-ngomong, gue belom ngenalin nama gue kan? Gue Aomine Daiki. Calon penyanyi populer di masa depan." Aomine nyengir pede.

Kagami tertawa kecil, "Aomine Daiki, ya. Terima kasih karena sudah membantu saya." katanya.

"Aduh, Tuan Muda, jangan sopan-sopan amat, dong. Gue yang ngerasa aneh, nih." Aomine melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Kagami.

"Eh? Tapi saya harus sopan setiap saat..." Kagami menelengkan kepalanya sedikit.

"Nggak sama gue." Aomine kembali memberikan cengiran, "Selama lo di sini, di tempat ini, lo bebas sesuka hati lo."

"Sungguh?" Kagami tampak berbinar-binar, "Kalau begitu saya—um... Aku akan bermain lebih lama di sini!" serunya riang sebelum melompat turun dan kembali bermain di kolong pipa.

"Hati-hati aja. Di dalem situ banyak sarang laba-laba." peringat Aomine, "Ngomong-ngomong, kenapa lo pergi dari rumah?"

Hening sesaat sebelum terdengar gema suara Kagami yang sibuk bergumam sesuatu yang tidak dipahami Aomine. "Hah? Apaan? Ulangi!" seru Aomine.

"Um..." Kagami memulai, "...hari ini pamanku datang ke rumah."

"...lo takut sama paman lo?" Aomine mengangkat sebelah alisnya.

"Bukan." meskipun Aomine tidak bisa melihatnya, dia yakin kalau Kagami sedang menggelengkan kepala, "Paman hari ini membawa Nigou saat berkunjung."

"Nigou? Apaan tuh? Ular? Senjata nuklir?"

"Lebih parah dari itu." suara Kagami terdengar makin serius, mau tidak mau membuat Aomine makin penasaran mengenai siapa itu Nigou.

"Apaan dong?"

"...anjing."

Hening.

"LO TAKUT ANJING SAMPE KABUR DARI RUMAH?!" Aomine hampir jatuh dari tempat yang dia duduki.

Hening lagi.

Aomine merasa bersalah karena—mungkin—dia menyinggung perasaan Kagami. Aomine bergeser ke tepi pipa, "Hei, sori, gue cuman kaget doang. Sori kalo omongan gue tadi bikin lo kesel. Gue nggak ada maksud buat nyinggung elo. Serius." kata Aomine takut-takut.

"Tidak apa-apa, kok." terdengar sahutan Kagami. Tapi sahutannya terdengar kosong, blank, tanpa emosi.

Aomine makin merasa bersalah. Dia memutuskan untuk melongok ke dalam kolong pipa, masih sambil duduk di atasnya. "Serius, gue minta maaf banget—"

Kagami memutuskan untuk melongok ke luar pipa, "Sudah kubilang, tidak apa-ap—"

Hening.

Wajah Aomine hanya berjarak kurang dari 3 sentimeter dari wajah Kagami.

I can't take my breath breath breath

As time goes by, more and more, oh I

I can't hold my breath breath breath

More and more, I'm being suffocated

My breath, yeah

Aomine yakin dia harus memeriksakan diri ke dokter mata dan psikiater—karena dia melihat wajah Kagami mulai memerah dan otaknya tidak bisa berhenti memutar semua lagu lenje dan greasy yang pernah dia dengar.

"Um... Aomine, bisa tolong menjauh sedikit? Aku ingin pergi keluar..." gumam Kagami pelan dan terbata-bata.

"...o-oh, iya. Tunggu sebentar." Aomine langsung menarik tubuhnya dengan cepat—berakibat dengan hilangnya keseimbangan tubuhnya dan—

—BRUK!

Ow.

Aomine mengelus kepalanya yang terbentur ke tanah lebih dahulu. "Itte—..." dia meringis.

"Maaf, apa kamu baik-baik saja?" Kagami segera keluar dari pipa dan membantu Aomine berdiri.

"Tenang, segini bukan apa-apa." Aomine masih mengelus kepalanya.

Kagami tersenyum lega, "Syukurlah." gumamnya sebelum menoleh ke belakang, "Sepertinya sudah sore. Aku harus pulang."

Sebersit rasa kecewa muncul di hati Aomine, tapi dia hanya mengabaikan perasaan itu dan tersenyum ke arah Kagami. "Oh, lo udah mau pulang? Gue anterin sampe halte bus, deh. Lo kan hampir nggak pernah keluar. Nanti nyasar." tawarnya.

Kagami mengangguk sebelum membungkuk dalam-dalam, "Terima kasih banyak atas bantuannya hari ini, Aomine." katanya.

"Nggak perlu seformal itu." 'Lagian tadi sebenernya niat gue mau nyulik elo...'

Kagami mendongak sebelum kembali tersenyum ceria, "Aomine, hari ini sangat menyenangkan. Terima kasih banyak. Aomine mau jadi temanku?" tanya Kagami riang.

Aomine tertegun. Teman. Menjadi teman seseorang. Terlebih lagi, Kagami Taiga. Dengan senyum lebar, Aomine mengangguk antusias, "Pasti! Kapan-kapan dateng ke sini lagi, ya! Gue kenalin lo sama temen-temen gue yang lain!" serunya.

Kagami mengangguk riang.

Mereka berjalan bersama menuju ke halte bus sambil menceritakan kehidupan mereka. Tak terasa mereka sudah sampai di halte bus dan kebetulan ada bus yang menuju ke arah rumah Kagami. Kagami segera menaiki bus itu, namun sempat berhenti di ambang pintu dan berbalik menghadap Aomine. Senyum lembut Kagami muncul kembali, membuat Aomine merasa banyak kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.

"Sekali lagi, terima kasih banyak untuk hari ini, Aomine. Semoga kita bisa bertemu lagi lain waktu." kata Kagami dengan nada halus.

Aomine tercekat. Dia mengangkat tangannya sedikit, hendak meraih Kagami. Dia sadar kalau dia tidak boleh egois. Dia tidak boleh meraih Kagami dan memonopolinya hanya untuk dirinya sendiri. Jangankan hal itu, status mereka saja berbeda jauh.

Kagami adalah seorang tuan muda, calon pewaris perusahaan sukses dengan masa depan cerah.

Dan Aomine...

Seorang pengamen yang bahkan tidak percaya akan masa depannya sendiri.

Menelan rasa pahit di lidahnya, Aomine tersenyum pahit sambil menurunkan tangannya lagi saat bus yang dinaiki Kagami mulai berjalan di jalanan yang mulai sepi. Aomine berputar—melihat bus itu untuk terakhir kalinya.

Melihat Kagami untuk terakhir kalinya.


Chapter 1

End


A/N : APA INI YA TUHAN TOLONG

Kisah awal mula cerita ini dibuat :

Agi lagi dengerin lagu di laptop lama (semua lagu yang ada di sana)

Tiba-tiba ke-play lagu Punk Rock Jalanan (tau kan lagunya? Itu loh. 'Kutunggu kau kutunggu, kunanti kau kunanti, walau sampai akhir hayat iniiii)

CLING. Tiba-tiba ide muncul di otaknya dalam waktu satu detik.

Dan lahirlah cerita absurd ini. /nangisjerit

Btw, buat lagu kedua yang muncul di benak Aomine (pas Aomine sama Kagami lagi di tempat tongkrongan Aomine), itu judulnya 'BREATH-SOOM' yang dinyanyiin BEAST.

Ditunggu review-nya! '-')/