warning: OOC, absurd, unaccuracy.
disclaimer: bbc © doctor who. saya tidak mengambil keuntungan material dari fanfiksi ini.
catatan: saya menulis ini karena (a) saya excited dengan seri 7B dan tak bisa menunggu sampai April (b) fandom dwi sepi banget omg (c) saya sayang sekali sama eleven.
catatan2: posted on ao3 too dalam akun say_wheeeeee. dan ini drabble per episode. oh dan saya masih bingung dengan judul orz
judul: hello everything.
sinopsis: ia adalah pria gila dengan kotak dengan gaya fesyen yang konyol. kalian semua harus ingat akan itu.
Ia lahir sambil berteriak. Cukup menyedihkan sebenarnya, mengingat terakhir kali ia beregenerasi – dari inkarnasi kesembilan ke inkarnasi kesepuluh – ia sama sekali tak berteriak. Hanya mengucapkan kata-kata terakhir yang begitu fantastis, energi regenerasi mulai muncul dari kedua tangan juga kepalanya, lalu akhirnya mengecek giginya yang ia harus akui menakjubkan.
Ah, iya. Harus mengecek dulu apa saja yang berubah dari tubuhnya.
Ia melihat ke arah kakinya dan ia merasa bersyukur karena jika kakinya tak panjang dan ia harus berdiri di samping perempuan yang tinggi, blimey, betapa malunya dia. Lalu ia mengecek hal lain seperti lengan (masih lengkap), mata (masih lengkap), jari-jari (yang ia anggap banyak, tapi sebenarnya jumlahnya sama saja dengan seluruh jari yang dimiliki oleh semua inkarnasinya), hidung (yang tampaknya normal), dagu (blimey, besar sekali), rambut (dia bukan perempuan setelah merasakan ada jakun di tenggorokannya dan dia masih belum berambut merah, sial).
Ia mengetuk-ngetuk kepala barunya dengan jari-jari barunya, berusaha berpikir apa yang ia lupakan. Bunga-bunga api melayang melewati kepalanya. TARDIS seksinya berputar begitu cepat hingga membuatnya pusing. Pilar-pilar koralnya runtuh ke lantai TARDIS, menimbulkan suara debum yang keras di antara suara-suara ledakan yang sudah menggelegar di telinganya.
Ia tersenyum lebar, mengatakan bahwa ia lupa kalau ia sedang jatuh entah ke mana, seakan itu adalah hal kesukaannya, hampir melupakan bahwa ia – dirinya yang selalu mengatakan allons-y – untuk pertama kalinya tak mau pergi, jika Time Lord percaya akan adanya Tuhan, ke alam baka.
Tapi di sinilah ia, mencengkeram ujung konsol TARDIS, tertawa lebar, dan mengatakan catchphrase barunya dengan suara keras.
"Geronimo!"
Ia sudah siap.
