yaaaak,karena belakangan ini sering main Dynasty Warriors jadi mau coba nulis fic DW ^^...ada 2 fanfic,tapi yang bener-bener lagi dapet feelny,ya ini...nama untuk OC saia ini,entah dapat darimana,pokokny setiap main sesuatu yang berhubungan dengan era three kingdom pasti selalu pake nama cao zong,untuk karakter cowo...kalau untuk karakter ceweny,mungkin nanti akan muncul di fanfic ini :)

mohon RnR...ini fanfic DW saia yang pertama,juga fanfic pertama yang menggunakan oc...

karakter original Dynasty Warriors milik Koei...


Dia tidak pernah mau terlahir ke dunia dengan membawa nama keluarga ini. Baginya nama keluarga ini sangat berat untuk ia sandang, dan juga ia merasa tidak cocok untuk menjadi bagian dari keluarga penguasa wilayah China utara, yaitu keluarga Cao.

Cao Zong, begitulah ia biasa dipanggil. Zong tidak pernah tahu siapa orang tuanya, atau apakah ia memang memiliki hubungan langsung dengan pendiri kerajaan Wei, Cao Cao. Ia ditemukan oleh Sun Jian ketika ia masih berumur lima tahun di pusat kota Chang Sha, dan semenjak itu, dengan keluarga Sun lah ia tumbuh besar. Ia sudah merasa menjadi bagian dari keluarga Sun.

Kepada Tiger of Jiang Dong ia mengabdi. Meski pun Zong sangat dekat dengan keluarga Sun, ia tahu diri, dan bisa menjaga sikapnya, itu juga yang membuatnya menjadi salah satu perwira yang cukup disegani di Wu. Tetapi sayang, apel memang tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Paling tidak, itulah yang dibilang oleh orang banyak...

"Tidak... Cao Zong...tapi mengapa..." Sun Shang Xiang menatap pria berambut hitam itu dengan mata berkaca-kaca, tidak jauh dari pria yang sedang menggenggam sebuah giant sword tergeletak tubuh Ling Tong yang berlumuran darah.

"Padahal kami sudah menganggapmu sebagai anggota keluarga Sun!" Teriak Shang Xiang ditengah isak tangisnya.

"Keluarga...?" Cao Zong menatap wanita yang sudah menyiapkan kuda-kuda untuk menyerangnya dengan tatapan dingin. "Keluargaku hanyalah Cao. Dalam urat ini mengalir darah Cao, bukan Sun. Dan lagi pula...," ia menendang Ling Tong hingga pria itu meringis kesakitan. "Aku tidak pernah dihargai di Wu. Jadi jangan salahkan aku bila sekarang aku berpaling kepada keluargaku yang sesungguhnya."

"Tidak, kau berbohong!" Ujar adik dari Sun Ce itu. "Kami menghargaimu, kami menghormatimu, kami..."

"Cukup!" Teriak Cao Zong. Kobaran api di kastil Jian Ye semakin membesar. "Kalian menghargaiku, hanya karena keahlianku sebagai seorang prajurit. Tapi pernahkah kalian, terutama kau, Shang Xiang, melihatku sebagai manusia biasa...? Memperlakukan sebagai seorang teman... Sama seperti waktu kita masih kecil dulu."

Shang Xiang terhenyak. Ingatannya langsung berlari ke masa kecil mereka dulu, masa dimana ia, kedua saudara laki-lakinya dan juga Zhou You masih bisa bercanda bersama, membicarakan hal selain perang, mencuri daging dari restoran yang baru dibuka, dan masih banyak lagi kegiatan masa kecil yang mereka lalui bersama. Semenjak mereka dewasa, hal-hal itu tinggal kenangan, semua sudah berjalan di jalan masing-masing, mereka jadi jarang bertemu, sekali pun bertemu, dalam kondisi yang tidak tepat untuk menghabiskan waktu dengan berbincang bersama seorang sahabat.

"Bukannya kami tidak melihatmu sebagai seorang manusia biasa, Zong..."

"Jangan memanggilku dengan nama pemberianku!" Potong Cao Zong sambil membanting senjatanya. "Aku tidak mau mendengar alasanmu, Sun Shang Xiang..."

"Kau! Aku belum selesai menjawab!" Dengan cepat Shang Xiang berlari menuju Cao Zong, satu tangannya langsung terayun ke arah Cao Zong, namun pria itu berhasil menghindar. Dilanjut dengan serangan menggunakan tangan kirinya, tetapi gerakan Zong lebih cepat, sehingga pergelangan tangannya sudah digenggam dengan erat oleh pria yang diserangnya.

"Percuma, kau tidak akan pernah menang melawanku." Cao Zong semakin mempererat genggamannya. "Dari dulu, aku selalu mengalah bila bertarung denganmu, Shang Xiang. Agar kau senang, agar semua keluarga Sun senang!" Untuk menjaga agar Sun Shang Xiang tidak menyerangnya menggunakan tangan kanan, Zong langsung mencengkramnya juga.

"Kau, kau bukan Cao Zong yang aku kenal!" Kata Shang Xiang. "Kembalikan Cao Zong yang aku kenal!"

"Yang kau kenal?" Dengan wajah marah Cao Zong mendorong tubuh Shang Xiang hingga membentur dinding kastil. Shang Xiang sempat berteriak karena sakit yang ia rasakan di punggungnya. "Memangnya apa yang kau ketahui tentang diriku, Bow Princess?"

Shang Xiang menggigit bibirnya dan berusaha untuk tidak menatap wajah orang yang baru saja memberinya pertanyaan.

"Huh, tidak bisa menjawab? Atau apakah kucing telah mengigit lidah anda, Tuan putri?" Ada nada menghina di kalimat barusan.

Telinga Shang Xiang langsung panas,sepanas api yang membakar kastil Jian Ye, darahnya mendidih hingga ke ubun-ubun kepalanya. "Kau, kurang ajar!"

Dari jauh terdengar bunyi terempot Wei menggema dibalik suara kobaran api. Cao Zong melirik ke belakang, setelah menyeringai ia melepaskan cengkramannya. "Kau beruntung kali ini, Shang Xiang. Lain kali, mungkin kau tidak akan seberuntung sekarang." Lanjutnya sambil memungut senjatanya.

Cao Zong berjalan menuju ke pintu gerbang kota Jian Ye, ibu kota dari Kerajaan Wu. Para perwira terkenal dari Wei menantinya di sana. Bahkan Cao Cao sendiri ada di antara mereka. Dengan wajah sumringah Cao Cao menatap Cao Zong.

"Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu langsung denganmu, Cao Zong. Cerita mengenai dirimu sudah sering aku dengar, baik dari teman, mau pun musuhku. Dan hari ini aku sangat gembira, karena kau memutuskan untuk bergabung denganku."

"Terima kasih, Perdana Menteri Cao," Cao Zong membungkukkan badannya serendah mungkin.

"Tidak perlu seformal itu denganku, Cao Zong. Karena kita memiliki nama keluarga yang sama, mungkin lebih baik kalau kamu memanggilku ayah, dan aku akan memanggilmu Zong. Bagaimana?"

Bukan hanya Cao Zong yang terkejut, tetapi semua yang mendengar ucapan Cao Cao barusan ikut terkejut. Itu artinya...

"Anda ingin mengadopsi saya, Tuan...?"

Cao Cao tertawa. "Sudah aku katakan tadi bukan? Jangan terlalu formal dengan ayahmu sendiri. Dan ya, aku ingin menjadikanmu sebagai anakku. Jika kamu mau, Zong."

Pria bermata biru itu tersenyum lebar, lalu mengangguk berkali-kali lalu menyembah hingga kepalanya menyentuh tanah. Cao Cao kembali tertawa, dengan lembut ia menepuk pundak Cao Zong yang masih menyembah kepadanya. Sementara itu dari kejauhan, Cao Pi melihat semuanya dengan wajah tanpa ekspresi.