UNEXPECTED

CH. 1 — Prolog

by diciasette


Jari-jari panjang Mingyu dengan lihai memetik senar pada gitar kesayangannya. Menciptakan sederet nada yang indah disertai dengan suara lembutnya yang mulai mengalun mengiringi petikan gitarnya. Terdengar beberapa pekikan dari beberapa gadis pengunjung kafe ketika Mingyu tersenyum tipis. Bahkan sangat tipis.

It's still a boring morning
Far away so far away
The distance between me and you has no progress
So far away

Do you still think of me as the person before?
In your small eyes, I'm probably still a kid
This isn't the first time so what can I do?
I can't get over how you laugh in front of me
I can't just stay still

Pertunjukannya malam itu diakhiri oleh tepuk tangan yang riuh dari pengunjung kafe. Mingyu tersenyum sehingga memperlihatkan taringnya yang manis. Mingyu memasukkan gitar kesayangannya itu ke dalam sarungnya dan mengeluari kafe.

Mingyu adalah seorang remaja berumur 18 tahun dengan profesi penyanyi kafe. Mingyu berencana untuk melanjutkan kuliahnya, dan untuk mewujudkan niatnya itu, Mingyu berkerja part-time di kafe. Walaupun gajinya tidak seberapa, tapi Mingyu senang, karena bermain gitar dan bernyanyi adalah hobinya.

Kaki tingginya melangkah ke sebuah rumah kecil bercat biru. Mingyu membuka pintu rumah yang selama ini sudah menemani hidupnya. Orang tua Mingyu sudah lama meninggal karena kecelakaan pesawat terbang dan meninggalkannya sendiri. Benar-benar sendiri.

Setelah mengganti bajunya dengan sweater hangat, Mingyu menundudukan dirinya di atas matras yang biasanya ia gunakan untuk tidur. Dia menyenderkan bahunya pada dinding dan memejamkan matanya. Merasa lelah entah karena apa. Dan beberapa menit kemudian, pemuda berambut keabuan itu tertidur pulas.

.

.

Cahaya matahari yang menerobos masuk melewati jendela kecilnya membuat tidur Mingyu terganggu. Pemuda itu dengan perlahan membuka kedua mata kucingnya dan mengusapnya.

"A—ah," desahnya ketika menggerakan lehernya yang terasa sakit. Tentu saja, dia tidur menyender di dinding sepanjang malam.

"Ah, sakit sekali." Keluh Mingyu sambil mengusap lehernya mencoba menghilangkan rasa sakitnya walaupun percuma.

Dengan langkah gontai, Mingyu melangkah menuju kamar mandi kecilnya. Dia membuka sweater yang membalut tubuhnya, memperlihatkan kulit tan yang jarang dimilikki oleh orang Asia dengan perut yang terbentuk walaupun belum sempurna. Mingyu memulai acara mandinya ketika tubuhnya sudah polos.

Mingyu mengeluari kamar mandi hanya dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Ketika dia sedang memilih baju yang akan ia pakai hari ini, seseorang yang tidak dia ketahui mengetuk pintu rumahnya. Dengan cepat Mingyu memakai celana jeansnya dan membukakkan pintu untuk tamunya.

"Oh, Wonwoo." Gumam Mingyu sambil menatap pemuda berambut hitam kelam yang berada di hadapannya. Sedangkan pemuda bernama Wonwoo itu terpaku memandangi indahnya tubuh Mingyu.

"Apa yang kau lihat?" tanya Mingyu sambil berbalik tanpa menyuruh Wonwoo masuk. Mingyu menarik long-sleeves berwarna putih dari lemarinya dan memakainya. Membuat Wonwoo mendengus karena dia tidak bisa melihat bahu lebar Mingyu.

"Untuk apa kau datang pagi-pagi ke sini?" tanya Mingyu sambil mengacak rambut keabuannya.

"Ayah menyuruhku menjemputmu." Jawab Wonwoo sambil memperlihatkan senyum terbaiknya yang sangat manis.

Mingyu memutar bola matanya ketika mendengar jawaban dari pemuda yang tengah duduk di atas matras tidurnya. Menjemput? Yang benar saja, Wonwoo bahkan tidak membawa kendaraan apapun. Mobil yang tadi mengantar pemuda itu juga sudah berlalu dan akhirnya pasti Mingyu yang akan mengantar pemuda itu dengan motor kesayangannya menuju kampus.

Wonwoo adalah anak bosnya di kafe tempat ia berkerja. Bosnya berkata kalau dia akan membiayai kuliah Mingyu dengan satu syarat yaitu, berkerja di kafenya dan menjaga anaknya, Wonwoo. Well, sebenarnya itu dua syarat kan?

"A—ah," Mingyu memegangi lehernya yang sakit saat digerakan.

"Kau kenapa?" tanya Wonwoo sambil bangkit dari duduknya dan menghampiri Mingyu yang diam di tempat.

"Leherku sakit." Jawab Mingyu singkat sambil meraih helm berwarna merahnya.

"Kenapa bisa?" tanya Wonwoo penasaran. Mingyu mendengus keras, kenapa pemuda di sampingnya ini banyak bertanya?

"Aku tidur menyender di dinding." Jawab Mingyu yang mengeluari rumah tanpa mempedulikan Wonwoo yang masih diam di tempatnya.

"Mingyu!"

Mingyu menoleh ketika Wonwoo memanggilnya. Satu alisnya naik sekaan bertanya ada apa?

"Pakai ini. Krim ini bisa meredakan rasa nyeri, kau cukup oleskan krim ini di lehermu. Atau aku yang mengoleskannya?" tanya Wonwoo sambil tersenyum usil. Mingyu bergidik ngeri dan langsung mengambil botol yang Wonwoo pegang.

Mingyu berjalan ke arah motor kesayangannya. Wonwoo memperhatikan Mingyu yang sedang menyalakan motor sport yang juga berwarna merah. Tampan sekali, batin Wonwoo sambil tersenyum.

"Mau sampai kapan kau di situ? Kau mau kita telat?" tegur Mingyu. Helm yang ia pakai membuat mulutnya tidak terlihat, helm itu hanya memperlihatkan mata dan hidung Mingyu saja.

Wonwoo mengangguk dan menaikki motor Mingyu sambil tersenyum. Tanpa perlu disuruh, Wonwoo melingkarkan tangannya di pinggang Mingyu. Dan Mingyu mulai menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak ingin berlama-lama dengan anak bosnya.

Mingyu menatap dosen yang sedang mengajar dengan mata mengantuk. Entah kenapa dia merasa sangat muak dengan penjelasan dosennya. Mingyu mengalihkan matanya ke arah jam dan tersenyum. Tinggal lima menit lagi dan ocehan dari dosennya akan berhenti!

"Baiklah, pelajaran kali ini Saya akhiri sampai sini. Sampai bertemu lagi," ucap dosennya singkat sambil membereskan barang-barangnya.

Mingyu dan teman-teman sekelasnya mulai mengemasi barang mereka dan berjalan keluar kelas.

"Mingyu-ya!"

Mingyu menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya—Seokmin—sahabatnya sejak kecil.

"Kau ada acara habis ini?" tanya pemuda bermarga Lee itu sambil merangkul Mingyu akrab.

"Kau tahu kan aku berkerja part-time." Jawab Mingyu sambil terus berjalan menuju basement.

"Ah, iya aku lupa, kau kan harus selalu menjaga tuan putri Wonwoo," canda Seokmin tertawa, mengingat kakak kelas manisnya itu selalu menempel dengan Mingyu.

"Menjijikkan." Desis Mingyu yang hanya dibalas kekehan kecil oleh Seokmin. Mereka berdua berjalan menuju basement kampus.

"Mingyu!"

Mingyu dan Seokmin menoleh ke sumber suara ketika mendengar ada yang memanggil Mingyu.

Mingyu menghembuskan nafasnya keras dan memukul kepala Seokmin yang sedari tadi menertawainya ketika melihat yang memanggilnya adalah Wonwoo yang sudah berdiri di samping motor merah Mingyu.

"Selamat berkencan, Ming!" teriak Seokmin sambil berlari menjauhi Mingyu. Dalam hati Mingyu ingin sekali menendang bokong pemuda itu.

"Ayo ke kafe!" ajak Wonwoo sambil tersenyum ceria. Dengan malas Mingyu menaikki motornya dan menyalakan mesin. Tanpa disuruh lagi, Wonwoo duduk di belakang Mingyu dan melingkarkan tangannya.

Mingyu tidak suka Wonwoo. Wonwoo yang terlalu agresif dan posesif. Dia juga tidak suka Wonwoo yang suka berteriak-teriak memanggil namanya. Dia tidak suka Wonwoo yang meminta ayahnya agar dia menjaga Wonwoo. Intinya, Mingyu tidak suka dengan Wonwoo.

.

.

A/N: prolog macam apa ini gajelas banget hahaha, maaf random banget, tiba-tiba saja pengen ngetik cerita ini. continue or delete?