Selamat Datang!

Ini fic Bleach pertama saya dengan pair Ulquiorra dan Orihime dan juga ada Grimmjow dan Neliel.

Semoga kalian menyukainya.

Saya ucapkan selamat membaca!^^'


Summary:

Kesepian menyelimuti seorang pemuda bernama Ulquiorra Schiffer. Meskipun ia hidup lebih dari kata berkecukupan, ia merasa selalu ada kekosongan dalam kehidupannya. Meskipun begitu ia tidak pernah menunjukkan rasa kesepiannya itu pada orang lain. Apakah pemuda yang dijuluki Pangeran Es ini akan menemukan hal yang bisa mengusir rasa kesepiannya dengan adanya kehadiran gadis pemilik senyuman matahari seperti Orihime Inoue?


Bleach

Tite Kubo

(Bukan punya Lan)

Rate T

Genre

Romance & Friendship

Pairing

Ulquiorra Schiffer & Orihime Inoue

(Grimmjow Jeagerjaquez & Neliel Tu Oderschvank)

The Lonely Prince

Neary Lan


Bab 1

Emerald Eyed Prince

Cahaya matahari mulai menyelimuti Kota Karakura. Sinar hangatnya menandakan datangnya hari yang baru. Hari dimana setiap manusia akan mulai menjalani hari baru dengan rutinitas yang selalu mereka lakukan setiap harinya. Cahaya sang mentari yang hangat ini memasuki salah satu jendela di sebuah apartemen sederhana. Sinarnya menerpa wajah sang gadis yang masih tertidur. Wajah cantiknya ketika tidur bagaikan Putri Tidur yang sedang menanti kedatangan seorang pangeran untuk membangunkannya.

Tak lama bunyi alarm dari jam weker membangunkannya. Tangannya terulur ke arah jam untuk mematikan alarm. Alarm pun berhenti berbunyi. Dengan rasa kantuk yang belum hilang si gadis memilih untuk bangun dari tidurnya. Dengan langkah malas ia berjalan menuju kamar mandi. Sekitar lima belas menit kemudian ia keluar dari kamar mandi. Ia membuka lemarinya untuk mengambil seragam sekolah dan mulai mengenakannya. Setelah selesai berpakaian ia mulai merapikan tempat tidur, menyusun buku-buku sekolah, sarapan sekedarnya, dan akhirnya mulai berangkat ke sekolah.

Gadis cantik berambut orange dan bermata abu-abu itu melangkahkan kakinya dengan riang menuju sekolahnya. Senyum manis selalu terlukis di bibirnya yang mungil seakan pagi cerah ini adalah miliknya yang mana mungkin akan membawa sebuah kabar baik. Gadis yang diketahui bernama Orihime Inoue ini akhirnya tiba di sekolahnya, SMU Karakura. Orihime segera berjalan menuju kelasnya. Ia ingin segera bertemu dan menyapa teman-teman sekelasnya.

"Pagi, Tatsuki!" sapa Orihime secerianya pada seorang gadis yang terlihat tomboy, Tatsuki Arisawa, sahabat baiknya.

"Pagi juga, Orihime!" balas Tatsuki.

"Pagi, Inoue!" sapa Ichigo yang baru tiba di kelas. Ichigo terlihat bermandikan keringat dan nafasnya tersengal-sengal.

"Pagi juga, Kurosaki," balas Orihime sambil tersenyum.

"Ichigo!" panggil seorang gadis pendek berambut hitam dan bermata violet yang tiba-tiba berlari menghampiri Ichigo. Kemudian dengan cepat ia menendang punggung Ichigo sehingga membuat Ichigo terjatuh ke dinding. "Tega sekali kau meninggalkanku, kepala jeruk!"

Ichigo memegang punggungnya yang ditendang oleh gadis itu. Ia menoleh dengan wajah horor pada gadis tersebut.

"Apa-apaan kau, Rukia? Sakit tahu!" amuk Ichigo pada gadis yang dipanggilnya Rukia itu.

"Itu hukuman untukmu karena sudah meninggalkanku!" sahut Rukia. "Oh, selamat pagi Orihime, Tatsuki!" sapanya cepat.

"Pagi juga, Rukia," balas Orihime. Tatsuki hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Siapa yang meninggalkanmu? Aku tadi sudah datang ke rumahmu tetapi kakakmu yang protektif itu bilang kalau kamu sudah pergi ke sekolah duluan. Jadinya aku pergi sendiri," jelas Ichigo.

"Jangan banyak alasan dan jangan bilang kakakku protektif!"

"Memang kakakmu protektif sekaligus menyebalkan," ujar Ichigo santai.

"Dasar kepala jeruk!" ejek Rukia.

"Dasar pendek!" ejek Ichigo.

Dan akhirnya kedua orang itu bertengkar di pagi cerah yang sebaiknya disambut dengan senyuman. Orihime, Tatsuki, dan anak-anak lainnya hanya bisa menonton saja pertengkaran kedua orang itu sambil sesekali tersenyum. Pertengkaran mereka berdua di pagi hari memang sudah merupakan agenda harian yang wajib dilaksanakan.

Ichigo dan Rukia memang pacaran tetapi hubungan mereka selalu diusik oleh Byakuya, kakak Rukia yang sangat over protective pada adiknya. Meskipun begitu hubungan mereka berdua sampai saat ini masih berjalan dengan baik. Banyak orang yang heran kenapa hubungan pasangan yang tidak akur ini masih berjalan hingga sekarang.

"Huh, pasangan ribut itu selalu saja bertengkar padahal hari masih pagi," ujar Tatsuki yang menonton pertengkaran Ichigo dan Rukia. Orihime hanya menatap sambil tersenyum saja.

"Lagi-lagi pasangan norak itu ribut. Berisik sekali," komentar Ishida yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Orihime dan Tatsuki. Sado juga berdiri di sebelah Ishida tetapi tidak berkomentar apa pun.

"Ah, pagi Ishida, Sado," sapa Orihime yang menyadari kehadiran mereka berdua.

"Pagi juga, Inoue," balas Ishida sambil tersenyum. Sado hanya mengangguk.

Tak lama bel masuk berbunyi. Semua murid langsung kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Pasangan ribut Ichigo dan Rukia sudah menghentikan pertengkaran mereka dan juga kembali ke tempat duduk mereka masing-masing dengan wajah cemberut. Guru yang akan mengajar belum memasuki kelas sehingga semua murid memanfaatkannya untuk saling bercerita atau melakukan hal-hal lainnya.

"Hei, Orihime," panggil Tatsuki yang duduk di sebelahnya.

Orihime menoleh. "Ada apa, Tatsuki?"

"Kamu sudah tahu di kelas kita akan kedatangan seorang murid baru?" bisik Tatsuki.

"Benarkah? Seperti apa orangnya?" tanya Orihime penasaran.

"Ya. Kemarin ketika aku lewat di depan ruang guru, aku mendengar Bu Ochi dan seorang guru lainnya sedang membicarakan tentang seorang anak yang akan masuk ke sekolah kita ini. Tetapi mereka tidak menyebutkan jenis kelamin dan ciri-ciri anak tersebut. Jadi, aku tidak tahu seperti apa orangnya." Tatsuki masih berbisik.

"Oh, begitu," gumam Orihime.

"Aku penasaran siapa anak baru itu. Kamu juga penasaran, 'kan Orihime?" Tatsuki tersenyum pada Orihime. Orihime hanya mengangguk kecil.

Tak lama Bu Ochi masuk ke kelas mereka. Bu Ochi tidak masuk ke kelas seorang diri. Ia bersama dengan seorang pemuda. Semua murid langsung sibuk melihat pemuda yang masuk ke kelas mereka tersebut. Pemuda itu memiliki paras yang tampan, rambut hitam yang indah, mata hijau bagai emerald yang juga indah dan kulit putih pucat yang seolah-olah seperti mayat hidup. Ia berdiri di samping Bu Ochi dengan wajah tenang. Orihime yang melihatnya tertegun, matanya tak sekalipun berkedip memandang pemuda tersebut. Tiba-tiba Tatsuki menyikutnya sehingga membuat Orihime tersadar.

"Pasti dia anak baru itu," bisik Tatsuki di telinga Orihime. Orihime hanya diam saja.

"Baiklah, anak-anak. Kita kedatangan murid baru, silakan perkenalkan dirimu," ujar Bu Ochi kepada pemuda yang berdiri di sampingnya tersebut.

Pemuda bermata emerald itu menghela nafas sesaat. Pandangannya lurus kepada semua murid yang ada di dalam kelas tersebut.

"Perkenalkan, namaku Ulquiorra Schiffer. Mohon bantuannya." Ulquiorra mengenalkan dirinya secara singkat.

Semua murid mengangguk mendengar perkenalan singkat dari pemuda bermata emerald yang bernama Ulquiorra itu. Anak perempuan mulai berbisik-bisik dengan teman sebangku mereka. Mereka terpesona dengan ketampanan Ulquiorra sementara beberapa anak laki-laki memandang aneh Ulquiorra dan beberapa lagi memandangnya dengan kagum. Orihime masih tetap terpaku memandang Ulquiorra.

Mata yang indah. Ulquiorra… Schiffer…

"Schiffer ini adalah murid pindahan dari luar negeri, tepatnya Amerika Serikat. Dia blasteran Spanyol-Jepang, kerena itu namanya terdengar seperti orang asing," canda Bu Ochi. Beberapa murid hanya tertawa kecil. Ulquiorra hanya diam saja. "Nah, Schiffer, tempat dudukmu di belakang Inoue," tunjuk Bu Ochi pada bangku kosong di belakang Orihime.

"Baik, Bu," jawab Ulquiorra dengan singkat lagi.

Ulquiorra segera berjalan menuju tempat duduknya. Ia berjalan dengan tenang, sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Beberapa pasang mata mengarah padanya. Ketika hampir tiba di tempat duduknya, Ulquiorra berhenti sejenak. Entah kenapa matanya malah menatap Orihime yang juga menatapnya. Ditatapnya sesaat gadis berambut orange tersebut. Orihime bingung dengan tatapan Ulquiorra tersebut dan ia mencoba tersenyum. Ulquiorra tidak membalas senyumannya. Ia langsung menuju tempat duduknya dan duduk dengan tenang.

Orihime masih kebingungan dengan sikap Ulquiorra tadi. Entah kenapa ia merasa detak jantungnya perlahan-lahan berdetak dengan cepat. Tatsuki melirik sahabatnya tersebut. Sebenarnya ia juga heran dengan sikap Ulquiorra yang tiba-tiba menatap Orihime. Ia ingin membisikkan sesuatu pada Orihime tetapi karena Ulquiorra duduk tepat di belakang Orihime, ia mengurungkan niatnya.

"Baiklah, anak-anak. Buka buku pelajaran kalian halaman enam puluh delapan," perintah Bu Ochi.

Semua murid langsung membuka buku pelajaran mereka sesuai dengan halaman yang diperintahkan oleh Bu Ochi. Pelajaran pertama di pagi cerah ini di mulai. Namun, tidak ada yang tahu apakah hari cerah ini benar-benar akan cerah seperti yang dibayangkan.

oOo

Bel istirahat berbunyi. Semua murid langsung berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju kantin, berkumpul di bawah pohon, ataupun tetap berada di dalam kelas dan lain-lainnya. Orihime masih berada di dalam kelas. Ia melirik Ulquiorra yang duduk di belakangnya. Dilihatnya Ulquiorra sedang membaca buku yang judulnya tertera dalam bahasa Inggris. Orihime tidak mengerti arti dari judul buku yang tengah dibaca oleh Ulquiorra.

Ulquiorra yang sedang asyik membaca sama sekali tidak menyadari bahwa ia diperhatikan oleh gadis berambut orange yang duduk tepat di depannya. Dia terlalu serius menekuni bacaannya. Tatsuki menghampiri Orihime yang sudah tidak melirik Ulquiorra lagi.

"Ayo kita makan siang di atap, Orihime," ajak Tatsuki. Orihime menggeleng.

"Maaf, Tatsuki. Hari ini aku mau di kelas saja," tolaknya halus.

Tatsuki hanya menghela nafas. Dia bingung karena tidak biasanya Orihime menolak ajakannya. Kemudian ia melirik pada Ulquiorra dan kembali memandang Orihime.

"Baiklah kalau kamu bilang begitu. Aku duluan, ya!" Tatsuki pun berlalu meninggalkan Orihime. Orihime hanya tersenyum.

Kini di kelas hanya ada Orihime dan Ulquiorra saja karena beberapa murid yang berada di kelas tadi sudah keluar untuk menikmati waktu istirahat mereka. Orihime kembali melirik Ulquiorra yang masih tetap menekuni bacaannya. Orihime benar-benar mengakui bahwa Ulquiorra sangat tampan terlebih lagi mata emeraldnya seakan membuat siapa saja yang memandangnya tertarik untuk terus menatapnya.

Kali ini Ulquiorra mulai menyadari bahwa ada seseorang yang sejak tadi meliriknya. Mata emeraldnya yang sedari tadi hanya fokus pada tulisan-tulisan di bukunya kini tertuju pada gadis berambut orange di hadapannya. Orihime terkejut ketika Ulquiorra menatapnya. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

Gawat! Dia melihatku.

"Apa sejak tadi kamu melihatku?" tanya Ulquiorra dengan suara dinginnya.

Orihime menoleh kepada Ulquiorra. Ia bisa melihat pemuda itu menatapnya dengan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali. Orihime bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.

"Eh? Anu, aku…" Orihime tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Ulquiorra menyadari dirinya diperhatikan.

Pikir Orihime, pikirkan suatu alasan.

Orihime memijat kepalanya. Ulquiorra menutup buku bacaannya. Kemudian ia menyerahkan buku itu pada Orihime. Orihime hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti maksud Ulquiorra yang menyerahkan buku itu padanya.

"Kamu ingin membaca buku ini?" tanya Ulquiorra kembali. Nada dingin dan wajah datarnya sama sekali tidak berubah. Itu membuat Orihime menjadi ragu-ragu dengan Ulquiorra.

"Ng, tidak. Sepertinya itu buku dalam bahasa asing, aku tidak bisa membacanya," ujar Orihime malu.

Ulquiorra mengerti. Ia kembali membuka buku yang akan diserahkannya pada Orihime tadi dan mulai membacanya lagi. Orihime hanya menatapnya dengan bingung. Ulquiorra kembali menatap Orihime karena lagi-lagi gadis berambut orange itu menatapnya. Jujur ia merasa terganggu.

"Sampai kapan kamu mau melihatku seperti itu?" Ulquiorra menghardik Orihime.

"Ah, maaf. Aku tidak bermaksud," jawab Orihime.

Bodoh! Kenapa kamu menatapnya lagi, Orihime?

Orihime memaki dirinya dalam hati. Ulquiorra menghela nafas lagi. Diletakkannya kembali buku itu di meja.

"Aku menyerahkan buku ini padamu karena kupikir kamu ingin membacanya tetapi ternyata tidak. Asal kamu tahu aku paling tidak suka ada seseorang yang memperhatikanku ketika aku sedang membaca. Itu sangat mengganggu," kata Ulquiorra dingin. Ia merasa kesal tetapi tidak ditunjukkannya ekspresi kesalnya itu pada Orihime.

Orihime terkejut mendengar ucapan Ulquiorra. Nada dingin yang keluar dari mulutnya melalui perkataan tersebut terasa menyayat hati. Namun, Orihime tetap berusaha untuk tersenyum. Ia menyadari yang dilakukannya tadi salah dan telah membuat Ulquiorra merasa terganggu.

"Maaf, kalau aku mengganggu Schiffer. Tetapi aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu," jawab Orihime sambil tersenyum. Ekspresi datar dari wajah Ulquiorra tetap tidak berubah meskipun Orihime tersenyum padanya.

"Lalu, apa maumu, perempuan?"

Orihime berpikir sejenak. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada Ulquiorra.

"Perkenalkan, namaku Orihime Inoue. Apa aku boleh berteman denganmu?" Orihime mengulurkan tangannya pada Ulquiorra. Sejujurnya ia sangat ragu-ragu mengulurkan tangannya pada Ulquiorra.

Ulquiorra hanya diam menatap Orihime. Ia juga melihat tangan Orihime yang terulur padanya. Dapat dilihatnya gadis itu berharap ia mau menyambut uluran tangannya.

"Kamu tidak mau aku menjadi temanmu, ya?" tanya Orihime pelan. Ia merasa sedikit kecewa karena Ulquiorra hanya diam saja. Ia menarik kembali tangannya. "Tidak apa kalau Schiffer tidak mau. Kalau begitu aku mau keluar dulu. Sebaiknya Schiffer juga keluar untuk melihat-lihat sekolah ini."

Orihime kembali tersenyum pada Ulquiorra sebelum ia berlalu meninggalkan pemuda itu sendirian di kelas. Ulquiorra hanya menghela nafas. Buku yang tadinya berada di meja disimpannya ke dalam tasnya. Ia memandang keluar jendela. Dapat dilihatnya langit biru di luar sangat cerah. Matahari memang bersinar sangat cerah hari ini. Entah kenapa ia teringat senyuman gadis bernama Orihime tadi. Ia merasa ada yang aneh pada dirinya ketika mengingat senyuman gadis tersebut. Senyum cerah seperti matahari yang bersinar hari ini.

"Orihime… Inoue…" ucapnya perlahan di ruang kelas yang kosong tersebut.

Tepat ketika ia mengucapkan nama Orihime angin sepoi bertiup memasuki jendela kelas. Menerpa wajahnya yang putih pucat itu dan menerbangkan beberapa helai rambut hitamnya. Mata hijau emeraldnya memandang kosong ke luar jendela.

oOo

Hari sudah semakin siang. Bel pulang SMU Karakura akhirnya berbunyi juga. Semua murid bersorak kegirangan dan langsung berhamburan keluar kelas. Orihime bergegas menyusun buku-bukunya. Meskipun sudah mau pulang kelas ini tetap saja ribut. Keributan ini tentu saja berasal dari pasangan berisik Ichigo dan Rukia. Rukia mengejar Ichigo yang berusaha kabur karena tidak mau membantunya piket. Kejar-kejaran dari pasangan ini membuat beberapa penghuni kelas yang masih berada di dalam tertawa melihat tingkah mereka.

"Benar-benar pasangan norak. Sudah mau pulang pun tetap saja berisik." Komentar pedas dari Ishida membuat Ichigo menghampirinya.

"Apa kau bilang, Ishida?" tanyanya kesal.

"Aku bilang kalian berdua sangat berisik." Ishida mengulang perkataannya sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Kau..." Ichigo ingin memarahi Ishida tetapi Rukia sudah datang sambil menjewer telinganya. "Aw, sakit Rukia! Kau ingin memutuskan telingaku, ya?" gerutu Ichigo.

"Diam kau, kepala jeruk! Kau tidak boleh pulang sebelum membantuku membersihkan kelas ini. Kalau kau coba-coba kabur kau akan tahu akibatnya." Rukia berkata dengan wajah horor. Sangat mengerikan hingga membuat Ichigo menelan ludah melihatnya.

"Ba, baiklah." Ichigo akhirnya memilih untuk mengalah. Kali ini ia tidak bisa melawan Rukia seperti biasanya. Rukia tersenyum puas.

Ishida yang tidak mau terlibat lebih jauh dengan pasangan norak itu memilih untuk segera pulang. Sado pun menyusulnya di belakang. Orihime hanya tertawa kecil melihat pertengkaran Ichigo dan Rukia. Menurutnya mereka berdua sangat lucu dan menarik. Tanpa Orihime ketahui bahwa ketika ia tertawa seperti itu sepasang mata emerald menatapnya, namun segera dialihkannya. Si pemilik mata emerald bernama Ulquiorra itu bergegas menyusun bukunya. Ketika semua bukunya sudah masuk ke dalam tasnya ia segera berjalan keluar kelas. Orihime menatap punggungnya. Ada tersirat kekecewaan di wajah cantiknya. Tatsuki menghampirinya.

Schiffer

"Ayo kita pulang!" ajak Tatsuki. Orihime mengangguk atas ajakannya.

"Kami pulang dulu, ya, Rukia, Kurosaki," ujar Orihime kepada Rukia dan Ichigo yang sedang menyapu.

"Ya, hati-hati di jalan!" seru keduanya bersamaan.

oOo

"Kamu suka padanya, ya?" tanya Tatsuki ketika dalam perjalanan pulang. Orihime menoleh padanya.

"Eh, kamu bilang apa, Tatsuki?" sahut Orihime.

"Aku bilang kamu suka padanya, ya? Pada anak baru bernama Ulquiorra Schiffer itu?" Tatsuki mengulangi pertanyaannya.

Orihime terkejut. Mendadak wajahnya memerah.

"Apa yang kamu katakan, Tatsuki?" Orihime berusaha mengelak.

"Jangan pura-pura, Orihime. Aku memang tidak tahu pasti apa yang kukatakan ini benar atau tidak. Aku hanya menduganya saja. Lagipula ketika ia berkenalan kamu terus melihatnya dan waktu aku mengajakmu makan siang kamu menolaknya karena ingin melihat dia. Itu sudah menunjukkan kalau kamu menyukainya," ujar Tatsuki sambil tersenyum jahil.

Orihime hanya terdiam. Ia menundukkan kepalanya. Perkataan Tatsuki tadi terngiang-ngiang di kepalanya. Suka? Tidak mungkin ia bisa suka secepat itu pada seorang pemuda yang baru pertama kali dilihatnya.

"Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau menjawabnya. Tetapi kalau itu memang benar, aku harus menjadi orang yang pertama kali mengetahuinya." Tatsuki mencoba meluruskan perkataannya. Ia tak menyangka Orihime akan terdiam ketika mendengar pertanyaannya tadi.

"Aku… hanya ingin berteman saja dengan Schiffer," tutur Orihime. Wajahnya sedikit memerah.

"Oh, begitu. Aku pikir kamu menyukainya. Hehehehehe…" ledek Tatsuki.

"Ng, menurut Tatsuki, Schiffer itu orang yang seperti apa?" Orihime memberanikan diri untuk bertanya pada Tatsuki. Tatsuki menoleh kepadanya dengan kedua alis yang saling bertaut.

Tatsuki menatap lurus ke depan. Kedua tangannya disilangkannya di belakang kepala.

"Hm, karena baru pertama kali melihatnya aku juga tidak tahu dia orang yang seperti apa. Tetapi menurutku dia pemuda pendiam yang sepertinya sangat misterius. Sejak tadi dia hanya diam saja di kelas dan tidak ada interaksi sama sekali terhadap teman sekelas kita. Kudengar para gadis jadi ragu-ragu untuk berkenalan dengannya karena sikap cueknya itu."

Orihime mengangguk mendengar komentar Tatsuki. Ia membenarkan semua yang dikatakan Tatsuki karena ia sudah mengalaminya tadi. Ia mencoba untuk berkenalan dengan Ulquiorra tetapi pemuda berkulit pucat itu malah mengacuhkannya. Meskipun begitu Orihime sangat penasaran dengan Ulquiorra.

"Kamu benar," ujar Orihime.

"Yang jelas kamu harus memberitahuku jika kamu menyukainya." Tatsuki menggoda Orihime lagi. Tentu saja Orihime malu dan wajahnya sedikit memerah.

"Uh, jangan bicara seperti itu, Tatsuki." Orihime mengembungkan pipinya. Tetapi kemudian ia tersenyum.

Mereka melanjutkan lagi perjalanan pulang mereka. Selama perjalanan pulang itu Orihime masih memikirkan kata-kata Tatsuki tadi.

Suka? Apa aku suka Schiffer? Aku 'kan baru pertama kali melihatnya?

oOo

Seorang pemuda berkulit putih pucat, berambut hitam serta bermata emerald tiba di sebuah rumah yang sangat megah. Rumah tersebut di dominasi warna putih seputih kulit pucatnya dengan sedikit sentuhan warna abu-abu. Taman di sekitar rumah tersebut sangat luas serta ada patung air mancur yang menghiasi taman tersebut. Ia memasuki rumah tersebut. Isi di dalam rumah tersebut juga sangat hebat. Banyak sekali barang-barang pecah belah dan perabotan-perabotan mewah berkualitas tinggi yang menghiasi segala sudut rumah. Rumah ini bergaya Eropa sehingga bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya akan tercengang melihat keindahannya, kecuali pemuda ini yang sudah sering kali melihatnya.

Seorang pelayan berambut raven hitam dan bermata aqua green menghampiri pemuda berkulit pucat dan bermata emerald ini. Pemuda itu menghentikan langkahnya dan menatap pelayan yang wajahnya sekilas terlihat mirip Ichigo.

"Selamat datang, Tuan Muda." Pelayan itu membungkuk hormat kepada pemuda itu.

"Hm." Hanya itu balasan dari si pemuda. Ia memandang malas pada si pelayan.

"Apa Tuan ingin makan siangnya disiapkan sekarang?" Pelayan itu bertanya ramah kepada Tuannya.

"Tidak. Antarkan saja seperti biasanya ke kamarku," jawab pemuda itu dingin. Wajahnya datar dan tanpa eskpresi sama sekali meskipun pelayannya tersenyum ramah padanya. Senyuman yang mirip dengan senyuman Ichigo.

"Baiklah jika itu yang Tuan inginkan." Pelayan itu membungkuk hormat lagi kepada si pemuda bermata emerald.

Pemuda bermata emerald yang diketahui bernama Ulquiorra Schiffer ini berbalik untuk berjalan ke arah tangga. Baru saja ia akan melangkahkan kakinya, pelayannya berkata sesuatu sehingga membuat Ulquiorra menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap pelayannya lagi.

"Maaf, Tuan. Tadi pagi Tu…"

"Maksudmu mereka berdua kemari lagi?" potong Ulquiorra dingin.

"Ya, Tuan. Begitu saya beritahu bahwa hari ini Tuan sudah mulai masuk sekolah mereka segera pulang. Nanti sore rencananya mereka akan datang lagi," ujar pelayannya.

Ulquiorra hanya menghela nafas.

"Kalau mereka datang katakan kalau hari ini aku tidak mau diganggu. Katakan juga pada mereka bahwa jangan terlalu sering datang kemari. Aku tidak suka kedatangan mereka, mereka selalu membuat keributan. Kamu mengerti, 'kan," Ulquiorra memberi jeda pada perkataannya, "Kepala Pelayan Aaroniero?"

"Baik Tuan. Saya mengerti," ujar Kepala Pelayan bernama Aaroniero Arruruerie tersebut sambil membungkuk lagi.

Ulquiorra pun berjalan meninggalkan Kepala Pelayan Aaroniero. Ia berjalan menuju tangga dan menaiki anak tangga tersebut satu per satu. Tak lama ia tiba di ruangan yang ditujunya. Ulquiorra membuka pintu kamarnya yang bercat cokelat dan melangkahkan kakinya ke dalam kamar.

Kamar Ulquiorra di dominasi juga dengan warna putih serta mendapat sentuhan warna hijau. Lantainya di alasi dengan karpet berwarna hijau seperti warna matanya. Perabotan di kamarnya merupakan perabotan berkualitas tinggi seperti perabotan-perabotan lain di rumahnya. Tempat tidurnya berukuran King Size dengan sprei berwarna hijau juga.

Ulquiorra melemparkan tasnya ke tempat tidur. Ia melonggarkan dasinya dan membuka beberapa kancing seragamnya sehingga tubuhnya yang putih pucat itu terlihat sedikit. Ia berjalan mendekati balkon kamarnya. Ulquiorra berdiri sejenak di balkon kamar tersebut dan ia bisa melihat taman yang berada di sekeliling rumahnya. Angin sepoi-sepoi bertiup dan menerpa wajah tampannya serta beberapa helai rambut hitamnya menari-nari. Ia menengadahkan kepalanya ke langit-langit. Dapat dilihatnya matahari yang bersinar cerah. Ia menghela nafas.

Perempuan itu… Orihime Inoue…


Cahaya…

Cahaya yang menyilaukan mata

Tak pantas aku berdiri dengan bermandikan cahaya yang menyilaukan ini

Itu terlalu silau

Menerangi segala yang ada pada diriku

Tak terkecuali hatiku yang diselimuti kegelapan

Kegelapan yang kubuat atas keinginanku sendiri

Kututup rapat dari semua orang yang berada di sekitarku

Kulakukan karena aku yakin tak akan ada yang bisa memahamiku

Memahami, ya memahami

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Manusia sepertiku yang terjerat rasa sepi

To be continued...


Chapter pertama sudah selesai. Semoga kalian menyukainya.

Maaf jika ada kesalahan dalam pengetikan dan kesalahan-kesalahan lainnya.

Review please and see you in the next chapter!^^'