I'M LOST

Haruno Sakura. Si gadis buta arah yang menjabat sebagai maid di mansion besar klan Uchiha, pemilik perusahaan tersohor abad ini, Uchiha Corp. Sebenarnya ini adalah hari pertamanya bekerja di mansion. Terus dia harus apa? Membawa peta pun percuma. Ingat, dia buta arah akut. Untuk menghapal jalan ke sekolah saja butuh waktu sekitar satu tahun. Mengerikan...

Hei, bukankah ada yang lebih canggih? GPS misalnya?

Gotcha! Andai saja dia punya, pasti sudah ia gunakan dari tadi. Sakura tahu, dia bukan dari keluarga kaya, bahkan ia hanya tinggal sendirian di sebuah kontrakan yang –oh kau tahu, bangunannya sangat sederhana, cat di dindingnya pun hampir mengelupas. Sakura tak punya orang tua, tepatnya sejak 5 tahun yang lalu, jadi ia hanya menghidupi dirinya sendiri.

Baiklah, hari ini, hari Minggu –bukan, maksudnya hari ini adalah hari mengerikan bagi Haruno Sakura dan ke-buta-arahan-nya berjalan menuju mansion klan Uchiha, dengan ditemani sebuah peta kecil yang sulit dimengerti.

Berdoalah semoga kau tak tersesat, Sakura.


Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

I'm Lost by Sora Kamikaze Kira

Character :

Uchiha Sasuke and Haruno Sakura

Rate : T

Genre : Romance

WARNING : Ya, author juga manusia, masih banyak kesalahan dalam menulis. Segala akibat dari membaca fic ini adalah tanggung jawab saya #sok. Silahkan anda protes, uneg-uneg, kritik dan saran melalui PM atau review.


"Dimana ini?"

Seorang gadis berambut pink mengedarkan pandangannya kesegala arah dengan kebingungan. Di sekelilingnya hanya ada gang dan tembok, yep seperti di dalam labirin. Ya, hanya itu beserta rumah-rumah penduduk yang sepi. Gadis itu memiliki mata emelard yang bening, rambut pink diikat kuda, cantik, namun bajunya terlihat lusuh. Jangan tanya kenapa, barusan dia melewati sawah, kebun, dan sekarang berada di sebuah komplek perumahan entah-berantah.

Hatinya menjerit, I'm lost!

Lagi dan lagi, tersesat. Hal yang paling bodoh dilakukan seorang bernama Haruno Sakura. Dia boleh pintar, mendapat beasiswa, tapi dalam menghapal jalan, sungguh-dia-seperti-orang-tolol.

Sakura adalah nama gadis itu. Semua orang di sekolahnya tahu dia adalah murid paling miskin –tapi juga paling pintar nomor dua setelah Nara Shikamaru, si otak Albert Enstein Konoha High School. Tapi hanya satu orang yang mengetahui kelemahannya, dia adalah Yamanaka Ino, sahabat karib Sakura. Ino sering jalan bersamanya dan 'membimbing' Sakura ke jalan yang benar ketika mereka pulang. Yah, kau tahu maksudku.

Sayangnya, Ino tidak ada disamping Sakura. Jika dirinya sudah terdesak dalam keadaan seperti ini (baca: tersesat), ia akan mengambil jalan sesuai dengan instingya.

"Baiklah, mari kita coba!" ucap Sakura dengan semangat 45. Kaki jenjangnya mulai melangkah perlahan, lama-kelamaan semakin cepat dan penuh semangat. Ia yakin dibalik gang yang dipilihnya akan membuahkan hasil.

Dan... dibalik gang itu adalah, kebun.

Kebun?

"Tidaaakkkkkkk!" jerit Sakura jengkel. Dengan langkah kaki yang berat, dia melangkah dengan tidak semangat lagi. Parahnya, kebun itu sudah tak terawat. Banyak semak belukar berduri tumbuh subur di kebun tersebut. Sesekali Sakura mengaduh kesakitan tak kala kulitnya tergores semak-semak berduri itu. Perjuangan memang menyakitkan.

Akhirnya, setelah melangkah melewati kebun berduri, gadis berusia 17 tahun itu menemukan sebuah jalan beraspal. Dengan mata yang berbinar-binar gadis itu bersorak riang, "Yeah! Aku menemukanmu!"

Mata emelard itu semakin bercahaya lagi ketika menurusi jalan beraspal kearah barat. Sekitar tiga meter, berdirilah sebuah pagar besi yang mewah dengan tulisan 'Uchiha' terpampang nyata di depannya. Sungguh, ini sebuah keajaiban...

Mansion itu sangat besar dan tentu saja mewah. Itupun hanya di halaman depannya saja, jika kau telusuri tebih lanjut, kau pasti akan menganga dibuatnya, semua disusun dengan gaya victoria dan eropa klasik. Semua perabotannya menakjubkan. Walaupun di mansion ini banyak benda-benda antik, tetapi tetap tak meninggalkan kesan mengerikan ataupun kuno. Peralatan canggih pun ada di dalamnya, terutama di kamar bungsu Uchiha bernama Sasuke.

Sakura meneguk ludah dengan susah payah di depan pintu kayu jati itu, di sampingnya berdiri Kakashi. Kepala pelayan itu hanya mengulum senyum –terlihat dari lengkungan maskernya, dia memang sengaja mengenakan masker karena hal tersebut adalah ciri khasnya.

Katakan selamat datang pada pekerjaan barumu, Sakura.

-SKK-

Ruangan itu sangat luas jika hanya menjadi tempat tidur, lengkap dengan ruang pakaian, kamar mandi, dan satu ruangan lagi. Di dalam sana ada satu set kasur ukuran kingsize, sofa, dan sebuah meja belajar. Di bawah sofa mewah itu dilapisi dengan kain beludru mahal. Di sanalah seorang Haruno Sakura duduk bersimpuh di depan tuan muda yang duduk di sofa mewahnya.

"Kau terlambat hampir satu jam lewat 30 menit."

"Ma-maafkan saya, Uchiha-sama. Saya benar-"

"Tak ada maaf bagimu, Haruno Sakura..."

Sakura bergidik ngeri melihat seringai menggoda terpantri di depan tuan mudanya saat ini. Selain menggoda, senyuman itu juga membawa aura tajam yang bebas berkeliaran kesana-kemari di sekitar pemuda itu. Ternyata benar kata Kakashi, Tuan Muda Sasuke memang tak segan-segan menghukum, atau parahnya lagi memecat orang yang bekerja tidak sesuai keinginannya. Singkatnya dia benar-benar tajam.

Sekali lagi, Sakura berdoa agar tuan mudanya kini berbaik hati memberinya kesempatan. Ia menutup matanya erat-erat. Berlahan dia merasakan sebuah hembusan mengenai lehernya, disusul dengan elusan tangan... Sasuke.

Sakura membuka matanya sangat cepat, menangkap basah ulah Sasuke yang sedang memandang kearah lehernya. Wajahnya mulai memanas sekarang, Sasuke terlihat sangat dekat dalam keadaan seperti ini.

Menyadari perilakunya, Sasuke segera menarik tangannya cepat. Dia sedikit salah tingkah untuk beberapa detik, setelah itu rautnya kembali tajam, "Kau kotor. Cepat mandi dan mulai bekerja!"

"Sungguh? Aku bisa bekerja sekarang juga?" ucap Sakura berbinar sambil menelangkupkan kedua telapak tangannya erat. Sasuke memutar bola matanya sakartis, "Hn."

Sakura bangkit dari duduknya dan berojigi kepada Sasuke berkali-kali, "Arigatou, Sasuke-sama!"

Sakura tersenyum manis kepada Sasuke yang telah memberinya kesempatan. Aneh, Sasuke merasa aneh. Dia selalu menghukum maid yang melakukan kesalahan, kenapa tidak dengan Sakura? Entahlah. Tanpa sadar dia terus memandang kearah leher jenjang Sakura sampai gadis itu berbalik mengilang dari ruangannya.

-SKK-

Kalung berliontin kelinci pink itu terus terayun seiring dengan gerakan pemakainya. Sampai akhirnya kalung itu berhenti bergerak karena pemiliknya. Sakura –pemilik kalung itu terdiam seperti orang bodoh di depan sebuah pintu. Pasalnya, tadi seorang maid bernama Shion berpesan kepadanya untuk tidak membuka pintu di dekat meja belajar tuan mudanya. Ya, sekarang dia berada tepat di depan pintu tersebut.

Rasa penasaran yang besar terus memenuhi otak Sakura. Kalau saja tidak ada kata 'pemecatan' yang Shion ucapkan, dia pasti sudah membuka pintu tersebut. Tangan satunya yang tak memegang sapu meremas ujung seragam maidnya dengan erat. Kaki yang dibalut sepatu fantovel itu bergerak gelisah.

Sampai akhirnya Sakura mengusir semua keraguan dalam hatinya, mulailah ia memegang kenop dengan hati-hati. Pintu itu hampir terbuka ketika sebuah tangan lain menahan pergerakan Sakura. Ia pun tersentak kaget mengetahui siapa pemilik tangan tersebut, siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke.

Seringai itu keluar lagi ditambah tatapan mengerikan dari Sasuke.

"Jangan sentuh pintu itu atau kau kupecat," ucapnya dingin dan penuh penekanan pada kata 'pecat'. Argh, kenapa kata-kata itu yang keluar? Bukankah seharusnya ia langsung memecat Sakura? Rutuk Sasuke dalam hati.

Entahlah. Sasuke sendiri tidak mengerti. Pikirannya mulai tak karuan semenjak Sakura datang kemari. Padahal itu baru beberapa jam yang lalu. Raut muka Sakura berubah, agaknya ia telah menyesal dengan perbuatan yang dia lakukan.

"Maafkan saya, Sasuke-sama," cicitnya. Matanya menjadi sayu, membuat Sasuke sedikit gemas.

"Hn. Kau boleh pulang sekarang," balas Sasuke dingin. Yah setidaknya dia masih bisa menjaga image sebagai Uchiha.

"Uhm... aku tidak tau jalan pulang," respon Sakura kebingungan, lagi-lagi dia meremas seragam maidnya. Tak sadar dengan kata 'aku' yang ia ucapkan. Bodoh, Sakura merutuki dirinya yang buta arah. Sasuke tetap menatapnya tajam seraya berucap, "Aku antar kau pulang."

Berbuat hal merepotkan seperti mengantar-maid-yang-buta-arah bukan sangat Uchiha. Dan Sasuke dengan begitu saja bersedia mengantar seorang Haruno Sakura, maid yang baru saja dikenalnya beberapa jam lalu.

Sekarang apa, eh, Uchiha?

-SKK-

"Rumahku berada di Konoha Street IV, Sasuke-sama."

"Hn."

Suara deru mobil itu terdengar di halaman depan mansion Uchiha. Sasuke mengemudikan mobil darkblue sportnya dengan kecepatan penuh, suaranya tampak membelah jalanan yang sepi. Selama perjalanan Sakura merasa kebosanan karena tak ada yang dapat mereka obrolkan. Hanya suara mobil yang mengisi kesunyian.

Akhirnya, mobil Sasuke berhenti tepat di depan rumah Sakura. Pemuda itu sedikit tertegun dengan bangunan itu, nampak terlalu sederhana untuk dihuni, bahkan hampir tak layak pakai. Sekarang ia mengerti mengapa Sakura mau bekerja di dalam mansionnya. Saat melamar pun dia memohon disertai alasan terlilit hutang kontrakan rumahnya.

Harusnya dia menyadari bahwa dirinya hidup berkecukupan, tidak, tapi dia hidup di dalam kemewahan yang tiada habisnya. Sasuke, seharusnya ia tidak menggunakan uangnya untuk hal yang tidak penting seperti minum-minum di bar, lalu malamnya mendapat amarah dari ayahnya karena mabuk.

Toh, namanya juga Sasuke, dia akan cuek dengan lingkungan di sekitarnya. Siapa peduli?

Saat Sasuke mulai tersadar dari pemikirannya, Sakura turun dari jok dan mengucapkan terimakasih sambil membungkukkan badannya, "Arigatou Sasuke-sama."

Sasuke hanya membalas seperti biasa. Kemudian Sakura segera berlari kecil menuju rumahnya. Sampai dia masuk dan mengucapkan, "Tadaima~!"

Tak ada balasan.

Saat itu Sasuke juga menyadari bahwa Sakura hidup sendirian, tanpa orangtuanya.

-SKK-

"Aaw!" jerit seorang gadis bermarga Haruno. Dialah Sakura, yang dengan semangat mencoba untuk datang ke tempat kerjanya. Entah kenapa, dia tersesat lagi di dalam kebun berduri yang sama dengan kemarin. Biasanya kalau dia datang ke tempat yang baru, dia akan melewati jalan yang berbeda setiap harinya. Hm, buta arah memang aneh.

Yeah, sekarang kakinya terkilir.

Bagaimana caranya menuju kearah jalan aspal kemarin? Bangun saja tidak bisa. Baju bergambar kelinci kesayangannya pun menjadi lusuh lagi, terlebih kalau dia datang terlambat ke mansion Uchiha, entah apa yang terjadi nanti.

Bekerja sepulang sekolah memang sudah biasa bagi Sakura, buta arah pun seperti nafasnya. Tapi, tersesat di bawah terik matahari dengan kaki terkilir bukan hal yang biasa. Lengkap sudah penderitaannya.

Membayangkan ia dipecat oleh Sasuke nanti membuat Sakura pesimis. Bagaimana cara melunasi semua biaya kontraknya? Uang kebutuhan sehari-harinya?

Seakan tak ada harapan lagi baginya.

Tiba-tiba suliet seseorang muncul di depan Sakura, dia semakin dekat, dekat, dan dekat. Ternyata orang itu adalah Sasuke! Sakura pasti akan berlonjak senang, tapi mengingat keadaan kakinya, diapun membatalkan tindakan konyol itu. Sasuke seperti pahlawan berkuda putih baginya.

Sasuke sendiri mengenakan kaos biru tua dan celana berbahan dasar jeans pendek. Sepertinya dia baru saja jalan-jalan. Mungkinkah dia berjalan-jalan disiang bolong begini? Dia tidak sebodoh itu.

Pemuda itu sedikit tersentak dengan penampilan Sakura kali ini. Ia segera menarik nafas panjang dan menggelengkan kepalanya pelan. Pemuda berambut raven itu mendekati Sakura untuk memeriksa kakinya yang mungkin terkilir.

"Bagaimana Anda bisa disini, Sasuke-sama?"

"Kemarin aku melihatmu di daerah ini, dan tadi kau berteriak, Haruno," balasnya kalem.

Tunggu, kalau Sasuke kemarin melihatnya di daerah ini, kenapa dia tidak menolongnya?! Kalau begitu kemarin Sasuke membiarkannya terlambat dengan bergelut diantara duri yang menyebalkan seperti ini?! Sebuah perempatan muncul di dahi Sakura.

"Kalau kemarin kau melihatku kenapa kau tidak menolongku Sasuukee?!" ucapnya gemas tanpa mementingkan kalau status Sasuke adalah tuannya. Nada dan wajah kesal terpantri jelas pada Sakura. Ia terus-terusan mengomel tak jelas.

Cup.

"Diamlah."

Ciuman singkat Sasuke berikan pada Sakura. Entah karena dia mengomel terus atau karena sedari tadi Sasuke memang gemas dengan Sakura. Semua itu terjadi begitu cepat. Sakura? Tentu saja dia berhenti mengomel. Wajahnya berubah merah padam seperti buah tomat kesukaan Sasuke. Jari telunjuknya terus-terusan menyentuh bibirnya yang baru saja menempel dengan milik Sasuke.

Sasuke hanya memasang wajah datarnya lagi. Dia segera mengangkat Sakura dengan gaya bridal style dan membawanya kearah mansion. Sakura terus terbengong-bengong, namun tak lama kemudian dia sadar.

"Kau mencuri ciuman pertamaku Sasukeee!"

-SKK-

"Huh... bukannya bekerja tapi aku malah merepotkan."

"Tak apa-apa, Sakura-san. Beruntung tadi kau ditolong oleh tuan muda kita lho. Dia terlihat keren sekali saat menggendongmu, bagaikan pangeran dan puteri~"

"Ap-apa? Itu tidak seperti yang kau pikirkan Shion-san."

Wajah Sakura kembali memerah mengingat kejadian tadi, saat bersamaan Shion tertawa kecil. Gadis pirang itu dengan telaten membalut kaki Sakura dengan perban. Sesekali ia meminta maaf pada Sakura saat ia menyenggol bagian yang sakit dan hanya dibalas anggukan oleh gadis pink tersebut.

"Nah, sudah selesai," ucap Shion tersenyum kepada Sakura.

"Err... Apa tidak apa-apa aku disini?"

"Tenang saja, tuan muda sendiri yang menyuruhku untuk memakai kamarnya."

Ya, sekarang Sakura sedang duduk di sofa mahal di kamar Sasuke, ruang pribadinya. Tak banyak orang yang diperbolehkan masuk kecuali teman, keluarga, ataupun maid seperti Shion dan Kakashi. Dan sekarang ditambah Sakura yang memang khusus untuk mengurusi Sasuke, seperti semacam maid pribadinya.

"Oh ya, Shion-san. Kau tau apa dibalik pintu itu?" tanya Sakura sambil menunjuk kearah pintu yang kemarin hampir dibukanya.

"Aku tidak tau apa isinya, mungkin hal yang sangat privasi sehingga Sasuke-sama tidak mengijinkan seorang pun masuk."

"Seorang pun?" tanya Sakura penasaran

"Iya, lebih baik jangan membukanya. Baiklah, aku harus mengurus yang lainnya. Jaa, Sakura-san!" ucap Shion setelah membereskan perlengkapannya, dia segera melenggang pergi keluar.

Sakura sendiri lagi. Tanpa melakukan apapun. Akhirnya Sakura memaksakan dirinya untuk berjalan-jalan di ruangan yang cukup besar itu. Dengan kaki yang pincang Sakura perlahan mendekati meja belajar Sasuke. Ternyata Sasuke menuntut ilmu dengan sistem homeschooling. Umurnya pun sama dengan Sakura, ia juga sudah menebak kalau Sasuke sejenius Shikamaru, itu terlihat di lembar-lembar jawabannya.

Kemudian Sakura mengalihkan pandangannya kearah pintu 'terlarang' di sampingnya. Sebenarnya Sakura sangat penasaran apa dibalik pintu tersebut. Dengan rasa penasaran yang sudah diambang batas, akhirnya ia membuka pintu itu dengan hati-hati.

Krieett.

Deg!

"Ke-KELINCI?"

Benar sekali Sakura!

Di ruangan itu dipenuhi boneka kelinci yang tak terhitung jumlahnya, ditata rapi beserta pernak-pernik kelinci lainnya. Barang-barang di sana bertemakan kelinci. Dan hampir semuanya di dominasi dengan warna pink, sodara-sodara!

Sakura sweatdropped seketika, tanpa menyadari Sasuke yang berdiri di belakangnya dengan muka memerah.

"Sakura..."

Kata itu mengandung aura paling mengerikan.

To Be Continue


Author's area :

Bagaimana? Gaje kah? Aneh kah?

Sebelumnya saya minta maaf kepada readers karena saya belum bisa melanjutkan fic 'Hilangnya Dunia Shinobi'. Karena sebenarnya saya juga sedang masa hiatus, hehehe... #senyumGaje. Rencananya fic ini saya buat twoshoot jadi tak memerlukan waktu yang lama.

Terimakasih kusampaikan kepada para readers yang telah membaca fic ini, semoga dapet tanggapan positif ya! :D

Akhir kata, review please? (flame dan lainnya diterima)

Keep or delete?