Nijimura tidak tahu harus menangis karena beruntung atau menangis karena sial.

.

.

Malaikat?

Nijimura Shūzō | fem! Mayuzumi Chihiro

Romance | Fantasy

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Warning : OOC, genderswap, typo

.

.

Ini semua terjadi di bulan ke dua musim gugur, malam ke sebelas. Saat itu hujan badai melanda Tokyo sejak sore. Membuat semua orang enggan keluar rumah. Begitu pula tokoh utama kita, Nijimura Shūzō. Dia memilih menghabiskan waktunya membaca novel yang dipinjamnya dari Kubota. Ceritanya romansa. Tentang seorang pemuda yang melepaskan cinta pertamanya, hanya untuk bertemu kembali di negara berbeda setelah bertahun-tahun lost contact, membuktikan bahwa dunia itu sempit. Pada akhirnya, sang pemuda jatuh cinta sekali lagi pada gadis itu, begitu pula sebaliknya. Namun, gadis itu ternyata sudah bertunangan dan akan menikah dalam satu minggu. Membuat keduanya merelakan akhir pahit untuk cerita cinta mereka. Nijimura sebenarnya sedikit bingung sendiri. Kenapa pula dia mau membaca novel romansa macam ini. Mungkin karena saking tidak ada kerjaannya.

Saat Nijimura sudah menyelesaikan novel itu, jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Pemuda bersurai hitam itu meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Sebenarnya dia ingin segera tidur, tapi salahkan kopi yang diminumnya semalam, membuatnya terjaga. Pada akhirnya, dia hanya memandang kosong langit-langit kamarnya, sembari mendengarkan melodi yang dibuat oleh hujan badai di luar sana.

Pikiran pemuda kelahiran Juli itu mulai terbang kemana-mana. Dia memikirkan keluarganya. Dia benar-benar merindukan keluarganya. Ingin sekali rasanya cepat-cepat lulus SMA agar bisa menyusul mereka ke Amerika. Kemudian dia teringat tentang cinta pertamanya. Gadis manis bernama Kise Ryōko, yang sangat-amat tidak peka. Pemuda itu tersenyum miris mengingat Ryōko hanya menganggapnya sebagai kakak, tidak lebih. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi.

Tiba-tiba saja, pemuda bersurai hitam itu merasa haus. Jadi Nijimura memutuskan turun ke dapur (kamarnya ada di lantai 2). Sesampainya di dapur, dia bergegas mengambil air minum. Matanya menelusuri dapur. Sepertinya ada yang aneh ya.

Kret. Kret. Kret.

'Hah? Yang barusan apa coba?', tanya Nijimura dalam hati. Pemuda itu memicingkan matanya sekali lagi. Namun, tiba-tiba angin dingin berhembus membelai sisi kanannya. Nijimura membeku di tempat. Ini... ada yang janggal. Kemudian dengan segenap keberanian yang tersisa dia menoleh ke samping, hanya untuk mendapati jendela dapur terbuka.

"Bukannya tadi sudah ku tutup ya?", pemuda itu bermonolog saking bingungnya.

Pada akhirnya, Nijimura mendekati jendela, hendak menutupnya. Pemuda itu benar-benar membeku kala tangannya menyentuh bingkai jendela. Di luar sana, di halaman belakang rumahnya terbaring seorang gadis. Awalnya Nijimura sempat bertanya-tanya 'Itu hantu atau manusia?'. Tapi kemudian, dia menyingkirkan pikiran konyolnya jauh-jauh dan memperkuat niatnya untuk menolong gadis itu.

Pemuda berusia 16 tahun itu langsung bergegas membuka pintu belakang rumahnya, menghampiri gadis misterius itu. Saat hendak mengangkat tubuh gadis itu, tangannya menyentuh 'mantel' gadis itu. Anehnya, mantel itu tiba-tiba menghilang seperti magic. Nijimura tidak ambil pusing. Dia langsung mengangkat gadis itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Setelah memasuki rumahnya, Nijimura bingung sendiri. Apa yang harus ia lakukan pada gadis ini? Jika langsung ditidurkan di ranjang, gadis ini basah kuyub, bukannya nanti dia jadi sakit sendiri? jika mau mengeringkan gadis ini dahulu, sebenarnya ada beberapa baju peninggalan ibunya, tapi... masa iya Nijimura yang menggantikan bajunya?! Nijimura memerah sendiri karena pemikirannya barusan.

Bingung harus bagaimana, akhirnya pemuda itu membawa sang gadis ke kamar mandi. Dia menidurkan gadis itu di bathtub. Kemudian barulah pemuda kelas 2 SMA itu sempat mengamati si gadis. Rambutnya berwarna kelabu, kulitnya putih pucat, tinggi gadis ini kira-kira se-dagu Nijimura, wajahnya cantik, dan uh... gadis ini mengenakan dress putih yangpastinyamenerawangkalabasah. Nijimura menampar pipinya sendiri, berusaha menghilangkan berbagai imajinasi liar yang muncul. Salahkan Aomine Daiki yang selalu aktif menyebarkan virus-virus mesum ke dunia ini.

Nijimura bergegas keluar kamar mandi, menuju kamar orang tuanya. Hendak mencari baju yang ditinggalkan ibunya untuk gadis bersurai kelabu itu. Nijimura tidak tahu, bahwa kontak fisik yang terjadi antara dirinya dengan si gadis membuat gadis misterius itu mampu membaca pikirannya. Dia juga tidak tahu, bahwa tepat setelah dia berbalik, gadis itu membuka kedua matanya.

.

.

Masih dalam keadaan basah kuyub, Nijimura mencari baju untuk gadis bersurai kelabu itu. Dibukanya lemari milik orang tuanya. Setelah mendapatkan baju yang dia kira cocok, pemuda itu berbalik. Berniat menuju kamar mandi.

"WUAAAAA!"

BRUK!

Tadi saat hendak berbalik Nijimura dikejutkan dengan keberadaan gadis yang di tolongnya sedang bersandar di bingkai pintu. Membuat sang kapten tim basket Teikou berteriak kaget dan terjatuh. Kalau boleh jujur, Nijimura sebenarnya takut. Apa yang terjadi dengannya ini mengingatkannya pada scene-scene film horror yang sering ditontonnya bersama Imayoshi. Tapi harga diri pemuda ini terlalu tinggi, membuatnya berdiri dengan tegak dan menatap balik si gadis.

Nijimura mengamati lagi si gadis. Maniknya ternyata sewarna dengan rambutnya, selain itu ternyata panjang rambutnya sepunggung, dan perkiraan Nijimura mengenai tinggi gadis ini ternyata benar, sekitar se-dagu pemuda itu. Sayangnya, pengamatan yang dilakukan Nijimura juga tidak melewatkan dress putih yang masihbasahdanmenerawang. Gadis itu punya... apa kata Aomine? S-line. Ya S-line. PLAK! Nijimura menepuk keningnya sendiri (dengan keras), berusaha menghentikan pikiran aneh yang mulai berdatangan.

Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Nijimura melewatkan senyum simpul gadis itu. Ketika dia kembali sadar, gadis itu sudah berada 1 meter di depannya.

"Namaku Mayuzumi Chihiro.", ucap gadis itu dengan suara lembut.

"Nijimura Shūzō.", ucap Nijimura lantang, kelewat lantang malah (saking groginya).

Mayuzumi hanya memasang wajah tanpa ekspresi. Kemudian dia mendekat, memperpendek jarak di antara keduanya. Mayuzumi mengangkat tangannya, meletakkannya di pipi pemuda di hadapannya. Sementara Nijimura tanpa sadar meletakkan tangannya diatas tangan dingin Mayuzumi.

"Tadi kau menyentuh sayapku kan?", tanya Mayuzumi.

"Hah? Sayap?", mendengar pertanyaan aneh dari Mayuzumi membuat Nijimura bertanya balik sambil melayangkan tatapan bertanya pada gadis itu. Namun, Nijimura justru terhipnotis dengan mata Mayuzumi. Membuatnya seakan-akan tenggelam dalam kelabu milik Mayuzumi. Samar-samar Nijimura bisa mendengar suara Mayuzumi mengalun lembut, mengucapkan sesuatu seperti 'Tidak bisa kembali terbang' dan 'Jadi setengah manusia'.

Benturan ringan antara dahi Nijimura dengan Mayuzumi membuat si pemuda kembali ke alam sadarnya.

"Tolong dengarkan aku, jangan melamun."

"A-ah, sumimasen."

Mayuzumi tersenyum lembut, dan kali ini tertangkap pengelihatan Nijimura. Kemudian... "Kau harus tanggung jawab. Aku ingin wedding dress warna broken white ya."

"HAH?"

.

.

END

.

.

Terlalu ga ada kerjaan, sampai munculah fic ini. Lagi suka-sukanya sama NijiMayu ngomong-ngomong. Semoga menghibur.

Terima kasih yang sudah mau baca ya~

Sampai jumpa di fic selanjutnya~