Janji Di Bawah Sunset
Hai semuanya. Perkenalkan namaku Tsubaki Haruno, ini fic pertamaku. Maaf ya jika masih banyak kesalahan dalam penulisan atau banyak sekali kekurangan dalam fic pertama ini.
Di fic pertama ini aku akan menceritakan dua sahabat yang terpisah selama hampir 10 tahun, dengan pemeran utama Sasuke Uchiha. Dia terpisah dengan sahabanya karena suatu trgedi kebakaran yang membuat sahabannya ini dikabarkan meninggal dunia. Tapi tuhan telah berkehendak lain. Baiklah seperti apa kisahnya? Selamat membaca.
Chapter 1
Mustahil
Sore ini sangat cerah, angin yang berhembus membelai tiap helai rambut pria yang sedang duduk tersandar di bawah pohon kelapa.
"Sasuke….." kata si rambut pirang itu.
"Hn.."
"Kita main bola yuk!"
"Tidak mau."
"Ayo lah, kapan lagi kita bisa ke pantai bersama seperti ini."
"Aku sedang tidak mau main bola, kau main saja dengan Sai."
"Ya sudah kalau begitu." Kata Naruto yang beranjak pergi dari sana. Tapi tiba-tiba saja ada sebuah bola voli yang yang terlempar ke sana dan berhenti tepat di samping kaki Sasuke.
"Bola siapa ini?" sasuke pun mengambil bola itu.
"Aduh, bolanya keluar. Ayo cepat ambil!" kata gadis berambut pirang itu.
"Iya sebentar." Lalu gadis berambut Pink itu segera berlari ke arah bola itu terlempar, tapi nampaknya seseorang sedang memeganya. "Maaf, apa aku bisa mengambil bola itu?" Tanya Sakura yang sukses membuat Sasuke terkejut.
"Sa-sakura? Apa itu kau?"
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Sakura ayo cepat..!" teriak Ino.
"Iya sebentar. Bisa ku ambil bolanya?" Sasuke pun memberikan bola itu pada Sakura dan gadis itupun segera beranjak dari sana.
'Ya tuhan, ini benar-benar mustahil. Dia masih hidup, tapi apa benar dia adalah Sakura? Tapi tadi temannya pun memanggilnya Sakura. Ini benar-benar tidak masuk akal.' gumam Sasuke. Sebenarnya Sakura sudah dikabarkan meninggal sejak hampir 10 tahun yang lalu karena suatu tragedy kebakaran di rumahnya. Tak ada satu pun yang selamat, tapi memang ada suatu keganjilan saat itu. Saat itu, semua jasad anggota keluarga Haruno di temukan terkecuali jasad Sakura. Ada yang meyakini Sakura selamat dalam tragedy ini, tapi ada yang mengatakan jasad Sakura telah hancur terbakar api dan terkubur reruntuhan bangunan. Itulah yang membuat Sasuke sangat terpukul dan membuatnya bersikap dingin seperti sekarang.
Saat itu Sasuke terus saja memperhatikan gerak-gerik si gadis berambut pink, menganalisa setiap ekspresi yang keluar dari wajahnya. Memperhatikannya dari ujung rambut hungga ujung kaki, jika diperhtikan cara berpakaian gadis itu lebih sopan dari pada teman-teman yang ada di sekitarnya. Biarpun hanya memakai baju sesikut dan celana yang panjangnya diatas lutut, tapi….
'Apa itu yang ada di betis kanannya, itu tato? Tidak, itu seperti bekas luka bakar. Kuka bakar?' gumam Sasuke yang terkejut teringat tragedy 10 tahun silam.
"Hei semuanya, aku capek. Kita berhenti dulu ya!" kata gadis berambut hitam.
"Ya aku juga." Nampaknya Temari juga sudah mulai kelelahan.
"Kalian ini, kita ini kan baru saja main." Kata Ino yang nampaknya belum puas bermain.
"Baru saja main katamu, apa kau tidak sadar, kita ini sudah main hampir 2 jam. Kau saja yang baru saja datang ke mari." Kata Sakura sambil memegang bola volinya.
"Iya-iya baiklah, kita istirahat saja." Kata Ino yang mengalah, lalu empat sekawan ini membubarkan diri dan menuju pinggir lapangan yang teduh.
"Hinata, tadi kau bawa air minum kita kan?" Tanya Temari.
"Iya, tentu saja aku bawa. Tapi aku dulu yang minum." Lalu Hinata pun meneguk air dalam botol yang ukurannya lumayan besar itu, setelah dia lalu Temari dan Ino.
"Sakura, kau mau minum tidak?" Tanya Ino.
"Em, tidak. Aku ingin minum itu." Kata Sakura yang menunjuk lapak kecil yang berada tepat di depannya. "Aku pergi ke sana dulu ya." Lalu Sakura pun beranjak dari tempat duduknya.
"Selamat datang, nona. Kau mau pesan apa?" Tanya si pemilik lapak itu.
"Aku ingin…. Em… kelapa muda saja." Kata Sakura yang kelihatannya bingung memilih jenis minuman yang dijajakan di sana.
"Aku juga." Kata seorang pria yang tiba-tiba saja datang dan duduk di samping kanan Sakura.
"Ya baiklah, jadi dua kelapa muda. Tunggu sebentar ya." Kata pedagang itu.
"Hei, namamu Sakura, kan?" Tanya Sasuke yang mengawali pembicaraan mereka.
"I-iya benar, maaf kau siapa, kenapa kau tahu namaku?"
"Oh, tadi aku mendengar temanmu memanggil namamu." Kata Sasuke yang berbohong, sebenarnya dia hanya ingin memastikan saja.
"Begitu ya, lalu namamu sendiri siapa?"
"Aku Sasuke Uchiha.
"Sasuke Uchiha, em…. Rasanya aku pernah mendengar nama itu."
"Be-benar kah?" Kata Sasuke yang terkejut
"Tapi mungkin hanya perasaanku saja."
"Silahkan minumannya." Kata penjual itu.
"Terimakasih." Jawab sakura dengan melemparkan senyumnya.
'Ya ampun, itu sangat mirip sekali dengan Sakura. Tapi apa mungkin orang mati itu bisa hidup kembali?' gumam Sasuke yang terkejut melihat Sakura tersenyum.
"Hey, kau kenapa?"
"Ti-tidak apa-apa." Lalu Sasuke meminum minumannya. "Oh iya, kau tinggal di mana?"
"Aku masih tinggal di panti asuhan Konoha."
"Panti asuhan? Kenapa kau tinggal di sana?"
"Karena aku tidak punya orang tua."
"Benar juga. Sejak kapan kau tinggal di sana?"
"Sejak aku masih kecil."
"Lalu sekolahmu?"
"Aku sekolah di panti itu juga, tapi sebentar lagi aku akan pindah dari sana. Karena sebentar lagi aku akan di adopsi."
"Begitu ya, berarti kau dan teman-temanmu itu….."
"Iya, kami berlibur ke sini sebagai bentuk perpisahan kami. Lalu kau sendiri?"
"Ya, aku juga tinggal di kota Konoha dan aku juga sekolah di SMA Konoha." Kini Sasuke pun terdiam melihat wajah Sakura yang semakin mirip dengan teman lama kesayangannya itu.
"Ka-kau kenapa? Apa aku ini terlihat aneh?"
"Tidak, hanya saja…."
"Hanya saja?"
"Hanya saja kau sangat mirip dengan teman lamaku yang meninggal 10 tahun silam."
"Maaf, aku mengingatkanmu ya?"
"Tidak, tidak usah minta maaf, lagi pula orang yang meninggal itu tidak mungkin hidup lagi, kan?" Sasuke pun terenyum
"Sakura, ayo kita kembali ke penginapan dulu." Teriak Ino.
"Iya…" jawab Sakura. "Maaf Sasuke, aku harus pergi."
"Iya." Kata Sasuke dengan singkat, lalu Sakura pun beranjak dari tempat duduknya dan mulai melangkah menjauh dari sana. "Sakura.."
"Ya." Jawab Sakura, langkahnya pun berhenti dan dia pun membalikan badannya.
"Aku harap kita akan bertemu lagi."
"Aku harap juga begitu." Sakura pun tersenyum lembut pada Sasuke. "Sampai jumpa."
"Sampai jumpa." Sasuke pun membalas senyuman Sakura dan gadis berambut pink itu pun segera mengikuti teman-temannya ke penginapan.
Tepat 45 menit sebelum matahari terbenam, gadis berambut pink ini nampaknya mulai bosan berdiam diri di penginapannya. Dia bermaksud untuk melihat matahari terbenam sendirian di pesisir pantai. Gadis itu mulai duduk di hamparan pasir putih yang lembut.
'Apa terbenamnya masih lama?' gumam gadis itu.
KRING…KRING… terlihat seseorang membawa sepeda bergadeng 2 di depannya.
"Kau mau ikut bersepeda?" kata pria berambut hitam itu.
"Sasuke? Iya…."
"Kalau begitu cepat naik!" tanpa basa-basi lagi gadis itu pun segera duduk di belakang Sasuke dan mereka pun mulai mengayuh sepedanya. "Sakura, kenapa kau di sini sendirian? Teman-temanmu kemana?"
"Mereka ada di penginapan, aku hanya ingin melihat matahari terbenam saja."
"Kau suka melihat matahari terbenam?"
"Tentu saja aku suka."
"Kalau begitu, aku akan membawamu ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Ke teluk, tempatnya tidak jauh dari sini."
"Begitu ya, baiklah kalau begitu." Mereka pun terus mengayuh sepeda mereka menyusuri tepi pantai, Sasuke merasa seperti membuka memori lama yang tak pernah dia bayangkan akan dibukanya kembali. Dia tahu, pasti hatinya akan sangat tergores ketika mereka sudah sampai di sana. Namun dia tidak mau mensia-siakan kesempatan yang dirasanya seperti memutar waktu.
"Baiklah, kita sudah sampai." Kata Sasuke sambil mengerem sepedanya.
"Di sini?"
"Ya, tentu saja. Kau suka?"
"Tentu saja aku suka." Kata Sakura dengan ceria, lalu merekapun turun dari sepedanya dan bersiap menyaksikan matahari terbenam itu. "Oh iya Sasuke, apa kau sering datang kemari?"
"Ya, dulu aku sangat sering datang kemari. Karena dulu rumahku tidak jauh dari sini."
"Begitu ya, apa hanya kau sendiri?"
"Tidak, dulu aku datang bersama sahabatku." Kata Sasuke. Tanpa dia sadari, ternyata Sakura mempehatikan raut wajahnya yang kian berubah menjadi sedikit murung.
"Jika boleh tahu, sahabatmu itu seperti apa?"
"Dia itu seseorang yang sangat periang, wajahnya sangat manis dan lucu. Dia selalu ada jika aku benar-benar membutuhkannya. Mungkin jika dia masih ada, pasti dia sangat cantik sekarang. Dan kau tahu? Teluk ini adalah teluk kesukaan kami, kami sering menghabiskan waktu bersama dan tepat satu hari sebelum dia pergi, kami mengikat suatu janji di sini." Kata Sasuke sambil menggenggam kaung yang terpasang di lehernya. "Tapi sayang, tragedy kebakaran itu mengubah semuanya."
"Maafkan aku."
"Tidak apa-apa." Sasuke pun mengelah nafas. "Sakura, apa kau sama sekali tidak mengenalku?" kata Sasuke sambil memegang kedua bahu gadis itu. "Lihat aku, lihat kalung ini, apa kau benar-benar tidak ingat semua yang pernah kita lalui di sini? Aku benar-benar menginginkanmu kembali." Sasuke pun menunjukan kalung berbandul lumba-lumba berwarna hitam yang terbuat dari kaca itu.
"Sasuke aku…."
"Sudah lah, maaf nampaknya aku tidak bisa menahan emosi ku." Sasuke pun menundukan kepalanya, kini matanya mulai berkaca-kaca.
"Maafkan aku." Dengan spontan Sakura memeluk dada pria bertubuh kekar itu dan berhasil membuatnya sangat terkejut. "Maaf jika aku tidak bisa menjadi Sakura yang kau inginkan. Tapi, aku tidak ingin melihatmu seperti ini. Maafkan aku,,,"
"Tidak…" Sasuke pun membalas pelukan gadis itu. "Ini sama sekali bukan salahmu. Ini adalah salahku yang tidak bisa menerima kenyataan."
'Kenapa ini? Kenapa rasanya aku seperti melepas rindu dengnnya. Aku merasa sangat tenang berada dalam pelukannya dan aroma tubuh ini rasanya bukan sesuatu yang asing bagi ku.' Gumam gadis itu.
"Sakura…"
"Hn…" jawabnya yang masih memeluk pria itu.
"Kau ingin melihat matahari terbenam kan?"
"I-iya." Sakura pun segera melepas pelukannya. Mereka pun menyaksikan menyaksikan matahari terbenam di sore itu.
Keesokan harinya Sakura pun pulang ke panti untuk membereskan barang-barannya. Tapi pada saat dia akan pergi meninggalkan panti, sang pemilik panti menyerahkan suatu kotak berwarna hitam padanya. Pemilik panti itu bilang, mungkin dengan ini dia bisa menemukan jati dirinya.
Setelah dia diadopsi oleh seorang pengusaha wanita sekaligus aktris terkaya Tsunade, hidupnya benar-benar berubah. Baju-baju dari perancang terkenal, sepatu-sepatu mahal, tas-tas cantik dan semua yang diinginkan oleh remaja perempuan pada umumnya tersedia di sini. Bahkan dia pun akan disekolahkan di sekolah terelit di kota ini yaitu SMA Konoha. WOW…
Pagi ini adalah pagi pertama putri angkat Tsunade untuk pergi ke sokolah, hari pertama ini dia di antar sang Ibu ke sekolah. Gadis itu pun turun dari mobil mewahnya.
"Sakura." Panggil Tsunade.
"Iya bu."
"Maaf ibu tidak bisa mengantarmu ke dalam, hari ini ibu ada rapat mendadak di kantor jadi ibu harus cepat."
"Iya bu, tidak apa-apa."
"Oh iya, kau langsung saja keruangan kepala sekolah. Kau masih ingat kan, nanti dia akan memberi tahu dimana kelasmu berada."
"Iya."
"Ya sudah kalau begitu, selamat belajar di hari pertamamu." Lalu Ibu baru itu pun menutun kaca mobilnya dan Sakura pun melambaikan tangannya.
"Sakura, apa itu benar kau?" Tanya seseorang yang sudah tak asing lagi.
"Sasuke?"
"Kau sekolah di sini?"
"Iya. Hari ini aku sekolah di sini."
"Sa-sakura? kau Sakura kan?" kata pria berambut pirang yang baru saja datang itu. Tapi nampaknya gadis berambut pink sebahu itu hanya melihatnya dengan raut wajah yang bertanya 'siapa kau?'
Lalu pria berambut pirang itu mendekat pada Sakura, menatapnya dan memandanginya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.
"Hey Sasuke, apa dia ini benar-benar Sakura?"
"Di-dia…"
"Dia cantik sekali sekarang." Naruto pun mencubit pipi kanan Sakura. "Ini wajah asli kan?" lalu dia pun mencubit pipi satunya lagi. Kini wajah Sakura benar-benar memerah, dia tak bisa lagi menahan emosinya terhadap orang yang bertingkah tak sopan seperti ini. Dan…
-To Be Continued-
Terimakasih telah membaca. Bagaimana? Apa ceritanya kurang bagus? Maaf ya… oh iya, kira-kira apa yang akan dilakukan Sakura pada Naruto? Kita akan tahu di chapter berikutnya.
Sampai jumpa di chapter berikutnya.
