The Hamster wish. (1)
Pairing : Kagehina.
Warning : Shonen ai, boys Love. Intinya cowok x cowok. Yang ga suka hati-hati, nanti sakit kepala. Ceritanya menyimpang dari cerita sesungguhnya.
Enjoy :)
Namaku Hinata, seekor hamster yang sejak lahir sudah ada di pet shop ini. Saat ini aku adalah hamster paling tua yang paling tua di pet shop ini. Semua teman-teman dan keluargaku sudah di beli oleh para manusia. Meski begitu aku tidak merasa kesepian. Setiap minggu bayi-bayi hamster yang lucu selalu datang silih berganti. Bermain bersama mereka merupakan salah satu pengusir rasa sepiku.
Mungkin karena warna buluku yang tidak biasa membuat para manusia enggan membeliku. Warna orange terang seperti jeruk memang bukan warna hamster pada umumnya. Banyak manusia yang datang ke pet shop ini berfikir kalau pemilik toko ini memberi pewarna pada buluku seperti anak ayam yang dijual di festival-festival. Mereka beranggapan kalau hamster semacamku berbadan lemah dan cepat mati. Pemilik toko sudah menjelaskan tentang diriku dengan susah payah kepada para manusia itu. Tetapi tak satupun yang mau percaya.
Dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil hamster yang lebih muda dan terlihat sehat. Seiring waktu berjalan usiaku pun semakin tua dan para manusia itu semakin enggan untuk membeliku.
"Kau selalu sehat seperti biasa ya, chibi chan." Kata Oikawa
Oikawa adalah anjing pemilik pet shop ini. Ia seperti raja besar di pet shop ini. Bulunya sangat indah dan ia adalah jenis anjing langka yang sangat disukai manusia. Hanya saja, sifatnya sangat buruk. Ia sangat senang menjahili para binatang lainnya. Tapi di depan para manusia ia bersikap sangat manis dan sering mendapat pujian dari para pelanggan. Jika saja para manusia itu mengerti bahasa binatang mereka pasti tidak akan menyebutnya manis.
Oikawa mendongakkan kepalanya ke dalam kandang. Para hamster lainnya berlari ketakutan dan bersembunyi di sudut kandang. Tinggallah aku sendiri, menatapnya dengan penuh ke khawatiran. Sejujurnya aku takut dan ingin lari. Tetapi tubuhku mematung dan tidak bisa bergerak. Aku terlambat melarikan diri.
Oikawa menjilatku dengan lidahnya hingga membuat bulu-buluku basah dan terasa lengket. Ia selalu melakukan hal ini setiap kali melihatku. Mungkin sebenarnya ia ingin memakanku. "Kau tahu chibi chan, kalau hari ini tidak ada manusia yang mau membelimu pemilik toko akan memasukkanmu ke kandang ular untuk menjadi makanan mereka."
Aku mulai gemetar dan perutku mulai terasa sakit. Oikawa memang usil tapi ia jarang berkata bohong. Terutama dalam menyampaikan hal-hal yang bersifat berita buruk bagi orang lain. Tapi saat ini aku ingin berfikir kalau ia hanya mengusiliku."Bohong! Aku tak akan percaya perkataanmu!"
"He... Kalau begitu kita lihat saja apa yang akan terjadi besok. Bye bye chibi chan." Katanya sebelum pergi.
Hari itu semua haster lainnya bersembunyi di dalam rumah atau di sudut kandang. Mereka berusaha sedemikian rupa agar para manusia mau melihatku dan membeliku. Tapi hari itu, tak satupun pelanggan pet shop ini yang datang untuk membeli hewan peliharaan.
...
Aku berharap pagi tak akan pernah datang. Perkataan Oikawa membuatku gelisah dan tidak bisa tidur. Semalam suntuk aku berdoa pada tuhan agar pagi tak akan pernah datang. Tapi sepertinya doaku tidak membawakan hasil. Aku tahu permintaanku ini mustahil. Tapi setidaknya aku tidak ingin berakhir menjadi santapan siang sang ular. Selama ini aku selalu bermimpi agar bisa memiliki teman manusia. Aku selalu percaya akan tiba hari dimana seseorang akan memilihku menjadi peliharaan sekaligus teman binantang mereka.
Akan tetapi, saat aku melihat sinar matahari yang mulai muncul dari sela-sela gorden toko aku mulai berfikir kalau harapanku itu tak akan pernah terwujud selama-lamanya.
Pukul 7 penjaga toko mulai bebenah dan bersiap membuka toko. Ia terlihat sangat sibuk. Sementara itu Oikawa hanya meringkuk di pojok toko sambil menatapku dengan seksama. Sepertinya ia ingin memastikan apakah aku benar-benar akan berakhir menjadi makanan ular atau tidak. Bulu-buluku mulai berdiri dan tubuhku mulai bergetar. Aku mengunyah biji matahari dengan cepat untuk menutupi gigiku yang mulai gemerutuk ketakutan.
Pukul 8 toko mulai dibuka. Pemilik toko mulai berkeliling mengecek keadaan setiap hewan yang ada di pet shop itu. Kemuadian tiba saatnya ia mengecek ke kandang para hamster. Pemilik toko memandangku dengan seksama sambil melengos.
"Kalau saja warna bulumu seperti hamster biasa pasti sudah ada orang yang membelimu. Usiamu sudah 2 tahun . Kamu sudah lama ada di pet shop ini sampai-sampai aku memberimu nama tanpa sadar. Melihat usiamu, kamu tak akan hidup terlalu lama lagi. Kalau begini terus aku akan rugi. Mungkin setidaknya aku bisa menjadikanmu sebagai makanan si ular." Kata penjaga toko.
Mendengar perkataannya aku berteriak sekuat tenaga kalau aku tidak ingin berakhir menjadi makanan ular. Tapi di telinga manusia, teriakanku hanyalah cicitan lemah dari seekor hamster yang hanya sebesar telapak tangan mereka. Para hamster lainnya ikut ketakutan dan bersembunyi.
Pemilik toko mengulurkan tangannya ke dalam kandang dan menarikku. Ia menggenggamku dan membawaku pergi menuju sebuah pintu ruangan dalam toko. Selama ini, tak satupun binatang yang masuk ke sana kembali hidup-hidup.
Aku meronta-ronta sekuat tenaga. Berteriak sekuat tenaga mengharapkan pertolongan. Kemudian akupun menggigit tangan pemilik toko sekuat tenaga. Pemilik toko berterik kesakitan dan akhirnya aku pun lepas dari genggamannya. Sekuat tenaga aku berlari menuju pintu depan toko yang terbuka.
Penjaga toko berteriak. "Tolong tangkap dia!"
Mendengar teriakan itu semakin membuatku ketakutan. Karena berlari terlalu cepat aku tak menyadari kalau ada bayangan manusia di depanku. Ia membungkuk dan menangkapku dengan tangannya. Genggamannya sangat kuat sampai-sampai merontapun aku tak mampu. Aku memejamkan mata, pasrah. Habislah sudah.
"Warnamu terang sekali seperti jeruk. Hamster yang aneh."
Aku membuka mata perlahan setelah mendengar suara itu. Seorang anak laki-laki berusia sekitar 13-15 tahun, berambut hitam pendek, dan berwajah sombong menggenggamku seperti memegang buntalan kertas. Kesan pertamaku setelah melihatnya, ia sangat menakutkan!
"Wah maaf ya. Hamster ini lari ketika akan dijadikan makanan ular. Terimakasih sudah menangkapnya." Kata penjaga toko.
Anak laki-laki itu menatapku lagi. "Warna hamster ini sangat unik. Apa kau mewarnainya? Jika iya bukankah itu akan berbahaya kalau menjadikannya sebagai makanan ular?" Katanya.
"Tidak tidak. Aku tidak mewarnainya sedikitpun. Hamster ini memang memiliki warna bulu seperti itu. Aku sendiri tidak mengerti kenapa bisa begitu."
Anak laki-laki itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mulai berbicara. "Kalau begitu boleh aku membelinya?"
"Eh?"
"Kebetulan aku memang sedang mencari hewan peliharaan. Aku memang sibuk karena kegiatan club. Tapi kalau hanya hewan kecil seperti hamster kurasa aku sanggup merawatnya."
"Tapi..."
Anak laki-laki itu menatap pemilik toko dengan ekspresi menantang. "Tidak boleh?"
"Tidak tidak. Tentu saja boleh"
"Siapa nama hamster ini?"
"Kamu bisa memberinya nama sesuka hatimu."
"Merepotkan. Kau saja yang beri nama."
Penjaga toko terlihat agak keheranan melihat tingkah anak laki-laki itu. "Hinata. Nama hamster itu Hinata."
"He...Hinata ya.." Sambil tetap menggenggamku laki-laki itu mendekatkan wajahnya padaku. "Mulai hari ini kau ikut denganku. Mengerti?" Kata anak laki-laki itu lagi.
Itulah pertemuan pertamaku dengan Tobio Kageyama. Teman manusia pertama yang kumiliki.
...
Tobio Kageyama, 14 tahun. Siswa smp penggila olahraga voli yang memiliki kemampuan atletik tingkat tinggi meskipun tidak terlalu pintar dalam soal pelajaran. Sifatnya tempramental, perfectionist, agak egois dan kekanak-kanakan menurutku. Tatapan matanya sangat tajam dan wajahnya terlihat sombong. Tingkah lakunya seperti mengatakan kalau ia adalah seorang raja yang harus dihormati, dan dialah orang yang paling hebat. Ia bercerita padaku kalau alasan kenapa tiba-tiba ia ingin memelihara hewan adalah karena ia mulai menyadari kalau para binatang sangat membencinya.
Kageyama yang tidak tahu apa-apa soal binatang merawatku dengan bermodalkan buku panduan. Pada awalnya semuanya kacau balau, kadang-kadang ia lupa memberi makanan dan air atau ia lupa membersihkan kandangku hingga baunya menyebar ke seluruh ruangan. Saat pertama kali mencarikan makanan untukku ia memberiku nasi kare daging dengan telur rebus diatasnya. Tentu saja aku tak mau memakannya, itu kan makanan kesukaannya. Bukan jenis makanan yang biasa dimakan hamster.
Setiap kali ia melakukan hal-hal bodoh aku selalu menggigitnya dan iapun akan marah-marah tanpa henti. Dan kamipun bertengkar hebat. Manusia mana yang akan marah-marah kepada hamster sampai seperti itu? Tidak heran kalau para bianatang membencinya. Dan lagi, meskipun sudah satu setengah tahun merawatku ia tetap menggenggamku seperti gumpalan kertas. Meski begitu, bagiku ia adalah seorang hero yang sudah menyelamatkanku. Diluar kata-katanya yang kasar dan kelakuan bodohnya, ia sangat polos dan baik hati. Selain seorang pahlawan, bagiku ia adalah temanku yang sangat berharga.
Entah mungkin karena sifatnya atau tatapan tajamnya. Kelihatannya Kageyama kesulitan dalam berteman akrab dengan para anggota klubnya. Meskipun tidak cocok dengan penampilannya, Kageyama sering bercerita banyak hal padaku yang seekor hamster ini. Meskipun aku tak bisa menjawab perkataannya sepertinya Kageyama tahu kalau aku selalu mendengarkan setiap ceritanya.
Yang paling sering diceritakannya adalah tentang voli yang disukainya, kegiatannya di club, dan keadaan club saat ini. Kageyama jarang membahas teman-temannya. Tapi akhir-akhir ini ia bercerita padaku kalau teman-teman clubnya mulai menjauhinya.
Meskipun sifatnya tempramental, perfectionist, dan agak egois Kageyama tetap merasa sedih dan frustasi. Apalagi di dalam hatinya sebenarnya Kageyama adalah anak yang baik hati. Saat bercerita tentang masalah itu Kageyama selalu terlihat sedih dan gelisah. Jika saja aku ini seorang manusia aku pasti bisa memberinya kata-kata penyemangat dan merangkulnya di saat ia bersedih. Seekor hamster sepertiku hanya bisa mendengarkan ceritanya tanpa bisa berbuat apapun. Jika saja aku seorang manusia, aku pasti bisa membantunya menyelesaikan masalahnya. Aku juga bisa menjadi teman yang dapat ia percayai. Tapi apa yang bisa kulakukan? Bagi Kageyama mungkin aku hanyalah seekor hewan peliharaan. Bahkan mungkin ia tidak berfikir kalau aku adalah suatu keberadaan yang berharga baginya.
"Hei Hinata bego, kau dengar tidak? apa kau tahu tentang mitos mengenai bintang jatuh? Jika kita melihat bintang jatuh dan membuat permohonan maka permohonan kita akan terwujud. Gadis-gadis di kelasku sibuk membicarakan hal itu karena katanya malam ini akan ada banyak bintang jatuh terlihat di langit."
Suara Kageyama menyadarkanku dari lamunanku. Aku memiringkan kepala. Aku tidak tahu apapun mengenai bintang jatuh. Dan anehnya sepertinya ia tahu kalau akau sama sekali tidak mengerti apa itu bintang jatuh. Ia seolah-olah sudah bisa membaca pikiranku meskipun aku tidak bisa berbicara dalam bahasa manusia.
"Bodoh ya. Kalau memang benar semudah itu semua orang pasti akan hidup bahagia bukan?" Kata Kageyama lagi.
Meskipun berkomentar jelek tentang hal itu Kageyama terlihat cukup tertarik dengan hal itu. Buktinya, saat ini ia memandang jendela dengan wajah antusias. Di tambah lagi sudah 1 jam lebih ia menatap ke arah langit. Inilah salah satu sisi kekanak-kanakan Kageyama yang tidak diketahui orang lain.
Setelah beberapa lama waktu berlalu segaris cahaya terlihat di langit malam. Aku tidak pernah melihat hal seperti itu sebenarnya, karena itu aku tidak tahu apapun mengenai hal itu. Tetapi mata Kageyama berbinar saat melihatnya. Kalau begitu itukah yang disebut bintang jatuh?
"Kau lihat barusan hinata?! Itu bintang jatuh! Yang berikutnya akan datang lagi. Sebelum bintang jatuh itu hilang kamu harus segera mengucapkan permohonanmu!"
Tak lama kemudian bintang jatuh yang kedua mulai muncul. Kageyama mengucapkan permohonannya dengan lantang. "Aku ingin menjadi pemain voli terbaik sedunia!" Ia berhenti sejenak sebelum bintang jatuh senlanjutnya datang."Aku harap hubunganku dengan yang lain bisa membaik." Katanya agak berbisik.
Aku tidak akan pernah melupakan malam ini. Hari ini pertama kalinya aku melihat bintang jatuh. Dan bersama Kageyama kami menatap bintang jatuh bersama dan mengatakan permohonan kami.
Kageyama tertawa. "Apa keiinginanmu Hinata? Kalau makhluk bodoh sepertimu pasti mengharapkan makanan yang berlimpah bukan? Kalau soal itu kau tidak perlu memohon pada bintang jatuh Hinata bego. Aku akan mengabulkan keinginanmu disini, saat ini juga." Katanya. Kageyama yang sibuk bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya kemudian mengeluarkan sebuh kotak dari dalam lacinya.
Ia meletakkan isi kotak itu di kotak makananku. Buah cherry yang berwarna merah ranum tergeletak disana dalam jumlah banyak. Buah kesukaanku ada di hadapanku dalam jumlah banyak. Aku sangat senang meskipun bukan ini harapanku pada bintang jatuh.
"Ayah membawakan itu sebagai oleh-oleh ketika pulang kerja. Makanlah."
Tanpa menungggu sedetikpun aku menyambar cherry itu dan memasukkannya kedalam mulutku. Ukuran cherry yang cukup besar membuat pipiku menggelembung. Melihat hal itu Kageyama kembali tertawa. "Tidak perlu terburu-buru begitu Hinata bego, dasar rakus. Meski badanmu kecil begitu makanmu sangat banyak. Perut dan pipimu itu terbuat dari apa sih? Jelek banget tau!"
Kageyama kembali tertawa. Aku tidak ingin dikatai begitu oleh orang yang sama-sama makan banyak. Tak terima dikatai begitu akupun melompat keluar kandang melalui pintu yang masih terbuka dan menggigit Kageyama.
"Apa yang kau lakukan Hinata bego?!"
Dan akhirnya kami bertengkar hingga larut malam di bawah bintang jatuh yang masih terlihat di langit.
...
Akhir-akhir ini badanku semakin lemah. Aku tidak merasa terkena penyakit apapun. Tetapi seluruh kekuatan ditubuhku seperti hilang sedikit demi sedikit.
Tergantung jenisnya, usia rata-rata hamster adalah 1-4 tahun. Saat ini usiaku hampir empat tahun. Itu artinya sudah hampir dua tahun semenjak aku bertemu Kageyama. Tapi itu juga berarti kalau kematian adalah hal umum yag ditemui pada hamster seusiaku.
Aku mulai kehilangan nafsu makanku, dan akupun mulai kehilangan tenaga untuk bisa bergerak lincah seperti biasanya. Karena tidak ingin membuat Kageyama khawatir aku selalu mencoba bertingkah kalau aku baik-baik saja. Sekuat tenaga aku mencoba bergerak lincah seperti biasa ketika Kageyama melihatku. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Hingga suatu hari aku kehilangan tenaga untuk bisa bergerak.
Kageyama yang menemukanku dalam keadaan sekarat sepulang sekolah langsung berlari membawaku ke dokter hewan tanpa sempat mengganti baju. Dengan wajah super panik ia berlari sekuat tenaga membawaku ke dokter hewan. Saat sampai di klinikpun, dengan nada suara panik dan terengah-engah Kageyama memanggil dokter. Setelah itu semuanya menjadi gelap dan akupun tidak lagi bisa melihat ataupun mendengar apapun.
"Hinata!"
Sayup sayup aku mendengar suara Kageyama memanggilku. Aku membuka mata dan melihat dokter dan Kageyama berbicara di kejauhan. Sang dokter menggeleng. Dan Kageyama terlihat sangat sedih. Itu pertama kalinya aku melihat wajah Kageyama yang begitu sedih seperti itu. Aku sangat menyesal sudah membuat wajahnya menjadi seperti itu. Tapi tubuh ini sudah tak lagi mau mendengarkan perkataanku. Aku tak lagi mampu bergerak sedikitpun.
Kageyama memasuki ruangan dan memandangku sambil beruraian air mata. Apakah kali ini harapanku tak lagi bisa terwujud? Hal yang kuharapkan ketika memohon pada bintang jatuh adalah agar bisa selalu berada di sisi Kageyama. Aku ingin menjadi temannya, menghiburnya ketika ia bersedih, senantiasa mendengarkan cerita darinya, berbicara banyak hal dengannya, dan melakukan banyak hal menyenangkan bersama.
"Hinata! Hinta!" Sambil terisak Kageyama memanggil namaku.
Kageyama, maafkan aku karena sudah membuatmu menangis. Maafkan aku karena tak lagi bisa mendengarkan ceritamu lagi. Aku berharap akan kebahagianmu selalu. Aku berharap segala harapanmu terwujud. Aku harap kau bisa menemukan orang-orang yang akan selalu berada disisimu. Orang yang bisa memahami dan menerimamu sepenuhnya. Kageyama, apa aku benar-benar sudah menjadi teman bagimu?
"Kau temanku Hinata. Temanku yang berharga. Karena itu jangan mati Hinata bego."
Kata Kageyama. Lagi-lagi, Kageyama berbicara seolah ia dapat mengerti apa yang kupikirkan. Tapi perkataannya benar-benar membuatku bahagia. Mungkin inilah hari paling membahagiakan bagiku.
Semilir angin senja berhembus mengantar perpisahan kami. Terimakasih Kageyama. Terimakasih atas segala-galanya. Dan maaf karena sudah membuatmu menangis. Kamu lah orang yang paling kusayang di dunia ini.
...
EPILOGUE
"Apa kau tahu tentang mitos mengenai bintang jatuh? Jika kita melihat bintang jatuh dan membuat permohonan maka permohonan kita akan terwujud."
Seorang pemuda berambut orange dan mengenakan baju olahraga berlari dengan lincah di lorong sekolah. Ia berlari dengan riang gembira seolah-olah hari itu adalah hari terbaik baginya. Hari ini adalah hari pertama sekolah dimulai. Mulai hari ini pemuda berambut orange itu menjadi murid SMA. Mungkin karena itu lah ia begitu bersemangat menyambut hari ini.
Pemuda itu berlari sambil mengunjungi setiap ruangan yang ada di sekolah itu. Ia memandang setiap orang yang ditemuinya dengan seksama. Ia seperti sedang mencari keberadaan seseorang di sekolah itu. Pemuda itu tiba di gedung olahraga. Dengan penuh semangat ia membuka pintu ruangan itu hingga pintu tersebut berbenturan dengan dinding dan menimbulkan suara yang cukup keras.
Di dalamnya, seorang pemuda berambut hitam yang sudah terlebih dahulu berada di sana terkejut mendengar suara pintu yang terbanting cukup keras. Pemuda berambut orange itu tersenyum sangat lebar, menghampiri pemuda berambut hitam dan memeluknya.
"Kageyama! Ini benar-benar Kageyama? Aku tidak percaya ini. Ini aku, Hinata! Teman terbaikmu Hinata sudah tiba!" Kata pemuda berambut orange sambil meneteskan air mata haru.
Pemuda berambut hitam itu terpaku. "Hinata...?"
"Mulai sekarang dan seterusnya aku akan selalu ada disampingmu. Ayo main voli bersamaku, Kageyama!"
Hal yang kuharapkan ketika memohon pada bintang jatuh adalah agar bisa selalu berada di sisi Kageyama. Aku ingin menjadi temannya, menghiburnya ketika ia bersedih, senantiasa mendengarkan cerita darinya, berbicara banyak hal dengannya, dan melakukan banyak hal menyenangkan bersama.
###
Ide cerita ini saya dapat setelah terkagum-kagum dengan keimutan Hinata di doujinshi Ueta Nezumi to Fukigen na Neko sekaligus mengingat keimutan hamster saya yang sudah tiada.
Saat ini aku masih belum ada ide untuk bikin cerita couple lainnya. Tapi semoga kalian menikmati cerita ini.
Sampa jumpa di fanfic saya berikutnya.
Terimakasih.
