"Kami hanyalah sepasang insan yang dipertemukan oleh takdir, disatukan oleh kehidupan, dan dipisahkan oleh kematian."
.
.
Warning : AU, OOC, dll
Rate : T
Pair : Sasuke X Sakura
Disclaimer : All character belong to Masashi Kishimoto
.
.
"Aku selalu mencintaimu. Aku ingin selalu bersamamu. Tapi sayang, sang Kuasa tak lagi mengijinkan kita untuk bersatu."
.
.
Semilir angin musim semi berhembus pelan, menggoyang-goyangkan ribuan kelopak Sakura yang begitu rapuh-yang menempel pada dahan-dahan yang begitu kokoh. Mengiringi tarian indah sang kelopak Sakura yang melayang-layang di angkasa, dipermainkan kesana-kemari oleh hembusan angin musim semi sebelum pada akhirnya mengistirahatkan diri di atas tanah kecoklatan. Kilauan cahaya tanpa sumber berhasil menerobos melewati wisteria yang bagai tirai warna-warni.
Aku tahu, penglihatanku takkan pernah membohongiku. Ketika mataku menangkap kaki jenjang melangkah riang di atas tanah kecoklatan bersama guyuran kelopak Sakura di sekelilingnya, aku tahu, itu pasti dirimu.
Surai merah muda yang sangat sesuai dengan warna bunga Sakura yang selalu membuatku nyaman, sepasang manik emerald yang bahkan lebih indah dari permata, bibir semerah delima yang selalu membentuk lengkungan senyum. Semua tentangmu, semua yang ada dalam dirimu, tak pernah kulupakan barang sekejab pun.
Kubiarkan kakiku melangkah maju, menghampirimu yang bermain-main bersama bunga kebanggaan Jepang dan wisteria yang menjuntai dari dahan yang tinggi. Kuabaikan kedua mataku yang mulai memanas, penglihatanku yang mulai terbias oleh air mata yang perlahan menetes menuruni wajahku, dan jatuh-kemudian lenyap..
Langkahku terhenti, dadaku terasa sesak-meski aku sadar kini ku tak lagi bernapas, sedang air mataku terus menyeruak keluar tanpa sedikitpun isakan. Namun, senyum yang terus terukir di bibir mungilmu seperti magnet yang membuat sudut-sudut bibirku ikut tertarik, menciptakan lengkungan senyum yang amat tipis. Senyum yang selallu kuperlihatkan ketika kumasih berada di dunia.
"Hei.."
Kau membalikkan badan, senyum di bibirmu perlahan pudar ketika pandangan kita bertemu. Namun masih kupertahankan senyumku untukmu.
"Lama tidak bertemu."
Cahaya di kedua emerald-mu lenyap, terbias okeh cairan liquid yang mulai menggenangi kedua pelupukmu seiring isakanmu yang mengisi kekosongan bersama bisikan angin. Di antara isakmu, aku bisa mendengar bisikmu yang penuh penyesalan,
"Kau memang tidak pernah mau menunggu."
"Mawar merah yang selalu kubanggakan perlahan layu dan berguguran
Kau yang selalu kucintai pun melayang pergi
-ketempat di mana hanya ada kekosongan dan kehampaan."
