Siang yang begitu cerah. Eren tak ingin menyia-nyiakan cuaca yang bersahabat, mengambil seekor kuda kesayangannya- Titan, lalu menunggangnya menuju hutan. Awalnya, Eren berpikir dia dapat menaklukan hutan –yang memiliki nuansa misterius dengan cahaya yang sukar menembus dan batang pohon-pohon besar menjulang tinggi . Tapi, pemikiran itu tak berlangsung lama. Eren merasa bahwa saat ini dia tersesat. Sudah ketiga kalinya, Eren bersama Titan hanya berputar-putar di area yang sama.
Netra Eren teralihkan pada suatu jalan setapak yang ujungnya terlihat berkilau. Eren memutuskan untuk mencoba jalan itu dan berharap dia dapat keluar dari hutan. Perlahan tetapi pasti, derap langkah Titan menyusuri jalan setapak. Namun, perjalanan itu tak berjalan lancar karena Eren merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Eren lalu menghentikan Titan dan turun dari punggungnya.
Tangan Eren telah siap sedia mencabut pedang yang tersampir di kanan pinggangnya. Iris Eren tak bisa menangkap langkah kilat seseorang hingga dia melihat sebuah wujud sudah berdiri di belakangnya.
"Kalau aku menjadi kau. Aku tak akan melanjutkan perjalanan ke ujung jalanan ini. Kau akan memasuki wilayah terlarang."
Eren menoleh ke arah sumber suara tersebut dan mengenali wujud yang berucap adalah Levi Ackerman –makhluk terhebat ciptaan ayahnya. Akan tetapi, baru kali ini Eren melihat Levi secara dekat. Dia tak menyangka bahwa wujud Levi adalah sebuah tengkorak yang dibalut jubah gelap.
"Kau mengejutkanku! Bisakah kau muncul dengan bentuk normal?" pinta Eren pada Levi. Pria bermarga Ackerman itu merespon keinginan putra atasannya dengan menunjukan wajah manusianya. Eren terkesiap saat melihat ketampanan yang terpancar dari wajah Levi.
"Astaga! Bagaimana mungkin kau bisa memiliki bentuk se-indah itu?" tanya Eren dengan polos.
"Bentuk ini adalah pemberian dari penciptaku." Mendengar bahwa ayahnya yang merancang wujud Levi membuat Erem menghela nafas.
"Oh, pemberian dari ayahku ya. Syukurlah!"
Levi melihat raut wajah Eren yang berubah, mendorongnya untuk berinisiatif membantu pemuda berambut cokelat itu keluar dari hutan. Eren jelas tak menolak penawaran Levi. Mereka kemudian berjalan beriringan seraya Eren tetap membimbing Titan. Di tengah perjalanan, kedua manik Eren menangkap sesuatu. Ya, sebuah taman indah dimana bunga-bunga surga tumbuh disana. Eren meninggalkan Titan dan Levi, bergegas menuju taman itu. Kedua tangannya berusaha menangkup kelopak-kelopak bunga surga yang tengah berguguran.
"Bunga-bunga itu adalah bentuk dari jiwa-jiwa yang menderita. Mereka gugur dan terbang menuju purgatori untuk menemui Dewa Surga." Penjelasan Levi membuat Eren menganggukan kepala.
"Ah, kau baik sekali, Levi. Kukira pekerjaanmu hanya menghancurkan jiwa-jiwa yang jahat." tukas Eren.
"Tidak. Ini bukanlah sebuah kebaikan. Jika aku mencabut rasa sakit pada kematian orang-orang, akan banyak orang yang menyerah untuk hidup."
"Oh begitu. Setidaknya bunga-bunga ini indah. Dan, kelopaknya seperti salju."
...
Ketika Levi beserta Eren telah tiba di ujung hutan, Eren mempercepat tungkainya untuk segera meninggalkan hutan. Levi berusaha untuk menghentikan pergerakan Eren. Eren yang melihat lengan kanan Levi ingin meraih pundaknya lalu berhenti dan mencoba menangkap lengannya. Tapi, Levi malah menurunkan tangannya dan membiarkan Eren terus berjalan.
Semenjak pertemuan pertama mereka di hutan, Eren semakin sering menyambangi Levi. Bermacam-macam alasan yang dilontarkan Eren pada Levi agar memperbolehkannya untuk bisa menemuinya.
"Ah..ini sudah ketiga puluh kalinya, aku melihat engkau berada di hutan ini. Sekarang apa lagi alasanmu?" dengus Levi. Eren menunjukkan keranjang kecil yang ia bawa.
"It's time to picnic! Mari temani aku piknik di taman bunga surga!" ajak Eren sambil berusaha menggandeng tangan Levi. Pria bersurai eboni itu selalu waspada sehingga menggeser posisinya, mengabaikan tangan Eren.
"Kenapa Levi? Kenapa kau menolak untuk menyentuh tanganku?" Eren bertanya dengan suara lirih.
"Apa kau tak tau, Eren? Seluruh anggota badanku ini diciptakan untuk mencabut nyawa. Jika aku menyentuh tanganmu, maka kau akan mati. Dan satu lagi, aku ini seorang shinigami[1]. Aku tak memiliki keinginan untuk makan sepertimu." Ucapan dingin Levi menyadarkan Eren sesaat. Tapi hal itu tak menyurutkan harapan Eren untuk berteman dengannya.
"Tak apa-apa, Levi. Pokoknya kau harus menemani aku!" paksa Eren. Dan, seperti hari-hari sebelumnya, Levi terpaksa mengikuti keinginan Eren.
Waktu terus berputar. Hubungan Eren dan Levi semakin dekat. Kepribadian mereka yang bertolak belakang malah menjembatani perbedaan di antara mereka. Eren yang optimistis sering meremehkan pemikiran Levi yang pesimistis. Eren yang senang menggoda Levi dengan menyebutnya 'si tua penyendiri' dan selalu membandingkan Levi dengan Kor – karena menurut Eren, Kor lebih baik dari Levi ; Kor selalu menuruti perintahnya sedangkan Levi tak pernah lelah membantahnya. Eren yang selalu menegur kesombongan Levi. Eren yang tak pernah absen mengunjungi Levi walau Levi selalu mengeluh Eren mengganggu pekerjaannya. Dan, Eren yang mengajarkan Levi bahwa penting baginya mengekspresikan emosi. Eren percaya bahwa hal itu membuat Levi dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain lebih baik lagi. Usaha Eren terbayarkan dimana Levi mulai memahami perasaannya sendiri dan belajar untuk mengekspresikannya.
Hingga suatu ketika, dimana Eren mencoba menolong anak-anak burung surga dengan cara bergelantungan di sisian tebing dan bergantung pada pedang yang ia jadikan pegangan. Tangan kiri Eren bertumpu dengan pedang dan ia mencoba meraih sarang burung yang hampir jatuh dengan tangan kanannya. Akan tetapi, tanah tempat pedang Eren bertumpu longsor membuat Eren terjun bebas menuju jurang terdalam. Tanpa Eren sadari, dia diselamatkan oleh Levi. Levi terbang dengan sayap tunggal kanannya dan mencengkram kerah jubah Eren lalu mendaratkan Eren ke tempat yang aman.
Melihat Levi yang telah menolongnya, sudut bibir Eren terjungkit.
"Terima kasih telah menolongku, Levi. "
"Belum waktunya kau mati sekarang." balas Levi datar.
"Aku tak menyangka kau berada di wilayah ini. Apakah kau juga mengamati anak-anak burung itu?" tanya Eren sambil tersenyum simpul.
"Kau memiliki penampilan yang menakutkan tetapi nyatanya, kau adalah seseorang yang terbuka dalam menyatakan cintanya. Seperti menyelamatkan jiwa anak-anak yang sedang terlibat masalah-"
"Jangan salah paham! Aku hanya menunaikan tugas sebagai shinigami sambil menggunakan kemampuan yang telah dianugerahkan oleh Dewa Surga. Tidak ada cinta di dalam kamus seorang shinigami. Bagiku, cinta adalah kesia-siaan. "
"Benarkah? Aku rasa tidak seperti itu. Kau dapat menolong seseorang. Kuyakin itu dikarenakan cinta dalam dirimu yang menuntunmu ke arah yang tepat."
Eksistensi Eren tampak bersinar di mata Levi sehingga tanpa sadar naluri kegelapan Levi berupaya menguasai dirinya. Tangannya bergerak ke arah Eren, bernafsu untuk mencabut nyawa Eren.
...terlalu berkilau. ...seperti. ...sebuah cahaya.
...kuingin kau selalu berada di sisiku.
Eren terkesiap melihat wujud normal Levi berubah menjadi sosok tengkorak. Sayap tunggal kanannya juga bertransformasi menjadi sabit besar yang siap menelan nyawanya saat itu juga.
"Levi." ucap Eren lirih.
Suara Eren mengembalikan kesadaran Levi. Sabit besarnya lalu menghilang. Wujud tengkorak Levi kembali menjadi bentuk normalnya.
"Tadi...apa yang aku harapkan?" batin Levi. "Hatiku sepertinya terganggu oleh sesuatu..."
Aoko's Note :
Hai, aku kembali lagi dengan fic baru serta karakter yg juga baru. Ini fic lamaku yg terinspirasi dengan manga 07 Ghost, kalau kalian merasa pernah baca fic ini dengan karakter Kpop, itu yg nulis juga aku. Aku kali ini me-remake dengan karakter SnK karena merasa bahwa Levi dan Eren tepat sekali menjadi karakter utamanya.
Fic ini berbentuk two-shot, jadi chapter depan sudah tamat. Aku usahain akan meng-update secepatnya.
Ditunggu kritik saran demi kemajuan ku ya...
See U at the next chapter
XOXO
Aoko
[1] Bermakna Dewa Kematian dalam Bahasa Jepang.
