Assistant Park

"Prologue"

Disclaimer: Cheritz.

Story: Iwashima Fue

A/N: Oke, pertama saya buat MC menggunakan nama user saya, "Hyerin Park", walau sejujurnya saya enggak terlalu ngerti sama Korea, yah.. keliatannya Hyerin cukup feminin. Bisa dibilang ini sedikit OC buat saya, tapi imagenya adalah MC1 alias si brunette. Thx!


"Hyerin, maukah kau menjadi asistenku?" Ucap seorang pria dengan setelan elegan dan wajah tampan memberikan sebuah tawaran berupa profesi.. kepadaku di pesta megah ini.

"Aku.. aku akan sangat senang menerimanya, Jumin," ucapku, sembari tersenyum mengangguk mengonfirmasinya. Kemudian ia tersenyum senang, tak terlalu lebar, namun tak juga menghapuskan kesan tampan dan cool pada dirinya.

"Baguslah, Asisten Kang sudah selesai dengan pekerjaan ini dan aku tahu pengganti yang yang juga cocok," Aku mengangguk.. Jaehee, ia akan membuka sebuah kafe untuk meluruskan jalannya, untuk pertama kalinya ia merasa bergairah. Terima kasih untuk proyek kopi dan hobinya, aku pun turut berbahagia melihat wanita yang sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri tersebut bisa mewujudkan keinginannya.

"Terima kasih atas tawarannya, Jumin. Boleh aku tahu kapan aku harus mulai?"

"Tentu, temui aku di kantor C&R lima hari setelah pesta usai, jam 10 pagi, tak kurang, tak lebih, dengan pakaian formal. Mengerti?" Aku mengangguk dan kemudian membungkuk singkat. Ketika kunaikkan kembali kepala ini kulihat senyum menghiasi wajah tampannya.

"Aku senang kau menerima tawaran ini, Hyerin," aku tersenyum dan kemudian kembali kualihkan perhatianku pada Jaehee yang menyadari kehadiranku dan Jumin.

"Ah, Hyerin! Tuan Han.. apa yang kalian lakukan?"

"Tak ada, hanya bisnis.. dan.. oh, apakah kau sudah menerima bingkisanku?" Jaehee tersenyum dan membungkuk singkat.

"Ya, saya sudah menerimanya. Terima kasih, Tuan Han."

"Aku juga, terima kasih atas dedikasimu selama dua tahun ini, asisten Kang," dengan begitu semuanya berakhir.. maksudku, hubungan mereka sebagai atasan dan bawahan. Jaehee tampak tak sabar untuk memperlihatkan sesuatu padaku, aku senang bisa melihat paras cantiknya yang begitu bahagia.

Namun di saat yang sama aku tak cukup mampu untuk mewujudkan impiannya bersamanya..

"Begitu, ya? Baiklah, itu pilihanmu, Hyerin.. aku pun tak bisa memaksakan kehendakmu, kau pasti baik dariku," aku menggeleng dan terkekeh.. bagaimana bisa aku yang naif ini lebih baik darimu, noona?

5 days ago—

Pip, pip!

Pip, pip!

Pip, pip!

"Uhh.. berisik sekali," pagi.. Cahaya matahari menyinari dari celah jendela, membuatku silau dan segera terbangun. Alarmku tak cukup mampu untuk membangunkanku rupanya. Kuraih smartphoneku dan menatapnya cukup lama. Jam.. jam berapa ini?

10:05—Pergi ke C&R.

Ohh.. itu—

.

.

.

Lo?

"HYAAAAA! AKU TERLAMBAAAT!"

Cepat-cepat kubenahi diri membuka lemari, mencari setelan yang cocok dan memakai parfum sebanyak-banyaknya. Kutata rambut brunetteku serapi mungkin namun helai rambut yang bengkok akibat gencetan bantal ketika tertidur membuatku risih sehingga aku putus asa.

"Aahh.. aku tak punya waktu!" Kugunakan kemeja putih dan rok pencilku untuk dipadukan, segera kutatap diriku satu sampai dua detik di depan kaca dan buru-buru kembali.

.

.

.

.

Tap, tap, tap—

"Nona Hyerin?" Aku mengangguk cepat pada seorang resepsionis yang menanyakan namaku.

"Tuan Han sudah menunggu anda, sebelah sini," ucapnya dan kemudian segera meninggalkan tempat duduknya untuk memberitahuku kemana ruang yang akan kutuju.

Aku tampak merasa sangat bersalah dan canggung.. betapa cerobohnya diriku di hari pertama bekerja. Apanya yang lebih baik?! Aku bahkan menghancurkan kesan di hari pertama kerja!

"Nona?"

"I-iya?!"

"Anda sakit? Wajah anda merah," kuraba seluruh wajahku dan kembali tegap sembari menggeleng.

"T-tidak.. tidak apa-apa," ia tersenyum dan kudengar suara tawa kecil, ia menertawakanku. Ampuun.. aku sekonyol apa?! Uggh.. itu membuatku tambah tak percaya diri.

Ketika pintu dibuka kulihat dirinya yang menautkan kelima jari di depan hidung mancungnya, menatap dengan bosan.. iris abunya tak pernah mengekspresikan apapun kecuali untuk saat ini. Suasana ruangan begitu senyap ketika pintu super besar itu kembali ditutup, meninggalkan kami.. dua anggota RFA yang kini memiliki hubungan sebagai atasan dan bawahan.

Ia mendesah dan mengisyaratkan diriku untuk menghampirinya.

"Apa yang kubilang lima hari lalu, Hye—ehm, asisten Park?" Ia hampir menyebutkan nama depanku dan menggantinya dengan panggilan yang sama seperti Jaehee ketika ia menjabat sebagai kepala asisten di sini.

"Pe-pergi ke kantor C&R jam 10 tepat, tak kurang, tak lebih.." ia mengangguk pelan.

"Dan sekarang?"

"Se-sekarang jam 10:34, tuan.. Han," aku masih tak percaya aku harus memanggilnya dengan sebutan formal itu.. dan aku masih setengah sadar jika kini kakiku menapak di sebuah kantor megah di lantai 55 milik C&R, milik Jumin Han.

Segera kubungkukkan tubuhku.. sebungkuk-bungkuknya, menyatakan rasa bersalah dan permintaan maaf yang seberat-beratnya.

"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kecerobohan saya, tuan Han.."

..suara napas itu kembali kudengar.

"Baiklah, kali ini kumaafkan kesalahan—"

"Sa-saya.. saya memohon maaf sebagai asisten Park, tuan Han.." apa yang kukatakan?! Aku kelepasan! Kupikir ia memaafkanku karena aku adalah kenalannya, bukan sebagai freshman yang ceroboh.

"Asisten Park, aku mengerti hubungan kita sekarang adalah sebatas profesionalitas, tak ada RFA dalam ruangan ini.. lagipula mencari asisten yang tak jauh beda dengan asis—Jaehee itu merepotkan tanpa adanya bantuan V," ternyata benar..

"Sekarang, dibanding meributkan kesalahanmu di pagi hari dan membuang-buang waktu, akan lebih efektif jika kau segera mengurus agendaku dan beberapa kertas ini, asisten Park," aku menghampirinya lebih dekat, menuju meja dengan tumpukan kertas di atasnya.

Menggunung.. dengan map di antaranya.

"Kau bisa melakukannya?" Jumin segera menyadarkanku.

"Aku.. akan melakukan yang terbaik," ucapku, memantapkan diri.

"Aku suka keantusiasanmu, sebaiknya motivasi itu kau mantapkan pula dengan dedikasi, ketelitian, dan—" ia mulai melihatku dari bawah sampai atas. Aku merasa sangat malu ketika ia menaikkan kepalanya.

"..penampilan, apa kau sudah membilas pagi ini?"

Aku tak bisa menjawabnya, melainkan menggigit bibir.. tentu saja, membutuhkan waktu untuk pergi ke sini, aku pun tak mengiranya.

"Ada kamar mandi di ruang staf, kau bisa menggunakannya jika ingin," aku masih gugup mendengarnya. Mengapa.. Jumin yang berada di pesta dan ruang chat begitu berbeda?

"A-aku.. aku sepertinya akan menyelesaikan ini dulu—"

"Asisten Park, kerjakan semuanya dengan teliti, kuharap kau tak mengacaukan apa pun dan..Asisten Park?" Segera kubalikkan tubuhku menghadapinya yang membelakangiku. Tangan itu masih berada di dalam sakunya, kepalanya menengok dan mata itu melirikku, ekspresi masih tak tercemin di parasnya.

"Tolong jangan buru-buru mengenakan rokmu, aku tak ingin ada mata lain yang memperhatikannya."

Eh? Apa?

Apa yang dikatakannya?

Cepat-cepat kuputar tubuhku setelah ia menutup pintu, meninggalkan ruangan. Seketika rasa panas dalam wajahku semakin parah karena ritsleting yang terbuka lebar.

DUG!

Kakiku melemas dan kubiarkan lututku mencium ubin yang dingin.

"Ini.. hari pertama, baru pertama.."

TBC