Matahari dan Bulan
Cahaya dan kegelapan
Kedua hal yang tak pernah bisa bersatu, hanya dapat berdampingan dan melengkapi satu sama lain
Bagiku sosoknya terlihat bersinar terang bagaikan matahari yang selalu memberikan sinar kehidupan
Sedangkan diriku adalah mahkluk kegelapan yang selalu bersembunyi dibalik sinar rembulan
~(-)-(-)~
Disclaimer : Tite Kubo
Rate : T
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Pair : Aizen x Orihime
(AiHime)
~ Matahari dan Bulan ~
WARNING : TYPO'S, AU, OOC, OC, NO BAKU, EYD BERANTAKAN, CRACK PAIR, ALUR KADANG CEPAT DAN LAMBAT, DLL
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X0X
Seorang gadis bersurai orange kecokelatan menatap sendu serta sedih dari balik jendela tandunya sebuah desa yang hangus terbakar akibat menjadi medan perang melawan para Hollow dan pandangan matanya terhenti pada sosok gadis kecil dalam balutan Yukata merah muda polos yang sudah bercampur dengan darah dan tanah tergeletak dalam posisi tertelungkup mendekap sebuah boneka usang.
"Berhenti," perintahnya dengan nada suara agak keras.
Para pengawal pun menghentikan langkah kaki mereka dan seorang pengawal berdiri disamping tandu, "Ada apa Orihime-sama?" tanyanya dengan sopan dan penuh hormat.
"Bisakah kalian membantuku menguburkan jasad gadis kecil itu," tunjuk Orihime pada sosok gadis kecil yang tak jauh dari tandunya.
"Maafkan kami Orihime-sama, tapi..."
"Aku mohon," pintanya dengan nada memohon dan sang pengawal pun luluh dengan permintaan sang Nona.
"Baik, akan kami lakukan untuk anda,"
Orihime tersenyum senang, "Terima kasih."
Beberapa pengawal langsung menggali tanah untuk menguburkan jasad gadis kecil itu berserta bonekanya sedangkan Orihime pergi memetik beberapa tangkai bunga untuk ditaruh diatas makam tapi saat hendak memetik bunga Sakura tanpa sengaja Orihime menemukan seorang pria bersurai cokelat panjang dalam balutan pakaian serba putih tengah bersandar dibawah pohon Sakura dengan tubuh terluka parah bahkan bisa Orihime lihat sebuah lubang besar di perutnya yang meneteskan darah segar, keadaannya sungguh mengkhawtirkan sekali.
"Anda tak apa?" Orihime berlari menghampiri pria asing itu dengan wajah panik, cemas bercampur takut.
Pria itu menatap tajam sosok Orihime yang menghampirinya, "Pergi! Jangan mendekat," bentaknya dingin.
Sebuah cahaya kuning ke emasan tiba-tiba melingkupi tubuh pria asing itu dan ternyata Orihime yang melakukannya, "Aku tak akan berbuat jahat pada anda, biarkan aku menolong," ujar Orihime dengan nada seramah mungkin.
Pria itu terdiam kaget karena tak menduga kalau gadis berpenampilan lemah itu memiliki kekuatan roh yang begitu menakjubkan juga dasyat. Perlahan-lahan seluruh luka ditubuh pria asing itu berangsur sembuh bahkan lubang besar didalam perutnya langsung menutup cepat sebuah hal yang menakjubkan bahkan para tim medis ahli serta handal miliknya dikerajaan tak mampu melakukan penyembuhan secepat ini.
Orihime tersenyum lega dan senang, "Luka anda sudah sembuh dan..."
"ORIHIME-SAMA!" teriak para pengawal dari kejauhan.
"Maaf aku harus pergi, para pengawal sudah mencariku," Orihime beranjak pergi meninggalkan pria itu namun satu tangannya di cengkeram erat membuatnya menoleh kebelakang menatap pria asing itu penuh tanya, "Kau tau siapa diriku?" tanya pria itu dengan nada penuh selidik.
"Tidak. Tapi siapapun anda, menolong seseorang yang tengah terluka bukanlah sebuah perbuatan salah," ujar Orihime.
"Sekalipun itu musuhmu,"
"Ya," ucap Orihime penuh keyakinan.
Senyuman miring menghiasi wajah pria asing itu dan menatap Orihime penuh arti, "Dan bisakah anda melepaskan cengkeraman tangan anda,"
Pria asing itu pun melepaskan cengkeramannya dan dengan cepat Orihime berlari menghampiri para pengawalnya tanpa menyadari kalau pria yang sudah ditolong tadi terus memandanginya penuh arti serta intens.
"Untuk kali ini aku melepaskanmu tapi tidak untuk yang selanjutnya, Orihime." Desisnya dengan seringai diwajah.
Sebuah lubang berukuran cukup besar terbentuk dibelakang tubuh pria itu lalu seorang pria bersurai hitam dengan iris Emerald yang merupakan seorang Espada keluar menghampiri pria bersurai cokelat panjang itu.
"Maafkan hamba karena datang terlambat," ucapnya penuh sesal.
"Dimana pasukanmu?" tanyanya.
"Mereka sedang berada digerbang perbatasan selatan menunggu perintah,"
"Tarik kembali semua pasukan dan kumpulkan seluruh Espada karena ada hal yang ingin aku sampaikan,"
"Baik, Aizen-sama."
Aizen pun masuk kedalam lubang hitam besar yang dibuatnya di ikuti pria bersurai hitam itu.
~(-)-(-)~
Gundukkan tanah dengan sebilah kayu diatasnya, makam gadis kecil yang ditemukan Orihime tadi tak lupa bunga Sakura yang dipetiknya tadi ditaruh diatas makam, Orihime menekuk kedua lulutnya membiarkan Kimono-nya bersentuhan dengan tanah, kedua tangan terlipat didepan dada lalu matanya terpejam seraya melantukan doa dalam hati untuk kedamaian jiwa gadis kecil itu.
Setetes air mata menetes dari iris abu-abu milik Orihime, "Ma-maafkan aku..." isaknya.
"Hiiiikshh..." Orihime menangis kencang di depan makam gadis kecil itu.
Para pengawal yang menyaksikannya hanya bisa berdiri diam ikut merasa sedih untuk sang Nona. Mereka tahu kalau hati Orihime sangat baik dan lembut, walau berstatus sebagai seorang putri sekalipun putri yang terbuang karena keluarga kerajaan mengasingkannya setelah sang raja terdahulu wafat dan digantikan oleh Byakuya, kakak tiri Orihime sekaligus putra mahkota penerus kerajaan Soul Society.
Walaupun diperlakukan tak adil, diasingkan bahkan tak dianggap oleh keluarga istana tak pernah sedikitpun ia membenci keluarga kerajaan dan menerima semuanya dengan lapang dada serta ikhlas.
Kini setelah di usir dari istana dan gelar putrinya dicabut Orihime tinggal disebuah mansion besar milik keluarga sang ibu ditemani oleh beberapa puluh pelayan serta pengawal yang masih setia dan loyal pada mendiang sang ayah.
Nama marganya pun bergantai menggunakan nama keluarga milik sang ibu, Inoue karena ia tidak diperbolehkan menggunakan nama Kuchiki dibelakang namanya.
"Orihime-sama, ayo kita pulang sebentar lagi hari sudah sore,"
Orihime menyeka air matanya dengan kedua tangan, "Baiklah,"
Selama perjalan pulang Orihime terlihat termenung menatap indahnya langit sore yang berwarna orange sama seperti warna rambutnya yang didapatkan dari mendiang sang ibu. Air matanya harus kembali menetes tak kala melewati sebuah desa dimana para penduduknya terlihat kelaparan menambah rasa bersalah dihati andai saja perang ini bisa dihentikan dan seluruh penduduk bisa hidup dengan tenang serta damai Orihime rela melakukan apapun sekalipun harus mengorbankan nyawa.
.
.
.
.
.
.
.
Hueco Mundo sebuah tempat gersang dan bertandus karena sejauh mata memandang hanya akan terlihat hamparan gurun pasir tanpa ada satupun pepohon hijau terlihat tumbuh dan kalau ada tanaman itu hanya berupa pohon mati tanpa adanya daun sehelai pun karena ditempat ini pepohanan ataupun bunga-bunga tak dapat tumbuh karena tak ada matahari hanya ada sebuah bulan besar yang bersinar menyinari Hueco Mundo selama ribuan tahun ini, mengingat Hueco Mundo adalah tempat tinggal para pada Hollow, Menos atau Gillian, Arrancar, Aducjhas, Vasto Lorde atau biasa disebut sebagai Espada sebuah evolusi tertinggi dari pada Hollow musuh dari para Shinigami penghuni kerajaan Soul Society.
Di tempat yang di kenal sebagai kerajaan kegelapan ini atau Las Noches di pimpin oleh mantan komandan Gotei tiga belas yang beberapa ratus tahun lalu berkhianat lalu mendirikan kerajaan sendiri bahkan mampu menciptkan Espada sebuah evolusi tertinggi dari Hollow yang kekuatannya setara dengan para komandan Gotei tiga belas, Sousuke Aizen.
Sosok Aizen sendiri sangat gagah dengan rambut cokelat yang ditata ke belakang memiliki wajah tampan nan menawan namun pandangan matanya terlihat dingin serta tajam. Tak hanya para penghuni Hueco Mundo yang takut serta segan pada sosok Aizen, bahkan pihak kerajaan Soul Society takut karena Aizen berserta pasukan Espada-nya mampu mengalahkan seluruh Komandan Gotei tiga belas bahkan memporak-porandakan divisi nol, membuat sekarat seluruh anggota divisi kelas elit tersebut karena pihak Soul Society mengibarkan bendera perang dengan menyerang Hueco Mundo untuk merebut Hogyoku atau bisa dibilang bola kehancuran dari tangan Aizen.
Hogyoku sendiri adalah sebuah bole kecil, berwarna ungu kebiruan yang tersusun dari unsur khusus yang dianggap mampu untuk menghilangkan batasan antara Shinigami dan Hollow, membuat suatu ras memperoleh kekuatan dari yang lainnya. Meski, kekuatan sejati dari Hogyoku adalah kemampuan untuk merasakan perasaan dari lingkungan disekitarnya dan mewujdukan keinginan terdalam mereka.
Hanya ada dua Hogyoku di dunia ini yang satu berada ditangan Sousuke Aizen sedangkan yang satunya belum diketahui sama sekali dan masih banyak orang mencarinya namun belum bisa menemukannya. Karena kemampuan sejati dari Hogyoku adalah kemampuan untuk menyerap keinginan orang disekitar dan mewujudkan keinginan orang itu menjadi kenyataan.
Dan hampir satu abad berlalu peperangan terjadi antara kerajaan Hueco Mundo dan Soul Society untuk memperebutkan daerah kekuasaan juga bola itu karena memiliki kekuatan dasyat dan sudah banyak korban berjatuhan dari perang berkepanjangan ini dan tidak ada satu-pun dari kedua belah pihak berniat untuk menghentikan peperangan. Isak tangis kesedihan karena kehilangan para anggota keluarga karena perang selalu terdengar hampir setiap hari dan asap pembakaran dari jasad para Shinigami yang gugur selalu menghiasi langit Soul Society.
Banyak orang berharap serta berdoa agar perang panjang ini berkesudahan juga berakhir agar tidak membawa bencana juga kesedihan mendalam untuk orang-orang karena harus merasa kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Dan sepertinya para dewa mendengar setiap doa mereka yang mengharapkan kedamaian untuk negeri ini karena beberapa waktu lalu Hueco Mundo mengusulkan perjanjian damai dengan Soul Society.
Sang Raja penguasa Negeri kegalapan itu meminta menikah dengan seorang putri yang memiliki ciri-ciri rambut bewarna orange kecokelatan panjang, iris mata berwarna abu-abu dan memiliki senyuman seindah mentari dan ciri-ciri itu dimiliki oleh Orihime sang putri terbuang, sebagai perjanjian damai serta kerjasama dua kerajaan mengingat saat ini kerajaan Soul Society sendiri tengah berperang melawan para Quincy dan pendeta suci yang melakukan kudeta ingin menguasai kerajaan roh tersebut. Dan perjanjian yang ditawarkan pihak Hueco Mundo bagi mereka seperti angin segar sekaligus badai dan mereka hanya diberi waktu empat puluh delapan jam untuk memberikan jawaban.
"Kyoraku, sampaikan surat perintah dariku untuk Orihime dan katakan kalau ini adalah tugasnya sebagai seorang putri Soul Society." Titah sang Raja.
"Baik, Yang mulia." Sahutnya.
Saat Kyoraku datang bersama dengan Gin sang perdana menteri ke kediamannya membuat Orihime kaget dan tak menduga kalau pihak kerajaan akan datang. Orihime menyambut dan menjamu keduanya dengan sangat baik mengingat keduanya adalah pejabat kerajaan.
"Apa yang membuat Tuan-Tuan datang ke kediaman kecilku," ujar Orihime.
Kyoraku memberikan sebuah gulungan surat dengan lambang kerajaan di depannya, "Ini adalah surat perintah Raja untuk anda,"
Orihime langsung membukanya kemudian membacanya, sesaat kedua iris abu-abunya melebar sesaat lalu tersenyum kecil menatap kedua pejabat istana didepannya, "Aku bukanlah seorang putri lagi dan tak pantas menjadi pendamping Raja Hueco Mundo yang gagah itu," tolak Orihime halus.
"Aku mohon padamu, Nona Orihime. Hanya kau satu-satunya harapan kami semua, apapun akan aku lakukan untukmu bahkan menyerahkan nyawaku sekalipun aku rela," Kyoraku bersimpuh didepan Orihime sedangkan Gin hanya tesenyum melihat aksi ketua Komandan Gotei tiga belas itu.
"Keselamatan seluruh rakyat Soul Society ada ditanganmu, aku mohon padamu pertimbangkanlah keputusanmu," sambung Gin mencoba membantu Kyoraku membujuk Orihime.
Gadis bersurai orange kecokelatan ini tersenyum kecil, "Angkatlah kepalamu, Kyoraku-san, kau tak pantas merendahkan dirimu padaku yang hanya seorang rakyat jelata, akan memenuhi perintah sang raja,"
Wajah Kyoraku tersenyum senang, "Terima kasih, Nona Orihime. Kau dewi penyelamat negeri ini,"
"Kau terlalu berlebihan, tapi sebelunya Tuan perdana menteri bolehkan aku meminta beberapa hal pada raja dan bisa kau sampaikan padanya," Orihime melirik ke arah Gin penuh arti.
"Silahkan Nona dengan senang hati aku akan mendengarnya juga menyampaikannya pada Raja," Gin tersenyum ramah.
"Terima kasih."
Gin mendengarkan keinginan Orihime sebagai balasan pengorbanan gadis itu pada negeri roh tesebut. Gadis bersurai orange kecokelatan ini meminta pihak kerajaan Soul Society membantu beberapa desa yang tengah mengalami kelaparan dan membantu perekenomian desa-desa kecil di sekitar Rokungai. Jika menikahi penguasa kerajaan kegalapan itu bisa membuat kehidupan di Soul Society menjadi damai Orihime rela dan tak akan menyesali keputusannya sama sekali.
Setelah berpamitan pada seluruh pelayannya, Gin dan Kyoraku langsung mengantar Orihime ke gerbang perbatasan karena hanya tinggal lima jam lagi waktu yang diberikan Aizen habis, saat tiba di gerbang perbatasan seorang Espada bersurai hitam bermata Emerald berdiri menunggu dan dibelakangnya bisa Kyoraku lihat ribuan Hollow, Adjuchas serta Menos Grande berbaris rapih menunggu perintah sang komandan.
"Apakah perlu membawa pasukan sebanyak ini hanya untuk menjemput seorang gadis," sindir Gin menatap tajam puluhan barisan para Hollow dibelakang Ulquiorra.
"Hanya untuk berjaga-jaga, jika kalian tak bisa menerima perjanjian damai yang Aizen-sama tawarkan," tukas Ulquiorra dengan ekspresi datar.
Gin terkekeh pelan, "Tapi, kami sudah bawakan Orihime,"
Orihime berjalan maju menghampiri Ulquiorra dengan wajah dibuat setenang mungkin walau kenyataannya saat ini Orihime sangat takut hingga kedua kakinya gemetaran saat berjalan.
Iris Emerald Ulquiorra menatap tubuh Orihime dari atas sampai bawah, "Bagaimana aku bisa yakin kalau gadis ini adalah yang Aizen-sama maksud dan kalian tidak menipu kami," ujar Ulquiorra penuh curiga.
Kyoraku terlihat geram dan ingin meninju wajah Espada sombong itu, "Bukankah Aizen mengatakan kalau menginginkan gadis cantik bersurai orange kecokelatan panjang dengan iris abu-abu dan kini kami sudah membawakannya," teriak Gin kesal.
"Dari segi fisik memang sesuai tapi ada satu hal lagi yang harus aku pastikan," Ulquiorra menarik pedangnya lalu memotong tangan kirinya semua terlihat kaget dan panik apalagi Orihime yang tubuhnya gemeteran hebat melihat Espada bermata Emerald itu mengeluarkan darah segar.
"Jika kau memang gadis itu, kau pasti bisa menyembuhkan luka ditanganku," ujar Ulquiorra penuh keyakinan.
"Jangan bercanda Ulquiorra, mana mungkin dia bisa melakukannya," teriak Kyoraku.
"Kalau dia tak bisa melakukannya, apa yang kau lakukan?" timpal Gin.
"Membunuhnya dan menyerang kalian," sahut Ulquiorra dingin.
Kyoraku dan Gin ikut merasa tegang sekaligus takut karena mana mungkin Orihime memiliki kekuatan sedasyat itu mengingat sejak kecil tak pernah sekalipun berlatih atau mempelajari ilmu Shinigami.
Dengan sedikit ragu dan takut Orihime mengarahkan kedua tangannya tepat ke arah Ulquiorra dan sebuah cahaya kuning ke emasan melingkupi tangan Ulquiorra dan ajaibnya tangan yang tadi putus kini tumbuh kembali sebuah hal yang tak mungkin dilakukan oleh siapapun di kerajaan roh ini sekalipun orang itu berlevel komandan tertinggi.
Ulquiorra tersenyum kecil dan merasa yakin kalau Orihime adalah gadis yang Aizen maksud, tanpa membuang waktu lagi ia langsung menggendong lalu membawa Orihime ke istana dengan menggunakan jurus cepat miliknya.
"Sepertinya kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga." Gumam Gin dengan nada sedikit kecewa karena baru mengetahui kekuatan istimewa dan dasyat yang dimiliki Orihime pantas saja jika Aizen menginginkannya.
.
.
.
.
.
.
.
Dan hari ini adalah pernikahan sang penguasa Hueco Mundo, Aizen dengan mantan tuan putri kerajaan Soul Society sebagai perjanjian damai juga kerjasama antar kedua kerajaan. Seharusnya ini adalah saat-saat terindah sekaligus membahagiakan untuk Orihime tapi tak ada satupun dari keluarganya ataupun pihak Soul Society hadir menjadi saksi di hari pernikahannya.
"Haah~" Orihime menghela nafas kasar.
Iris abu-abunya menatap datar penampilannya dalam cermin. Bibir tipisnya yang sehari-hari pucat kini sudah menjadi merah menggoda bahkan rambut panjangnya digelung keatas memperlihatkan leher janjangnya dengan sebuah kalung putih berliontin berlian merah melingkari leher, cadar transparan dipakainya diatas kepala dan tak ketinggalan sebuket bunga Lilly putih digeganggamnya kuat-kuat.
Tak lama setelah sampai dikerajaan ini Orihime langsung dibawa ke sebuah kamar dan tak lama para pelayan yang merupakan para Adjuchas wanita mendandaninya secantik mungkin bahkan gaun pengantin cantik nan mewah pas dengan ukurannya sudah disiapkan oleh mereka dan Orihime benar-benar dibuat kaget karena tak mengira kalau pernikahannya akan secepat ini bahkan dirinya belum ada satu hari menginjakkan kakinya ditempat ini dan melihat wajah Aizen saja belum dan wajahnya seperti apa, karena dirinya pernah mendengar dari segelintir orang kalau sosok penguasa Heuco Mundo itu begitu menyeramkan dengan banyak gigi tajam serta memiliki cakar juga wajahnya pun mengerikan.
Tapi sekalipun Orihime menikahi seorang monster kejam dan menyeramkan, ia tak akan lari ataupun menyesalinya sama sekali karena ini sudah keputusannya dari awal menerima pernikahan politik yang ditawarkan pihak Soul Society demi kedamaian serta kesejahteraan kerajaan kecil peninggalan sang ayah yang kini tampuk kekuasaan berada ditangan kakak satu ayah namun berbeda ibu, Sora.
Pintu kamar ruang rias terdengar terbuka, seorang Espada cantik bersurai hijau panjang bergelombang mengenakan long dress putih dengan garis hitam diujung gaunnya menyembul masuk, "Selamat datang di kerajaan ini Orihime-sama." Ia membungkuk memberi hormah pada sang calon ratu.
Orihime melirik ke arahnya lalu tersenyum kecil, "Perkenalkan nama hama Nelliel, salah satu pelayan di kerajaan ini dan akan menjadi pelayan pribadi anda nantinya." Ujarnya memperkenalkan diri serta tugasnya.
"Aizen-sama sudah menunggu anda. Mari kita pergi Orihime-sama." Nelliel mengulurkan tangan kanannya namun Orihime diam tak menanggapi ajakan Nellei dan masih diam di depan cermin menatap gelisah penampilannya.
"A-pa aku sudah terlihat cantik?" tanya Orihime gugup karena tak percaya diri dengan penampilannya padahal para pelayan Adjuchas wanita sudah mendandaninya lebih dari dua jam.
Senyuman kecil mengembang diwajah Espada bersurai hijau ini, ditatapnya pantulan wajah sang calon ratu dalam cermin, "Anda adalah pengantin tercantik di dunia ini, hamba yakin Aizen-sama pasti suka dan jatuh hati melihat penampilan anda."
Orihime tampak tersenyum dengan kedua pipi merona, "Te-terima kasih, Nelliel."
"Sama-sama,"
Nelliel mengulurkan tangan kembali disertai senyuman lebar, "Mari, Orihime-sama,"
"Ya." Orihime meraih tangan Nelliel dengan senang hati lalu mengikuti langkah kaki Espada cantik itu keluar kamar.
Saat berjalan kedua kaki Orihime terasa berat ketika melangkah keluar, bukan karena gaun yang dikenakannya atau sepatu tinggi yang dipakainya melainkan karena rasa gugup, takut, cemas ketiganya bercampur aduk menjadi satu membuat tubuhnya merasa tegang juga berat.
Nelliel diam-diam memperhatikan ekspresi wajah Orihime dari ujung matanya, "Hamba tahu pasti saat ini Orihime-sama pasti tengah merasa gugup dan dulu hamba juga merasakan yang saat ini tengah anda rasakan," Nelliel berbagi cerita dan pengalamannya sewaktu menikah dengan sang suami dulu, hal ini dilakukan Nelliel untuk membuat hati Orihime sedikit tenang dan menghilangkan rasa cemas serta gugup dihati.
"Hamba yakin, Aizen-sama pasti bisa membahagiakan anda," kata Nelliel penuh keyakinan.
Orihime hanya bisa tersenyum kecil menatap Espada disampingnya seraya berharap apa yang dikatakan Nelliel benar terjadi kalau pria itu bisa membuat ia bahagia dan tak menyiksanya nantinya.
Nelliel mengatar Orihime ke altar pernikahan karena disana sang Raja beserta pendeta sudah menunggu sang pengantin cantik bersurai orange kecokelatan ini, seorang tuan putri yang terbuang di kerajaan Soul Society.
Orihime menghela nafas cepat dan berusaha meneteralkan debaran jantungnya saat ini yang terus berdetak cepat. Saat Orihime datang langsung menjadi pusat perhatian dan semua mata memandang lurus ke arahnya, menambah rasa gugup dan takutnya saja.
"Tenang Orihime. Tenang. Semuanya pasti berjalan lancar." Batin Orihime.
Dengan langkah kaki sedikit gemetar Orihime berjalan seorang diri diatas altar tanpa ada yang mendampingi namun ada dua orang Adjuchas berparas cantik berjalan didepan menaburkan bunga mawar merah, sementara itu Aizen berdiri gagah disamping sang pendeta menunggu. Iris Hazel milik sang raja Hueco Mundo menatap tajam serta intens pada Orihime dan itu membuatnya gugup, takut dan gemetar.
Jantung Orihime berdegup kencang karena sosok Aizen sendiri bisa dikatakan sangat tampan juga gagah dalam balutan tuxedo hitam dan sosoknya yang selama ini diceritakan oleh orang-orang salah besar karena pria yang tengah berdiri menatapnya sangat tampan dan menawan hati.
Satu alis Orihime terangkat karena menyadari kalau sang pengantin pria mengenakan tuxedo hitam bukan berwarna putih seperti yang dikenakannya saat ini. Hitam dan putih. Kedua warna yang terlihat kontras dan berbeda. Sebenarnya Orihime ingin bertanya mengapa Aizen memakai tuxedo hitam bukan putih tapi bibirnya terkatup rapat karena saat ini sedang prosesi pernikahan dan tak lucu jika pernikahan harus ditunda karena sang mempelai pria mengganti jasnya karena warnanya tidak serasi dengan sang pengantin wanita.
Proses upacara pernikahan berjalan cepat dan khidmat, semua orang yang hadir terlihat tenang mengikuti setiap acara namun setelah Aizen memberikan ciuman pernikahan yang terasa dalam, tak lama terdengar suara riuh disertai isak tangis dari para pelayan yang menyaksikan prosesi pernikahan.
"Aizen-sama, Orihime-sama." Teriak Nelliel haru.
Espada cantik ini terlihat senang bahkan meneteskan air melihat sang Tuan menikah dan memiliki pendamping yang sangat cantik juga manis. Cita-cita dan keinginannya melihat sang sang raja memiliki seorang istri kini terkabul dan menjadi kenyataan.
"Kami semua ikut bahagia dengan pernikahan anda, Aizen-sama." Isak Nelliel dengan wajah tersenyum bahagia.
Pernikahan yang terjadi hari ini bisa dibilang berbau politik karena pihak Soul Society sengaja menikahkan Orihime dengan Aizen demi kelangsungan negeri para roh itu sekaligus meminta perlindungan Aizen dari serangan para Quincy karena hanya Aizen dan anak buahnya saja yang mampu menandingi kerajaan yang dipimpin Yhwach itu. Tak ada pesta pernikahan yang digelar setelah upacara pernikahan mengingat Aizen dan anak buahnya harus pergi ke perbatasan membantu pihak Soul Society melawan dan memukul mundur pasukan Quincy karena tak lama setelah kepergian Orihime ke Hueco Mundo, para Quincy dan para pendeta suci datang menyerang mengakibatkan salah satu Komanda tewas, Juushiro Ukitake melindungi sang Raja.
Aizen langsung melepas jas hitamnya dan berganti pakaian mengenakan jubah putih panjang baju kebesaran kerajaan Hueco Mundo atau bisa dibilang Lash Noches dan diluar gerbang istana ribuan anak buahnya berupa Hollow, Adjcuhas serta Menos Grande menunggu dengan di komandoi para Espada dan selama dirinya pergi istana dijaga ketat serta dipasang perisai khusus agar tak ada satupun Shinigami, Quincy atau bahkan para pendeta suci tidak bisa masuk dan menyerang istana selagi dirinya tak ada.
Orihime ikut mengantar kepergian sang suami ke medan perang bersama dengan Nelliel, "Tunggu, Aizen-sama." Teriak Orihime seraya berlari menghampiri Aizen.
"Ada apa?" Aizen melirik tajam sang istri yang terlihat berlari kecil menghampiri.
Orihime memakaikan sebuah gelang kain berwarna merah ditangan kanan Aizen, "Aku berharap serta berdoa anda dan seluruh pasukan bisa pulang dengan selamat hanya ini yang bisa aku lakukan." Ucap Orihime penuh harap disertai rasa cemas.
"Terima kasih." Azien mengecup singkat kening sang istri kemudian pergi menghilang masuk kedalam lubang hitam besar yang dibuatnya.
Baru juga Orihime menikah dan belum ada satu jam statusnya berubah dari seorang gadis menjadi seorang istri tapi kini sudah ditinggal pergi sang suami ke medan perang. Kepergian Aizen sendiri membantu pihak Soul Society memukul mundur para Quincy.
Dan setelah mengantarkan kepergian Aizen berserta pasukannya, Nelliel mengantar sang Ratu ke kamarnya.
"Ini kamar Aizen-sama," Nelliel mempersilahkan Orihime masuk.
Iris abu-abu Orihime menatap kagum dan kaget kamar Aizen, "Besar dan mewah," seru Orihime.
"Aizen-sama memiliki selera yang bagus dan semua barang-barang dikamar ini berkualitas nomor satu," Nelliel membuka sebuah lemari berpintu empat yang memperlihatkan banyak gaun putih panjang pakaian ciri khas kerajaan Hueco Mundo juga pakaian tidur tipis berbahan sutra kualitas terbaik terpajang rapih di sampingnya, "Semua sesuai ukuran anda," ujar Nelliel dengan wajah tersenyum.
"Te-terima kasih,"
Orihime bernafas lega dalam hati karena selama perjalan ke Hueco Mundo, ia berpikir akan tinggal didalam penjara besi dengan tangan serta kakinya terikat rantai tapi pemikiran buruknya salah besar karena Aizen serta seluruh pelayan istana memperlakukannya dengan sangat baik serta sopan.
"Kau bisa kembali ke ruanganmu Nelliel, terima kasih untuk hari ini,"
"Aizen-sama sudah memerintahkanku untuk selalu melayanimu hingga anda terjaga dan aku harus menjalankannya,"
Orihime menghela nafas berat, "Kalau begitu bantu aku melepaskan gaun ini," pinta Orihime.
"Baik, Orihime-sama."
Sepertinya di istana ini Orihime benar-benar diperlakukan bak seorang putri bahkan sangat dimanja sebuah hal yang tak bisa didapatkannya saat berada di istana mengingat sejak kecil dirinya selalu disisihkan pihak keluarga kerajaan karena tak memiliki kekuatan roh dan bertubuh lemah.
Tapi diam-diam tanpa orang ketahui kalau Orihime memiliki kekuatan terpendam bak dewi karena didalam tubuhnya terdapat Hogyoku sumber kehidupannya yang selama ini dicari oleh banyak orang. Orihime terlahir dengan tubuh lemah bahkan nyaris mati dan demi menyelamatkannya sang ibu menanamkan Hogyoku ke tubuhnya, tak ada siapapun yang mengetahuinya termasuk mendiang sang ayah, Raja Soul Society terdahulu.
Gadis cantik bersurai orange kecokelatan dengan iris abu-abu terlihat berdiri menengadahkan wajah menatap bulan dari depan balkon kamar. Gaun tidur berwarna satin yang dikenakannya berkibar terkena hembusan angin, iris abu-abunya menatap dalam serta sendu bulan purnama yang terlihat bersinar terang menerangi gelapnya Hueco Mundo, tangannya terkepal erat di depan dada, "Aizen-sama." Panggilnya lirih.
"Ini seminggu berlalu tapi kenapa anda belum pulang bahkan memberi kabar pun tidak." Orihime bermenolog seorang diri dan hanya hembusan angin yang menemani serta mendengar.
Disetiap kata-kata Orihime terselip nada rindu dan cemas untuk penguasa Hueco Mundo itu, karena bagaimana pun kini ia adalah istri Aizen, bukan hal aneh jika kini Orihime merasa rindu juga kesepian ditinggal sang suami. Walau pernikahan mereka berdua berbau politik dan demi kepentingan Soul Society tapi didalam hati dirinya sudah bertekat bulat akan menjadi istri yang baik dan melayani sang suami karena janji yang diucapkan didepan pendeta bukanlah bohong atau sekedar ucapan saja.
"Orihime-sama, makan malam sudah siap." Ucap seorang Arrancar wanita berpakaian pelayan.
Orihime membalikkan tubuhnya cepat menatap datar Arrancar wanita itu yang tengah berdiri dengan wajah menunduk hormat, "Aku ingin makan di kamar." Pinta Orihime kemudian berjalan masuk ke dalam kamar.
"Baik, akan hamba siapkan." Arrancar wanita ini langsung pergi meninggalkan kamar.
Orihime duduk di sofa panjang berukuran besar berwarna merah marun dengan meja kecil berbentuk oval transparan didepannya dan setangkai bunga mawar merah terpajang indah didalam vas bunga kaca. Untuk beberapa saat Orihime memandang penuh arti bunga mawar diatas meja lalu tangannya terulur kedepan meraihnya kemudian menghirup dalam-dalam aroma bunga yang memiliki arti dari cinta, cantik, aku cinta padamu, rasa hormat, keberanian itu dan setelah menghirupnya perasaan Orihime menjadi lebih tenang.
Setiap pagi para pelayan selalu mengganti bunga Mawar itu dengan yang baru, entah dari mana mereka mendapatkannya, mengingat tak ada satupun tumbuhan yang tumbuh disini. Pernah sekali Orihime bertanya dari mana asal bunga mawar itu dan betapa terkejutnya kalau bunga indah itu adalah pemberian Aizen karena sang Raja memerintahkan mereka untuk selalu menaruh setangkai bunga Mawar segar didalam kamar. Terkejut dan senang Orihime mengetahui hal itu, karena ternyata sang suamu begitu perhatian juga romantis padahal penampilan Aizen terlihat dingin juga kejam tapi kita tak bisa menilai seseorang hanya dari balik penampilannya saja.
Orihime mendekap erat bunga Mawar itu, "Terima kasih atas bunganya Aizen-sama." Batin Orihime senang.
Orihime terlalu asik dengan lamunan serta dunianya sendiri hingga tak menyadari kalau Nelliel datang dan kini tengah menghidangkan makan malam diatas meja, "Apakah anda sedang memikirkan Aizen-sama." Seru Nelliel membuat gadis bersurai orange kecokelatan ini terlonjak kaget dengan wajah sedikit merona.
Nelliel tersenyum geli melihat reaksi terkejut dari Orihime dan ternyata tebakannya benar, "Maaf jika hamba menggagetkan anda. Makan malam sudah siap, silahkan dinikmati." Nelliel menaruh serbet putih diatas paha Orihime lalu berdiri disamping sang ratu menunggu serta menemaninya makan malam hingga selesai karena memang ini sudah tugasnya.
Iris abu-abu Orihime memandang tak selera masakan yang tersaji diatas meja, ia pun menatap Nelliel, "Aku tak berselera makan." Akunya.
"Anda harus tetap makan. Hamba tak ingin Aizen-sama marah saat pulang nanti karena Ratunya terlihat kurus dan tak terurus." Omel Nelliel.
"Tapi..." Orihime menggantungkan kalimatnya atau lebih tepatnya takut melanjutkan perkataan karena ditatap Nelliel.
Orihime mendesah cepat dan meraih sendok, "Baiklah aku akan makan." Orihime menyerah dan memilih untuk menyantap makan malamnya walau dengan terpaksa karena takut Nelliel marah padanya. Hanya Espada bersurai hijau ini saja yang dekat, akrab dengan Orihime bahkan sering memarahi sang ratu jika telat makan atau kurang istirahat dan Orihime sendiri tak merasa marah ataupun terganggu dengan sikap Nelliel walau statusnya sebagai pelayan pribadinya tapi Orihime sendiri sudah menggap Nelliel seperti seorang teman.
Setelah makan malam Orihime kembali melanjutkan kegiatannya berdiri di depan balkon memandangi bulan kegiatan yang selama seminggu ini dilakukan Orihime disini karena tak ada hal yang bisa ia kerjakan mengingat Nelliel selalu melarangnya keluar dari istana padahal Orihime ingin melihat pemandangan disekitar Hueco Mundo.
Orihime ketiduran di balkon dan tak mengetahui kalau sang suami telah pulang dari perang, hal pertama yang ingin Aizen lakukan adalah bertemu sang istri dan melihat gadis bersurai orange kecokelatan itu apakah baik-baik saja atau tidak.
Secangkir kopi hitam tanpa gula tersaji hangat diatas meja, seorang pria bersurai cokelat dengan tatanan rambut ke belakang duduk santai di kursi, kedua iris Hazel miliknya menatap fokus seorang gadis cantik bersurai oranye kecokelatan panjang yang tengah tertidur lelap dalam balutan mini dress berwarna putih satin di sampingnya.
Jari jemarinya menyentuh lembut wajah gadis bersurai oranye kecokelatan itu yang kini sudah berstatus sebagai istrinya sekaligus Ratu dikerajaannya, Lash Noches.
"Akhirnya aku mendapatkan dirimu, Hime." Batinya senang.
Aizen jatuh cinta pada pandangan pertama pada sosok Orihime yang menurutnya sangat cantik dan memiliki kelembutan hati serta kekuatan dasyat tak terduga bak seorang dewi. Dengan memiliki Orihime menurutnya adalah sebuah keberuntungan untuk dirinya juga kerajaan ini.
"Nghh..." Lenguh Orihime pelan.
Tubuh Orihime menggeliyat pelan, tak lama kedua matanya terbuka menampilkan iris abu-abunya.
Aizen tersenyum senang melihat sang istri sudah bangun.
Orihime duduk menyandar di sandaran ranjang dan iris abu-abunya melihat sekeliling ruangan dan merasa kaget sekaligus senang melihat sosok sang suami tengah duduk disampingnya, "Anda sudah pulang, Aizen-sama,"
"Hn,"
"Bagaimana perang diperbatasan apakah keadaan kerajaan Soul Society baik-baik saja?" tanyanya cemas.
"Aku berhasil memukul mundur pasukan Quincy walau membutuhkan waktu cukup lama,"
Orihime tersenyum lega, "Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya dan melihat anda baik-baik saja,"
"Mengapa kau tertidur di balkon? Apakah kau tak nyaman dengan kamar ini,"
Orihime menggeleng pelan, "Aku hanya berdiri sebentar memandangi bulan,"
"Apa kau merasa bosan berada disini?"
"Sedikit karena aku tak di ijinkan pergi keluar istana,"
"Kalau begitu aku akan mengajakmu berjalan-jalan,"
Wajah berbinar senang, "Benarkah?" tanya Orihime memastikan.
"Seorang Raja tak akan pernah berbohong," ujarnya dengan penuh ketegasan.
Sesaat Orihime terpana juga terpesona menatap wajah Aizen yang menurutnya jika dilihat dari dekat sangat tampan juga menawan, jika diluar sana mengatakan sosok Aizen menyeramkan bak monster itu pasti hanyalah karangan mereka saja agar tak ada satu pun gadis yang mau dengan penguasa Hueco Mundo ini.
"Terima kasi..."
KRUCUUK~
Perut Orihime berbunyi keras.
Wajah Orihime merah padam bak kepiting rebus, dengan gerakkan cepat Orihime langsung menundukkan wajahnya dalam, "Ma-maafkan a-aku A-Aizen-sama..." cicit Orihime malu.
Aizen terkekeh kecil dan merasa gemas melihat tingkah Orihime yang menurutnya lucu, "Aku akan menyuruh pelayan membawakan makanan untukmu setelah kau membersihkan diri," Aizen duduk dipinggir ranjang memandang intens wajah sang istri, "Setelah selesai makan aku akan mengajakmu ke suatu tempat,"
Orihime mengangguk tanda mengerti juga setuju karena tak mungkin ia menolak setiap ajakan yang menurutnya seperti perintah karena kini dirinya adalah milik Aizen selamanya sekaligus tahanan pria tampan bermata Hazel tersebut.
Disaat Orihime tengah menikmati statsusnya sebagai seorang Ratu dan kehidupannya bersama sang suami di Hueco Mundo, pihak kerajaan Soul Society merasa keputusan mereka salah menikahkan dan menyerahkan Orihime pada Aizen karena mereka baru mengetahui kalau gadis bersurai orange kecokelatan itu memiliki kekuatan dasyat yang tak dimiliki siapapun dikerajaan roh ini sekaligus pemilik Hogyoku, bola kehancuran yang selama ini dicari banyak orang termasuk Byakuya sang Raja Soul Society.
"Akan kudapatkan Hogyoku dan menghidupkanmu kembali, Hisana."
TBC
