Disclaimer
Katekyo Hitman Reborn by Akira Amano
[Langit yang merengkuh kabut]
—Sebatang bunga Kana tertunduk layu.
Nafasnya memburu, menahan luka pada kaki kirinya. Gadis itu berdecak kesal. Tidak ada yang lebih menyebalkan baginya daripada mendapati kota yang ia cintai—Namimori—berada di tangan sekelompok orang jahat yang menamai diri mereka Millefiore—atau paling tidak, itulah yang di dengar oleh Kana dari Kusakabe, tangan kanan Hibari Kyoya dari Foundation.
Ini tahun ketiga Kana sejak ia bergabung dengan Foundation. Sejak ia membuang kehidupannya sebagai orang biasa dan masuk ke dalam organisasi yang melakukan riset serta penyelidikan tentang box weapon—senjata mematikan yang di pakai oleh Millefiore. Kana, termasuk orang yang beruntung dapat menggunakan box weapon dan mist ring. Karena itu pula Foundation merekrutnya.
—Sial.
Dengan satu gerakan cepat Kana mengunci mist ring miliknya dengan Mammon's chain. Ia tidak bisa lagi bertarung dengan keadaan seperti ini. Ia kalah jumlah dengan pasukan Millefiore yang mengejarnya. Dan ia sudah sangat kelelahan. Tiga hari ia di kejar-kejar oleh sekitar dua puluh orang Millefiore tanpa beristirahat. Ia benar-benar lelah sekarang.
—Aku membutuhkan sedikit ilusi.
Tapi ia tidak bisa melakukannya sekarang. Sial.
"Kana?"
Kusakabe Tetsuya. Kana menekan tombol earphonenya lebih dalam.
"Ada apa?"
"Kami mendapatkan pesan dari seorang wanita bernama Kurokawa Hana untuk mencari Sasagawa Kyoko—kau masih ingat adik Sasagawa Ryohei itu 'kan?"
Kana mengangguk, meski pun ia tahu Kusakabe tidak dapat melihatnya.
"Aku masih ingat,"
"Apa kau bisa mencarinya?"
Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Dalam keadaannya yang berantakan seperti ini? Tentu saja tidak. Tapi ia tidak bisa menolak perintah dari atasannya. Bagaimana pun keadaannya. Kana menelan ludah pahit.
"Aku akan mencari adik Sasagawa,"
"Baiklah, aku akan menghubungimu lagi nanti,"
Sambungan terputus. Kana menghela nafas panjang. Ia membuka jaket kulitnya, mengikat luka sayatan lebar pada kaki dengan perban darurat yang selalu ia jejalkan di dalam tas pinggangnya kemudian merapikan penampilannya agar terlihat se-normal mungkin. Seperti dirinya tiga tahun yang lalu.
—Ayo kita mulai.
Kana melenggang di jalanan besar kota Namimori seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Walau pun ia tahu, badan intel Millefiore tersebar merata di kota ini. Lihat, pria di balik kostum hewan yang sedang membagikan balon itu, atau paman penjual ikan di sebelah sana adalah intel Millefiore. Ia benar-benar harus waspada. Ia akan menemukan Sasawaga Kyoko tanpa menggunakan mist ring atau box weapon miliknya.
Gadis itu menyusuri hampir semua jalan, terkecuali jalanan pada koordinat Sembilan titik tujuh. Lokasi yang cukup jauh dari kuil Namimori dan tampaknya beberapa pria bersetelan jas hitam juga menuju kea rah sana.
—Tch.
Kana memutar otaknya. Mencari jalan tikus yang mungkin bisa membawanya ke tempat itu lebih cepat sebelum para pria tersebut. Ia tahu, ia harus bergerak cepat—sangat cepat. Langkahnya hampir tanpa suara, penuh dengan kewaspadaan tingkat tinggi. Dan ia berhenti sebelum keluar dari tikungan kecil. Kana menyipitkan matanya, memandang kea rah depan.
Seorang gadis berambut jingga pendek berjalan begitu pelan, sesekali ia menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang di sekitarnya. Wajahnya tidak asing.
—Ah!
Itu Sasagawa Kyoko—dengan rambut dan tinggi yang lebih pendek daripada sebelumnya. Kana yakin sekali dengan hal itu. Satu orang wanita lagi mengendap-endap di belakang Kyoko, kemudian menepuk bahunya pelan. Kyoko berbalik, tampak terkejut melihat wanita tersebut. Kana tidak tahu apa yang mereka bicarakan, namun sepertinya mereka saling mengenal.
Satu senyum simpul tersungging di ujung bibir Kana.
—Syukurlah, Sasagawa Kyoko…
Seketika ekor mata Kana menangkap satu sosok pria bersetelan hitam di belakang wanita tersebut. Berjalan cepat sambil menyiapkan senjatanya dari balik jas. Kana menarik pistolnya dari tas pinggangnya dengan cekatan, membidik pria itu sepersekian detik, kemudian menembak tepat di jantungnya. Pria itu ambruk. Menimbulkan bunyi berdebam yang sangat keras hingga kedua gadis itu menoleh.
"Kita harus segera masuk, Kyoko,"
Sasagawa Kyoko mengangguk. "Un,"
Kana menghela nafas lega dan segera menarik diri. Ia kembali menekan tombol pada earphonenya.
"Sasagawa Kyoko sudah aman,"
"Terima kasih atas kerja kerasmu, Kana," suara Kusakabe kembali terdengar di seberang sana. "Bagaimana dengan misi-mu sebelumnya,"
Kana memutar bola matanya.
"Aku gagal. Maaf,"
"Apa kau terluka?"
Gadis itu melirik sekilas pada luka di kakinya, kemudian menyandarkan punggungnya pada tembok dan menutup mata.
"Tidak sama sekali,"
"Syukurlah. Aku ingin kau segera menyelesaikan tugasmu selanjutnya,"
"Apa itu?"
"Pergilah ke Italia untuk mencari cloud ring yang lainnya, terutama Mare Rings. Itu perintah dari Kyo san. Aku sudah menyiapkan semua keperluanmu di sana,"
"Apa aku harus kembali ke markas?"
"Tidak," sergah Kusakabe cepat—terlalu cepat. "Jangan. Sebaiknya kau tidak kembali ke markas untuk saat ini. Kyo san… dia pulang lebih cepat,"
Kana mendesah berlebihan.
—Ah, Kyo san… tentu saja aku tidak bisa kembali jika pria itu ada di markas.
"Aku akan menghubungimu lagi nanti, Kana,"
Sambungan terputus.
Hibari Kyoya. Pria ambisius yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan Namimori. Cukup mudah tersulut dengan hal-hal yang kadang tidak terlalu masuk akal seperti ketika Kana terlambat datang ke markas lima menit dan ia sudah menawari Kana sajian 'kamikorosu' khas-nya. Kana tidak habis pikir. Memangnya markas itu adalah sekolahan?
Atau pakaian Kana yang terkadang sangat kasual yang katanya menyalahi peraturan dan lagi-lagi 'kamikorosu' keluar dari bibirnya. Kusakabe hanya mengatakan kalau Kyo san kesayangannya itu sangat membenci siapa pun yang memegang mist ring, atau pun ilusionis. Atau nanas…
—Demi Tuhan, chief… jangan libatkan aku dengan dendam lama-mu dong!
Kana menyeret langkahnya berat menuju ke apartemen lamanya. Ia harus bersiap-siap untuk terbang ke Italia…
Italia, dua hari kemudian.
Ada terlalu banyak sekali reaksi dari rings. Kana mengernyitkan dahi menatap pelacak rings di tangannya. Di sekitarnya saja sudah ada lebih dari sepuluh storm rings, lima thunder rings… dan masih banyak sekali. Keadaan di italia tidak jauh lebih baik daripada di Namimori.
—Dan mereka semua milik Millefiore. Ah, tidak.
Mata Kana terbelalak. Satu rain ring, thunder ring, sun ring—dahi Kana berkerut dalam—storm ring, mist ring… dan sky ring. Gadis itu mendongak. Mereka bertarung dengan anak buah Millefiore!
"VOOOII!" pemegang rain ring, wanita—tidak, itu pria—berambut panjang itu berseru keras. "Habisi semua sampah Millefiore ini. Jangan pedulikan sampah-sampah yang lain,"
"Hai, hai,"
"Ushishishishi,"
"Lihat aku, boss,"
"Ah~ langitnya cantik sekali hari ini~"
Mereka kembali bertarung. Mengabaikan teriakan ketakutan orang-orang yang berlarian menghindari pertarungan tersebut di sekitar mereka.
—Dan mereka sama sekali tidak peduli…
Kana berdiri terpaku di tempatnya. Sesekali memandangi orang-orang itu secara bergantian. Termasuk pemegang sky ring yang hanya duduk menikmati wine-nya tidak jauh dari tempat Kana berdiri.
—Siapa orang-orang ini?
"VOOOOIIII, minggir sampah!" pemegang rain ring itu akan menebaskan pedangnya pada pria tua yang tidak sengaja berlari ke arahnya.
Dengan gerakan kilat Kana melepas Mammon's chain pada mist ring miliknya, menyalakan mist flame di ujung ring dan memasukkannya ke dalam box weapon.
"Farfalla di nebbia!"
Segerombolan kupu-kupu berwarna indigo terbang melingkupi pria tua itu, memberikan penghalang berupa ilusi dari mata pedang si pemegang rain ring. Kana menarik pistolnya. Bersiap menghadapi yang terburuk.
—Sial. Sial...
Mereka semua menoleh pada Kana.
—Ini benar-benar buruk...
"VOOOOOOOOOOOOOOOOOOOIIIIII!" pria itu berseru keras. "Siapa kau?"
"Ushishishishi... penganggu. Millefiore kah?"
"Senpai~ kupu-kupunya cantik sekali~"
Kana menelan ludah pahit.
"Ka—ugh,"
Gadis itu belum sempat mengatakan apa pun ketika ia merasakan satu pukulan keras pada tengkuknya. Tubuhnya membeku oleh rasa sakit yang langsung menderanya. Ia ceroboh sekali hari ini... sangat ceroboh.
"Maafkan aku ya?"
Kana masih bisa mendengar suara itu dari belakangnya. Suara memuakkan yang di buat-buat, kemudian suara tawa aneh dari pemuda yang membawa pisau yang tidak kalah anehnya. Kana bisa merasakan tubuhnya akan ambruk dalam gerakan lambat. Sebelum kegelapan benar-benar menguasai penglihatannya, ia menangkap sosok pria yang duduk di atas sofa itu—si pemegang sky ring.
—... Xanxus?
Pandangannya buram.
—Nama itu muncul di kepalaku. Xanxus... apa aku mengenalnya?
Sekelebat memori menghujam pikiran Kana. Gedung tua yang kosong. Kana yang baru berusia enam belas tahun berada di sana, menangis. Dengan luka dan darah di mana-mana.
—Itu aku? Kapan?
'Xanxus,'
Xanxus dalam memorinya mengangkat satu alisnya, mendengus.
'Sampah,'
—Ya Tuhan... kepalaku... kepalaku sakit!
"AARGGGHH"
Review?
