Senyum

Bibir yang tersenyum, hati yang menangis.


Bel pintu berbunyi, tanda ada pengunjung yang datang. Sepasang muda-mudi. Setelah melihat mereka telah mendapatkan tempat duduk, Kirishima Touka menghampiri dan memberikan senyumnya yang ramah kepada sejoli itu.

"Selamat datang di :re," sapanya lembut. "Mau pesan apa?"

Wajah si pria agak merona saat melihat Touka, si wanita mencubit lengan kekasihnya dengan gemas karena raut muka si pria. Mereka berdua saling betatapan dan kemudian tertawa kecil.

"Aku pesan capuccino," ujar si pria sembari melihat menu yang diberikan Touka. "Kamu apa, Beb?" ia bertanya pada si wanita.

"Aku latte saja jangan terlalu manis ya," kata si wanita.

"Lho kamu nggak pesan cake juga?"

Si wanita cemberut dan mengelengkan kepalanya. "Nggak ah nanti berat badanku naik, jelek,"

Si pria berdecak. "Dasar cewek, peduli amat ama hal kayak gitu. Naik atau nggak tetap cantik kok,"

Air muka wanita itu berubah cerah dan merona. Mereka berdua tersenyum satu sama lain. Ada rasa pedih di dalam dada Touka saat melihat pasangan itu.

Mereka... tampak begitu bahagia.

Iri.

"Jadi satu capuccino dan satu latte. Ada yang lain?" tanya Touka sambil menulis pesanan. Pasangan itu ngenggeleng.

"Baik tunggu sebentar,"

Touka pergi ke counter dimana Yumo-san sedang berdiri menunggu pesanan. Ia meletakkan secarik kertas diatas meja.

"Capuccino dan latte," ujar Touka. Yomo melihat ke arahnya sebelum mulai membuat kopi.

Touka melirik pasangan itu. Sekarang mereka sedang asik ber-selfie ria.

Foto...

Biarpun jasadnya ada di kafe itu, pikiran Touka melayang jauh menembus dimensi waktu. Masa lalu. Dimana seorang pemuda berambut hitam dengan eyepatch berada di fokus matanya. Pemuda itu sedang melayani pelanggan. Ia tersenyum ramah pada mereka.

Kaneki.

Kapan orang menyebalkan itu akan kembali?

Tiga tahun lagi? Sepuluh tahun lagi? Atau duapuluh tahun lagi?

Touka bisa menunggu selama itu. Hanya saja... ia takut.

Ia takut akan melupakan wajah Kaneki Ken. Atau bahkan melupakan eksistensinya. Karena tidak ada yang ia tinggalkan pada Touka.

Kecuali kenangan yang manis dan disaat yang sama, pahit.

Tidak ada memento, ataupun foto.

Kenapa dia tidak pernah sekedar minta berfoto dengan Kaneki?

"...Ka..."

Kenapa?

"Touka,"

Touka menoleh, Yomo-san memanggilnya. Dua cangkir kopi sudah siap dihidangkan.

Touka menunduk. "Maaf Yomo-san, aku..."

"Sudahlah," potong Yomo. Ia sedikit mengerti perasaan gadis itu. "Antarkan pesanan mereka,"

Touka meletakkan kedua kopi di atas nampan.

"Silakan," ujar Touka sambil meletakkan kopi di meja sejoli itu. Ia tersenyum lagi.

"Terima kasih," ujar si wanita. Ia memperhatikan wajah Touka, kemudian bertanya. "Maaf kalau kurang sopan, tapi apa kau sudah punya pacar?"

Wajah Touka memerah sementara si pria menegur si wanita atas pertanyaannya.

"Habis dia cantik sekali...aku hanya penasaran. Habisnya kau tahu Eri yang satu mata kuliah mikro ekonomi denganku kan? Dia cantik tapi belum punya pacar..."

"..Tidak apa-apa," celetuk Touka pada kedua orang di hadapannya. "Saya belum punya pacar,"

"Kenapa?"

"...Saya... sedang menunggu seseorang."

Seseorang yang penting baginya, namun ia sama sekali tidak memiliki foto

Si wanita mengangguk "Wah, dia orang yang beruntung sekali. Semoga kalian bisa segera bertemu"

"Yah... Semoga,"

Semoga.

Kirishima Touka balas tersenyum. Getir.


Bel pintu berbunyi, tanda ada pengunjung yang datang. Touka baru saja kembali dari ruang belakang dan melihat Yomo-san tidak menyapa pelanggan... tentu saja membuatnya kesal.

"Hei!" tegur Touka pada Yomo. Ia mengambil papan pesananya dan bergegas menghampiri pada pelanggan. "Sudah berapa kali kubilang..."

"Untuk menyapa pelanggan kita,"

Salah seorang dari pelanggan itu terpaku melihatnya. Touka tersenyum.


A/N: Jadi ceritanya saya bikin Touka nge-feel sama sejoli itu xD