"Aku takut dia akan datang, dan sesuatu yang buruk pasti terjadi!" –Haruno Sakura

So just stay here with me, baby!

.

.

allihyun presents

A Naruto Fanfiction

AU. Draft Lama. Typo/Miss typo(s). Alur tidak beraturan. Minim deskripsi

DLDR is on term

Naruto © Masashi Kishimoto

Please, Stay Here! © allihyun

.

.

.

Please, Stay Here!

-chapter I-

Sakura memandang ke segala penjuru kota Konoha itu dengan pandangan sedih dari atap gedung sekolahnya. Itu tempat favoritnya. Entah apa yang sedang berkelibat di balik jidat lebarnya, yang jelas wajahnya kelihatan murung, tatapannya kosong dan sesekali lidahnya berdecak gelisah.

Gadis yang biasanya mampu menghidupkan suasana itu tidak ceria seperti biasanya. Sudah beberapa hari ini sikapnya jadi aneh seperti itu. Tidak ada yang tahu apa sebabnya, sahabat-sahabatnya juga tidak, bahkan dia sendiri pun. Yang Sakura tahu hanyalah tiba-tiba saja hatinya terasa gelisah, dan juga. . .takut. . .yah, Sakura merasa sekonyong-konyong perasaan mencekam bernama takut itu mulai meliputi dirinya sejak beberapa hari yang lalu.

Ya, sejak mendengar berita itu. Dan selalu saja tempat ini jadi tempat pelampiasan Sakura. Meskipun disana dia tidak melakukan apa-apa, selain hanya duduk di kursi semen yang dingin sambil menikmati pemandangan kota Konoha di waktu senja. Seperti yang dilakukannya saat ini. Memang perasaan aneh itu tidak hilang, tapi setidaknya dia merasa lebih baik.

Sakura menghela nafas sambil membenarkan posisi duduknya yang membungkuk. Agaknya dia sadar kalau dia sudah terlalu lama melamun disitu, buktinya badannya sudah terasa pegal. Sakura menggeliatkan badannya sedikit untuk melakukan peregangan, tapi gerakannya terhenti sewaktu dia mendengar ada yang membuka pintu di belakangnya. Dan sewaktu dia menoleh didapatinya sahabatnya yang berambut pirang sudah berdiri di depan pintu tangga. Senyum Sakura sedikit mengembang waktu mengetahui siapa yang datang.

"Ino!"

Gadis berambut pirang yang dipanggil Ino itu hanya menyeringai sebal sebelum kemudian berjalan di sisi Sakura.

"Hhh, Sakuraaa! jadi sejak tadi kau disini!"teriaknya sebal. Wajahnya kelihatan merah padam menahan kesal.

"Hehe. . Begitulah," sahut Sakura ringan.

"Kau tahu?semua orang mencarimu ke sana-sini, tadi kau bilang pusing lalu ijin ke ruang kesehatan. Dan tiba-tiba menghilang begitu saja, membuat cemas saja. Senang ya jadi pusat perhatian begitu?"

Sakura hanya terkekeh hambar menanggapi tuduhan sahabatnya itu,

"Siapa suruh repot-repot mencariku?"jawabnya enteng. Sampai-sampai Ino harus membelalakkan matanya untuk memastikan bahwa yang bicara tadi memang Sakura.

"Hei hei! Kau dengar kau bilang apa barusan? Cih! Gaya bicaramu seperti Sasuke saja!"

Lagi-lagi Sakura tersenyum hambar, Sasuke? Ah! Pemuda itu. . .

"Ngomong-ngomong, apa tadi Sasuke juga mencariku?"

"Err. . .sepertinya begitu. Tapi dia berlagak sok tidak peduli, kau tahu sendiri kan bagaimana sifat Uchiha satu itu? Dasar!"

"Hn."

Ino melengos lagi,

"Lihat dirimu! Semakin lama semakin mirip Sasuke. Acuh dan dingin."

Sakura tidak menanggapi omongan Ino barusan. Dia lebih suka diam sambil memandang langit yang sudah berubah warna menjadi oranye itu. Ino sendiri jadi ikut-ikutan diam. Untuk sesaat mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sakura," akhirnya Ino duluan yang mengambil inisiatif untuk berbicara duluan, daripada berlama-lama dengan situasi beku seperti itu.

"Hn."

"Kau datang kesini...pasti karena kau merasa ketakutan lagi ya?"

Sakura tidak menjawab, ditekuknya kakinya sehingga dia bisa memeluk lututnya dengan leluasa. Setelah merasa nyaman baru akhirnya dia bicara,

"Entahlah Ino. . .tiba-tiba saja ketakutan itu muncul tanpa aku bisa mengendalikannya."

"Sakura,tidak ada yang perlu kau takutkan. Konyol sekali seorang Haruno Sakura tiba-tiba jadi paranoid hanya karena kabar burung."

Sakura menggeram,"Itu bukan kabar burung! Firasatku mengatakan kalau dia akan datang, dan sesuatu yang buruk akan terjadi."

Alis Ino bertaut heran,"Dia?"

Sakura mengencangkan pelukan pada lututnya,

"Dia. . .Kak Itachi. Uchiha Itachi."

Ino menggerakkan tangan kanannya untuk menutup mulutnya yang menganga setelah mendengar nama keramat itu meluncur dari bibir Sakura. Nama itu, Uchiha Itachi. Siapa yang tidak kenal dengan nama itu? Uchiha Itachi, kakak dari Sasuke. Pemuda tampan yang dengan sadisnya membunuh semua anggota klannya dengan hanya menyisakan satu orang untuk hidup, yang tak lain adalah Sasuke. Parahnya, setelah melakukan itu dengan tanpa dosa dia pergi kabur dan sampai sekarang statusnya masih buronan. Sudah bertahun-tahun dia menghilang dari Konoha, dan sama sekali tidak memberi kabar kecuali berita bahwa dia berhasil melakukan pembantaian di kota-kota lainnya bersama kelompoknya yang diberi nama Akatsuki. Baru beberapa hari lalu tersiar kabar bahwa Itachi akan kembali. Kabar yang sebenarnya mustahil kalau tidak mau dibilang iseng. Tapi herannya, Sakura menanggapi itu serius. Terlalu serius bahkan.

"Sakura, kau tahu siapa yang baru saja kau sebutkan namanya? Aku memang mendengar kalau dia akan datang, maksudku... Aku tidak habis pikir kalau kau menganggapnya akan benar-benar datang! Memangnya untuk apa dia datang? Untuk bertemu dengan Sasuke karena rindu padanya? Atau pulang dan menghabiskan masa tuanya di Uchiha Mansion? Atau yang lebih konyol dia kesini untuk berziarah ke makam orangtuanya setelah dia membunuhnya? Hah! Ayolah Sakuraa..." cecar Ino panjang lebar diakhiri dengan desahan frustasi.

Lelah rasanya berhari-hari melihat Sakura begitu hanya karena hal yang menurutnya bodoh. Padahal menurut Ino, Sakura yang pandai itu seharusnya bisa berfikir lebih rasional ketimbang dirinya. Tapi sepertinya Sakura sedang mengandalkan feelingnya sekarang ini. Hal yang biasa dilakukan Ino, tapi ternyata sangat tidak pas ketika yang melakukannya adalah Sakura.

"Aku hanya percaya pada feelingku,Ino."

"Bagaimana kalau feelingmu itu salah?"

"Bagaimana kalau benar?"Sakura balik bertanya.

"Itu tidak akan terjadi."

"Belum!"

"Kau keras kepala!"

"Kau tidak percaya padaku!"

"Bodoh! Gunakan otakmu, forehead-girl!"

"Sudah. Dan fee-"

"Itu bukan otak tapi hati. BODOH!"Ino memotong omongan Sakura dan lagi-lagi mendenguskan nafas kesal. Berkali-kali dia berdebat dengan Sakura dan hasilnya selalu begini. Sakura tetap keras kepala dengan segala macam omong kosongnya tentang feeling itu. Yah,walaupun dia agak terhibur bisa mengatai Sakura Bodoh. Kesempatan yang langka sebelumnya.

"Lagipula kenapa kau peduli amat sih? Sasuke saja tidak peduli!"

Sasuke bukannya tidak peduli, dia hanya tidak mau kelihatan peduli, kata Sakura dalam hati.

"Aku mau pulang. Kau juga harus pulang. Sudah malam, angin malam tidak bagus untukmu,"kata Ino sambil beranjak pergi dari kursi.

Sakura masih membatu di kursi semen yang mulai mendingin itu. Sampai akhirnya dia menengok dan memanggil Ino,

"Ino-pig,aku pulang denganmu ya!"

Ino tersenyum kemudian pura-pura bertampang kesal,

"Kalau begitu cepat sedikit,forehead-girl!"

Sakura balas menjulurkan lidah sebelum akhirnya diseret Ino untuk pulang. Hari memang sudah beranjak malam, dan langit mulai gelap.

.

.

.

Naruto berlari terengah-engah di sepanjang koridor sekolahnya, Konoha High. Sudah sejam lebih Naruto berlari seperti orang gila sambil memanggil-manggil nama Sakura, tapi bahkan menyahut, kelihatan batang hidungnya saja tidak. Padahal Naruto sudah mencarinya ke segala penjuru sekolah, dari ujung barat sampai timur, dari utara ke selatan, dari lantai bawah sampai ke atas dan tempat-tempat terpencil di gedung sekolah seperti gudang. Bahkan Naruto sempat mendapat makian dari sekelompok cewek gara-gara nekat masuk ke toilet wanita untuk mencari Sakura. Tapi tetap saja usahanya itu tidak membuahkan hasil. Sakura bagai lenyap di telan bumi.

Hampir saja Naruto putus asa kalau saja dia tidak ingat satu tempat yang belum dijangkaunya. Tempat dimana dia sedang berdiri termangu di depan tangga untuk menuju kesana. Atap...

.

.

Pakkun, nama anjing Retriever tampan itu, mengibas-ngibaskan ekornya sambil mengendus kesana kemari. Dari gelagatnya seperti sedang mencari sesuatu, errr...tepatnya seseorang. Sementara itu di belakangnya tampak tuannya yang kelihatan gusar. Mata hitam onyxnya memandang pada Pakkun dengan tatapan geram. Sebelah tangannya yang memegang kalung leher Pakkun dihentak-hentakkan tak sabar. Terdengar gerutuan dari bibirnya,

"Anjing bodoh, sebenarnya kau becus kerja tidak sih? Dari tadi kau hanya menemukan barang-barang aneh tahu? Yang aku cari itu pemiliknya, bukan barangnya!"gerutunya ketika Pakkun menemukan sapu tangan, setelah sebelumnya menemukan pensil, jepitan rambut, dan pembatas buku. Tapi sepertinya Pakkun tidak menghiraukan gerutuan tuannya itu, karena selang beberapa menit kemudian dia kembali menemukan anting berbentuk Love, hanya sebelah. Yang tentu saja membuat tuannya semakin kesal. Matanya sudah melotot seolah-olah ingin menelan Pakkun bulat-bulat. Sepertinya dia ingin mengumpat sesuatu, tapi tidak jadi. Dia justru berjongkok sambil menggaruk belakang telinga Pakkun dan mengatakan sesuatu,

"Dengar anjing pintar, aku ingin kau mencari Sakura, kau kenal kan? Sakura temanku yang sering mentraktirmu pedigree? Ok! Anjing pintar!"

Dan kali ini sepertinya manjur karena setelah itu terlihat Pakkun yang melesat pergi. Tuannya menyeringai senang melihat itu. Apalagi ketika langkah Pakkun mengarah ke lantai atas, wajah pemuda itu semakin cerah.

"Apa dia ke tempat itu lagi?"pikirnya sembari mengimbangi kecepatan Pakkun. Dan wajahnya berganti benar-benar puas ketika langkah Pakkun mengarahkannya ke arah tangga menuju atap.

"Benar dugaanku,"desisnya.

Namun langkahnya melambat ketika dilihatnya ada pemuda lain yang juga sedang berdiri termangu di depan tangga. Pemuda itu tampak berantakan dengan rambut duren pirangnya, ditambah kemeja oranye-nya yang berantakan. Pemuda itu...siapa lagi kalau bukan...

"Naruto?"

.

.

Naruto reflek menoleh ketika dia mendengar ada seseorang yang menyebut namanya. Apa yang dilihatnya membuatnya sedikit terlonjak. Rival sekaligus sahabatnya, Sasuke Uchiha, bersama dengan anjingnya.

"Sasuke?"sapanya ceria.

Sasuke hanya tersenyum sekilas, justru Pakkun yang kelihatan bersemangat menggonggong ketika dilihatnya sahabat tuannya itu.

"Wah, kau memang lebih ramah dari tuanmu ya, Pakkun!"sapa Naruto ramah pada retriever tampan itu.

"Kau sedang apa disini?"Naruto mengalihkan pandangannya ke arah Sasuke.

Ditanya begitu Sasuke kelihatan sedikit gugup, hanya sebentar saja, karena sedetik kemudian Sasuke sudah kembali ke jiwa Uchiha-nya, cool.

"Menemani Pakkun jalan-jalan."jawabnya dingin.

Dan Naruto yang bebal tentu saja tidak menyadari kegugupan Sasuke yang hanya sekilas itu.

"Oh, aku kira kau mencari Sakura."

"Untuk apa aku mencarinya?"

"Yah, tentu saja kau harus mencarinya, Sakura itu teman kita!"kali ini terdengar nada emosional dari suara Naruto.

"Hn, apa peduliku?"

"Haah, kau memang tuan-tidak-peduli!"keluh Naruto.

Kemudian suasana hening sejenak, kedua sahabat itu sibuk dengan pikiran masing-masing, dan Pakkun sepertinya juga ikut-ikutan sok merenung.

"Hei!"kali ini terdengar suara Sasuke memecah keheningan,

"Apa...kau sudah menemukannya?"tanya Sasuke sambil memalingkan wajah.

Naruto mengangkat mukanya, lalu menggeleng pelan,
"Belum."

Hening lagi.

Dan tanpa sadar pandangan mereka berdua mengarah ke pintu diatas tangga, pintu yang menghubungkan ruangan itu dengan atap.

"Apa pikiranmu sama denganku, Sasuke?"

"Eh?"

"Maksudku, Sakura ada di atas."

"Entahlah."jawab Sasuke berbohong, karena pada saat yang bersamaan hatinya mengatakan bahwa Sakura ada di sana. Tapi tentu saja seorang Sasuke Uchiha tidak akan mengakuinya, apalagi di depan Naruto. Tidak!Jangan harap!

Tapi ternyata kondisi tidak berpihak pada sang Uchiha, karena ketika didengarnya pintu itu bergerak dia tak bisa menyembunyikan wajah cemasnya

.

.

Naruto dan Sasuke akhirnya bisa bernafas lega ketika yang muncul dari balik pintu memang benar-benar Sakura, diikuti Ino. Tapi Sasuke tentu saja hanya menunjukkan wajah leganya itu dalam hitungan detik saja, karena pada detik berikutnya ekspresi Sasuke sudah kembali pada tuan-tidak-peduli. Berbeda dengan Naruto dan Pakkun yang langsung memancarkan aura bahagia. Bahkan Pakkun dengan hebohnya langsung melesat ke arah Sakura yang sedang berjalan menuruni tangga. Nyaris saja gadis itu roboh, untung saja dia bisa menjaga keseimbangannya. Sekarang justru dia sedang berlutut menggaruk belakang telinga Pakkun dengan lembut,

"Hai Retriever tampan, kau pasti sangat merindukanku ya?"sapanya pada Pakkun yang langsung menyusrukkan kepalanya ke pangkuan Sakura. Gadis itu tertawa geli melihat kelakuan anjing Sasuke yang jelas sangat tidak mirip tabiat tuannya itu.

Naruto yang tidak rela melihat adegan 'mesra' di depannya itu langsung memprotes Sakura,
"Hei Sakura, bukan Pakkun yang dari tadi mencarimu tapi aku! Sekarang setelah capek-capek mencarimu malah Pakkun yang diistimewakan! Huh! Kau ini, pergi kemana saja sih? Kenapa tiba-tiba menghilang begitu? Membuat orang khawatir saja!"cerocosnya tidak sabar.

Sakura menanggapinya dengan tawa tertahan lalu menurunkan Pakkun dari pangkuannya,
"Yah,maafkan aku Naruto. Aku hanya sedang ingin sendiri saja. Maaf kalau membuatmu begitu khawatir,"jawab Sakura dengan senyum sedikit dipaksakan.

"Kau, sedang ada masalah ya?"tanya Naruto menyelidik.

"Tidak."

"Sungguh?"

Sakura mengangguk mantap,
"Kalau ada masalah jangan ragu cerita padaku ya Sakura, aku pasti akan ada kapanpun kau mau!"

Dan gadis itu pun tersenyum.

.

.

Sasuke yang menyandarkan tubuhnya pada dinding menyaksikan kedua karibnya menghela nafas kesal. Melihat Naruto yang bisa membuat Sakura tersenyum, dan Pakkun yang bisa 'bermesraan' dengan Sakura begitu membuat perasaannya tidak nyaman. Entah kenapa tiba-tiba ada perasaan marah dan kesal yang menelusup halus dalam hatinya. Apa ini...cemburu? Hah! Cemburu? Hal bodoh apa lagi itu? Cih!

"Sedang apa kau disini Sasuke?"tanya seseorang di sampingnya. Sasuke menoleh, ternyata Ino.

"Hn, menemani Pakkun." jawabnya dingin.

"Kau yakin bukan Pakkun yang menemanimu?"

"Tentu saja!"

Ino pura-pura menghela nafas berat,
"Hah,kalau begitu aneh sekali! Biasanya anjing itu menemani majikannya, bukan kebalikannya. Tapi kau? Haah, berarti kalau begitu fungsi anjing dan tuan sudah berbalik ya?"kata Ino sambil mencuri pandang ke arah Sasuke.

"Apa maksudmu?"tanya Sasuke yang merasa tersinggung pada ucapan Ino.

Gadis blonde itu mengikik sambil berdiri dengan pose menantang di depan Sasuke.
"Apa maksudku? ckckck, apa begitu sulit menebak apa maksudku, Tuan Uchiha?"

"Aku sedang tak ingin ribut."

"Aku juga tak mengajakmu ribut, aku kan hanya tanya kau sedang apa?"

Sasuke menatap gadis di depannya itu jengah,
"Kau mencari Sakura,eh?"tanya Ino.

Sasuke masih bertahan dengan muka cool-nya.

"Kau cemburu pada mereka,ya?"cecar Ino lagi sambil menunjuk ke arah Sakura dan Naruto.

Kali ini Sasuke tidak dapat menahan ekspresi cool-nya, dia memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang dirasa mulai memanas. Mungkin memang benar apa kata Ino, tapi kebenaran kadang memalukan!

Ino tersenyum puas melihat ekspresi Sasuke barusan, jelas Sasuke sudah terpancing,

"Benar,eh? Kau cemburu?"

"TIDAK!"bantah Sasuke, tapi mukanya masih berpaling.

"Baik, kau cemburu!"

"Kubilang TIDAK!"

Ino tersenyum sinis,

"Dasar cowok! Gengsi memang nomor satu, apalagi bagi Uchiha sepertimu, iya kan Sasuke!?"

Kali ini Sasuke diam, entah membenarkan atau bingung mencari alasan,
"Kalau begitu, apa boleh buat. Aku yang akan membantumu!"

"Eh?"

==== tbc ====

Halooo saya balik lagi dengan fic lamaa, hehehe. Yah walaupun baru di-publish sekarang sebenernya ini fic lama sih, pernah di-publish di fb duluuu banget. Sekitar 4 tahun lalu XD jadi kalau banyak nemu typo, EYD berantakan, alur gak jelas apalagi soal diksi. Yah, hahahaha saya cuma bisa ketawa, karena ini saya re-publish disini tanpa editing. Masih sama persis kaya di fb kecuali tentang penggabungan beberapa chap jadi satu dan sedikit polesan formatting yang harus disesuaiin sama standar beta reader Ffn. Dulu saya nulis sama publish note di fb pakai hp dengan kapasitas 5000 huruf (huruf lho ya bukan kata) udah paling maksimal. Jadi ya bisa dibayangin sendiri sependek apa itu per-chapternya ehehe.

Kenapa tiba-tiba saya publish disini? Gak muna lah, jujur saya lagi pengen publish tapi males nulis (?)/apahhh. Jadinya saya pakai ini, soalnya saya sudah ada plot buat fic ini, cuman belum saya susun ulang jadi rapi dan belum saya publish di fb lanjutannya. Jadi rencananya saya masih mau re-publish aja tanpa editing sampai chapter terakhir yang saya publish di fb, itu kalau readers berkenan cerita ini dilanjutin. Kenapa ga pake editing? Sengaja saya gituin supaya saya dan juga readers sendiri tahu sudah sejauh mana nulis saya berkembang atau malah stag disitu aja atau justru mundur. Walau pun saya sebenernya bukan orang yang telaten nulis juga sih ehe ehe ehe. So, CMIIWW yaah! Correct me if I were wrong! ;)

Tapi kalau gak berkenan buat dilanjutin, bakal saya delete kok. Dan yah mungkin saya rombak ulang lagi. Nah jadi, keep or delete? Bergantung dari review kalian ;)

Story only = 2102word

From2009 to2013, stillonmyownpace

-allihyun.