Hak Cipta Naruto tentu saja ada pada penciptanya, Masashi Kishimoto-sensei. Karya abal ini dibuat bukan untuk kepentingan komersil, melainkan kepuasan kokoro penulisnya yang sepertinya belakangan ini kebanyakan nonton ulang avatar sampai mimpi jadi avatar segala.
-o-o-o-
Avataramen is Now Online
Prolog
-o-o-o-
Duniaku dan dunia kalian tidak jauh berbeda.
Di sana ada manusia jadi budak gadget? Di sini juga sama.
Di sana ada manusia yang sedikit-sedikit update status media sosial? Di sini juga sama.
Di sana yang viral jadi trend? Di sini juga sama.
Segala hal di sana sudah berbasis internet, transportasi sekalipun? Di sini juga sama.
Ah. Untuk transportasi bisa dibilang kami punya keunggulan. Selain Go-Mobil, Go-Motor, dan Go lain yang ada di dunia kalian; kami punya transportasi unggulan yang bersaing ketat dengan pesawat terbang. Go-Dragon dan Go-Bison.
Dewasa ini, pelanggan Go-Dragon dan Go-Bison berasal dari kalangan konglomerat. Katanya sih lebih aman daripada pesawat terbang yang rawan kejahatan baik di bandara maupun setelah lepas landas ke udara. Belum lagi akses jalan raya ke bandara yang tiada hari tanpa macet.
Kalian punya naga atau bison terbang? Jangan khawatir soal finansial. Apalagi kalau kalian cuma anak remaja yang butuh tambahan uang jajan sepertiku. Jadi supir Go-Dragon dan Go-Bison patut dicoba.
o
"Dia seperti bidadari."
Apa aku sudah bilang kalau belakangan ini aku tidak suka jadi supir Go-Dragon?
"Senyumnya itulho, semanis gulali."
Bertemu banyak orang tentu membuatku terlibat berbagai macam percakapan juga. Mulai dari curahan hati orangtua yang sedih karena kurang waktu dengan buah hati diakibatkan pekerjaan, perbincangan seputar peristiwa terbaru dari berbagai ranah bidang, dan pengetahuan-pengetahuan lain yang tak akan didapat di sekolah.
Ya, semula aku suka dengan pekerjaanku di hari sabtu-minggu ini. Lalu semua berubah, saat sahabatku terserang panah arjuna.
Belum cukup telingaku dibuat panas karena mendengar ocehan asmaranya setiap pulang sekolah, rupanya ia juga sengaja memanfaatkan pekerjaanku ini sebagai media curhatan pribadi.
"Sas, emangnya kamu tahu gulali semanis apa? Kamu kan gak suka manisan? Makanya mukamu pahit begitu."
Kepalaku digampar. "Mukamu tuh yang pahit! Aku ganteng!"
Aku sangat ingin menjatuhkannya dari atas sini, Tuhan.
"Coba curhatnya diulang. Mau kurekam terus ku-upload ke ig. Biar orang-orang tahu kau ini tukang tipu."
Dia mendengus. "Aku tidak menipu. Ayahanda yang meminta perfect prince untuk masyarakat."
Ups. Sepertinya aku salah bicara.
Sahabatku ini adalah putra kedua dari Raja Api Fugaku. Aku sudah mengenalnya sebelum aku bisa mengucapkan huruf 'r' dengan benar. Makanya aku tahu bagaimana ia tumbuh penuh tekanan sampai-sampai bersikap di depan masyarakat saja ada aturannya.
Dunia boleh bilang dia ini pangeran yang sempurna. Begitu pintar dan berwibawa meski terkadang agak dingin dan seperti tak terjangkau. Padahal dalamnya cuma remaja labil doyan ngidol yang belakangan agak mellow karena jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Aku menghela napas, lalu mengubah posisi dudukku jadi berbalik menghadapnya. "Jadi kau mau aku bagaimana? Membantumu dekat dengan Hinata?"
Kenapa dia terlihat begitu menggemaskan dengan tampang memelas begitu? Asem. Padahal tampang biasanya begitu songong dan amat mengundang tinjuan.
"Kau bisa bantu aku?"
"Aku bisa membantumu dekat dengannya, tapi aku tidak bisa bantu agar dia balik suka padamu. Aku akan sangat maklum kalau dia benci padamu. Kau ini menyebalkan." Kepalaku lagi-lagi jadi korban. "Kalau aku jadi bodoh, ini salahmu, Pangeran Sialan!"
"Kau memang sudah bodoh dari sananya!"
Hinaan apapun yang sudah di ujung mulut dan siap diluncurkan olehku menghilang dan terlupakan ketika Kurama—nagaku—mengguncang tubuhnya dan membiarkan badan kami jatuh bebas menerjang danau dua meter di bawah kami.
Aku bahkan tidak sadar kalau Kurama terbang merendah.
'Asal kau tahu, Naruto. Mendengar kalian bermesraan begitu sangatlah menyebalkan.' Suara geraman Kurama amatlah jelas. Tapi hanya aku dan mungkin kalian yang mengetahui apa arti geramannya itu.
Rupanya dalam bangsa naga, pertengkaran adalah wujud kemesraan. Menarik sekali.
Aku menyeret Pangeran Sialan ke tepi danau. Kutendang pantatnya dengan keras sebagai pengganti hinaan verbal yang kulupakan. Dia membalasnya dengan tinjuan api.
"Nantang tarung bending?" Aku menyeringai dan memasang kuda-kuda.
"Biar baju kering." Sasuke memasang kuda-kuda menyerang. Ia melakukan gerakan tendangan menyamping, mengirimkan kobaran api menyilang ke arahku.
Aku salto ke belakang untuk menghindarinya, meringis kecil saat rumput yang ada di sekitar kami mulai terbakar.
Kering ndasmu.
o
Prolog itu berisi perkenalan kan?
Jadi, yeah... Aku Naruto, umurku 15 tahun. Aku tinggal di Konoha—Ibukota Negara Api.
Aku punya seekor naga, namanya Kurama. Dia bukanlah naga biasa, melainkan naga roh. Kurama adalah satu-satunya makhluk di muka bumi yang bisa kupercaya. Aku berhutang nyawa padanya.
Aku juga punya seorang sahabat, namanya Sasuke. Seperti yang kukenalkan sebelumnya, dia ini putra kedua dari Raja Api. Kalau di dunia ini ada yang mengenal pangeran itu sampai ke helai rambutnya, maka itu adalah aku. Kalau kalian bertanya sebaliknya pada Sasuke, aku yakin dia akan mengakui dia tahu segalanya tentangku. Meski dia sering lupa kalau di balik sikap bar-bar dan penampilan asal-asalan aku ini berkelamin perempuan.
Tapi, dia tidak tahu. Ada satu fakta tentangku yang merupakan kebohongan. Aku ini bukan pengendali api. Aku bisa mengendalikan keempat elemen.
Ya. I'm a Go-Dragon driver and I am The Avatar.
Udah gahol belum pake bahasa linggis?
To Be Continued
Lanjut?