Title : Wrong Identity

Author : Nurama Nurmala (NN)

Casts : All Super Junior Members (13+2)

Genre : Crime, mystery, Suspense

Rating : PG +13

Point of View : Author

Length : Chaptered

Disclaimer : All Canon in my fic are belong to themeselves (not my mine), and all OC in may fic are belong from my imagination. I'am sorry if many mistakes from that chara, but still enjoy ^^

Inspirational Thing : This fic inspirated by Herr Der Dieb book from Venesia.


Ready?

..

..

..

Ssiijjaaakkk!

"Berhenti menatapku dengan tatapan seperti itu." Seorang laki-laki setengah baya mencoba menyalakan pematik apinya yang antik, menyulut rokok yang tengah berada di apitan kedua jarinya. "Kau tidak bisa melakukan apa-apa, kapan kau akan sadar dengan kondisimu yang seperti itu?"

"Jangan kau kira aku adalah anak ingusan yang masih bisa kau propaganda! Aku tak semudah itu bisa kau pengaruhi! Aku takkan menyerah dalam mendapatkan apa yang menjadi ambisiku!"

Lelaki setengah baya itu terlihat membenarkan kerah mantelnya, lalu menyesap rokoknya dalam-dalam. "Terserah padamu, tapi asal kau tahu aku tidak akan pernah menoleh padamu." Setelah berkata dalam keangkuhan, lelaki setengah baya itu pun melangkah pergi dalam carut marut malam yang menyeret udara dalam kepedihannya, ia berlalu, meninggalkan lelaki itu sendirian.

BBUUGGHHH!

Ia memukulkan tinjunya ke dinding yang dingin dan lengang. Udara yang menyengat tak serta merta menyurutkan semangatnya. "Suatu hari, aku pasti akan mendapatkan pengakuanmu PARK JOONG NAM! Pasti!"

Jam berdentang 12 kali di rumah itu, menandakkan bahwa manifestasi rayuan sang rembulan membantah semua logika dan pembelaan diri, menggiring kesadaran setiap anak manusia menuju gegapnya suasana mimpi.

Cangkir berwarna putih berdiri kaku di atas meja kerja di ruangan itu. Isinya yang hampir seperempat menjelaskan kondisi seorang pemuda yang masih terjaga di serambi kamarnya. Ia duduk termenung, memandang bulan yang pucat dan menerima pelesiran sang malam dalam dawainya yang tak kunjung mereda. Sekali lagi, ia menghembuskan nafas dalam, tangannya mengepal tak urung lepas.

Dalam sekejap, matanya tiba-tiba memancarkan sinar kegembiraan, semburat ide merongrong pikirannya. Ia berdiri dari duduknya, lalu menghampiri laptop yang sedari tadi terus menyala di atas meja. Jarinya piawai sekali menekan tuts keyboard dengan lincahnya.

"Aku memang tak bisa dengan persis seperti dirimu, tapi aku akan mengunggulimu, dengan caraku sendiri!" Dendam dan keberadaan yang tak terakui membuatnya semakin menggila, sorot matanya bak seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru, aura di sekitarnya tiba-tiba berubah; mengganas. Sapuan jarum jam yang semakin lama berputar menunjukkan bahwa hari sudah semakin larut, namun ia tetap duduk tak bergeming, memetakan berbagai rencana yang akan segera diwujudkannya.

"Kau sedang apa sih? Tak segera tidur?" Sebuah suara terdengar dari sudut ruangan, begitu dalam dan serak. Laki-laki yang tengah menekuri aktivitasnya mengambil jeda sebentar, matanya menyipit dan menelaah sosok yang tengah duduk meringkuk di atas ubin yang dingin.

"Kau datang lagi?" Ia mengangkat alisnya seraya meraba gelas kopi di sisi lengan kanannya.

"Begitulah, aku tak bisa tidur ..." Ia memandang laki-laki yang berada tak jauh dari tempat duduknya dengan tatapan tajam.

"Hhaaahhh..." Laki-laki itu menghela nafas dalam, lalu menaruh gelas kopinya ke tempat semula. "Kapan kau akan berhenti menggangguku Kyuhyunie?" Ia mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Entahlah..." Pemuda itu memain-mainkan jarinya di atas lantai, kedua lututnya tertekuk, saling bertelut satu sama lain. "Mungkin seumur hidupku." Kepalanya terkulai lemas di bahu kanannya. Tak lama, ia mendongak dalam tunduknya, matanya memancarkan rasa ingin tahu yang besar. "Apa yang sedang kau lakukan, Hyung?"

"Bukan urursanmu." Lelaki yang dipanggil hyung itu kembali meluruskan duduknya, matanya kembali menatap tepat ke arah layar laptop. Kyuhyun diam termangu, muka polosnya seperti meniadakan dosa di dunia, perlahan, ia mulai bangkit dari duduknya.

"Hum..." Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke bahu si laki-laki, ia mengamati apa yang sedang dilakukan laki-laki itu. "Kau mau mencuri benda itu, Hyung?"

Sebuah senyum terukir rapi di antara sela bibirnya, matanya masih tak lepas dari gambar benda berkilau yang di perlihatkan layar laptopnya, sedikitpun, ia tak menoleh ke arah Kyuhyun yang mengajukan pertanyaan itu. "Aku boleh ikut?" Tanya Kyuhyun polos, laki-laki itu langsung menoleh. "Boleh 'kan Teuki Hyung?"

"Tak boleh, ini akan membahayakan keluargamu!" Leeteuk menolak dengan tegas.

"Aku tak peduli soal keluarga. Aku tak butuh keluarga." Kyuhyun menegakkan tubuhnya, sekilas, api amarah menguar dari matanya. Anak yang masih berusia 15 tahun itu terlihat lebih dewasa ketimbang usianya, mungkin hal itu dikarenakan pertumbuhan tubuhnya yang pesat. Dalam usia semuda itu, tingginya mencapai 175 cm. Siapa pula yang takkan menyangka dengan kemungkinan itu? Semua orang tertipu dan terbuai dengan tampangnya yang menawan, namun prasangka itu langsung pupus ketika mereka mendengar Kyuhyun bicara.

"Kau bisa berkata seperti itu, tapi kenyataan tak bisa berubah. Ingat kedudukan ayahmu di negara ini... Kau harus bisa menjaga wibawanya."

"Dari dulu kau selalu berkata seperti itu! Aku sudah bosan mendengarnya, Hyung! Karena kau selalu menyuruhku bersabar, menahan emosi, jadi anak baik, maka aku melakukannya. " Nada suaranya merendah sekarang, ia sedikit terisak, kepalanya tertunduk. Leeteuk yang pada awalnya tidak mempedulikan sama sekali apa yang sedang dikatakan Kyuhyun sekarang berbalik dan menatap Kyuhyun dengan pandangan iba.

"Aku hanya tak ingin membahayakanmu..."

"PERSETAN DENGAN MASA DEPANKU!" Kyuhyun berteriak, memecahkan keheningan yang menikam jiwa. "Aku sudah tak punya masa depan! Masa depanku sudah diatur oleh orang yang aku panggil orang tua. Aku muak akan hal itu, AKU MUAK!"

"Kyuhyunie..." Leeteuk melangkahkan kaki jenjangnya pelan, langkahnya menuntun menuju Kyuhyun yang masih terisak dalam sakitnya. "Uljima..." Leeteuk menarik nafas yang begitu panjang dan dalam, sehingga Kyuhyun bisa mendengarnya jelas. "Ok, kau bisa ikut andil dalam urusan ini. Tetapi jika kau mau menuruti apa yang aku katakan." Kyuhyun mengangkat kepalanya, lalu memandang Hyungnya dengan tatapan seolah tak percaya, tak lama ia pun mengangguk.

BBRRMMMM...

Aktivitas yang nampak di kota besar seperti Seoul memberikan warna tersendiri pada kehidupan penghuninya. Transformasi seorang pribadi yang sejatinya adalah manusia yang penuh kasih terkadang tertutup embun sakit hati dan ambisi besar yang menggebu-gebu. Hal itu dapat dilihat dari tingkah laku dan perkataannya.

Sinar matahari yang menyengat terik tak terhalang barang benang sehelai pun. Rambutnya yang kecoklatan tergerai karena tiupan angin, ia menyisirnya dengan jemarinya yang lentik agar nampak rapi seperti sedia kala.

Hari itu sudah lewat tengah hari, menjelang sore. Namun, Leeteuk masih saja berdiri di depan sebuah sekolah internasional. Ia bersandar pada dinding gerbang dan menunggu bel usai sekolah berdentang.

Tak lama, beribu siswa berhamburan keluar dari gerbang utama, Leeteuk memasang ancang-ancang guna menyapa orang yang selama ini ditunggunya. Ketika dilihatnya siluet tubuh orang yang dinantinya di antara banyak tubuh lain, ia menjauhkan diri dari bludakkan murid SMU itu lalu bersembunyi di balik tembok. Saat orang yang ditunggu itu melintasinya tanpa menyadari apapun, ia mencekal lengan orang itu. Sontak, orang itu melirik ke arah Leeteuk tak percaya, ia terus menatapnya heran namun Leeteuk segera membawanya menjauh dari gerbang sekolah, menuju taman yang tak jauh dari sana.

"Apa yang kau inginkan Leeteuk-ssi?" Ia meracau dengan nada berintonasi tinggi. "Tumben sekali kau muncul dihadapanku!" Leeteuk terkekeh mendengar semburan ucapannya. "Kau ingin aku melakukan apa lagi? Kali ini, tidak untuk kesenangan!"

"Hahaha, tenang Chulie-ya..." Ia menepuk bahu sahabatnya itu. "Aku ingin melakukan sesuatu yang lain," ia menatap Heechul dengan pandangan serius, membuat bulu kuduk Heechul meremang. "Sesuatu yang hebat! Dan aku ingin kau mengambil bagian atasnya!" Heechul menghembuskan nafas dalam. Ia sadar, kalau sahabatnya sudah memandangnya dengan tatapan seperti itu, maka ia sudah gila! Gila yang benar-benar gila! Dalam intens seperti itu, orang bernama Leeteuk rela menyerahkan hidupnya dan mengabaikan keadaan dirinya, ia harus berada di sana saat Leeteuk seperti itu, untuk memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja...

"Kali ini apa yang mau kau lakukan?" Heechul bersandar di sebuah kursi kayu taman itu, sorot matanya seolah pasrah diajak Leeteuk kemanapun. Ia harus selalu menyertai anak pemberani yang mungkin kelewat berani ini.

"Aku punya rencana hebat Chulie-ya! Benar-benar hebat!" Ucapnya dengan mata berbinar. "Aku akan menyaingi ayahku!"

"Hah? Itu yang kau sebut rencana?" Heechul merengutkan alisnya. "Bukankah dari dulu itu sudah menjadi keinginanmu?"

"Tidak! Kali ini berbeda, kali ini bukan hanya angan-angan biasa! Aku akan mewujudkannya!" Heechul membelalakkan matanya. "Kyuhyun bilang aku tidak bisa melakukannya sendiri, karena itu..."

"APA?" Heechul berteriak tak percaya, memotong ucapan Leeteuk yang tengah menggebu-gebu menceritakan rencananya. "KAU MELIBATKAN KYUHYUN?" Leeteuk terlihat gelagapan. "Kau ini! Memberontak pun ada batasnya babo-ya! Kau jangan sampai melibatkan orang lain selain aku, kau tahu sendiri Kyuhyun siapa 'kan? Dia adalah anak perdana menteri Korea Leeteuk-ssi! Anak perdana menteri Korea!"

"Aku tentu jelas akan hal itu..."

"Lalu?" Heechul berusaha mengatur nafasnya yang menderu tak menentu, terkejut dengan apa yang dikatakan Leeteuk.

"Aku tak akan melibatkan dia dalam operasi kita, dia akan menjadi orang dibalik layar. Percayalah, tak ada hal buruk yang akan terjadi padanya..." Leeteuk berusaha meyakinkan Heechul. "Lagipula, dia memohon kepadaku agar dilibatkan, memangnya aku bisa apa ketika melihat dia yang seperti itu?"

"Tapi dia masih SMP Leeteuk-ssi..." Heechul mengusap wajahnya, tangannya gemetar, raut mukanya masih tak percaya.

"Aku akan menjaganya, dan tugasmu adalah untuk memastikan bahwa aku takkan melakukan apapun yang membuatnya berada dalam bahaya. Otokhe?" Senyum kembali mengembang di antara bibirnya, Heechul mendesah perlahan, berusaha memaklumi apa yang sedang dikerjakan sahabatnya yang satu ini.

"Gerom... Apa yang akan kau lakukan kali ini?"

"Aku akan menyaingi ayahku!" Matanya berbinar seperti baru menemukan harta karun yang berharga. "Aku akan melakukan pencurian!" Terlihat Heechul menelan ludahnya. "Aku akan melakukan pencurian besar, dan kata Kyuhyun, aku harus mendapatkan orang-orang yang ahli di bidangnya!"

"Aku tak percaya ini! Kau akan melibatkan orang lain lagi selain aku dan Kyuhyun?" Heechul kembali berteriak, namun Leeteuk hanya tersenyum menghadapi kehisterisan Heechul.

"Aku membutuhkan peretas, orang yang dapat memberikanku informasi, ahli peledak, ahli beladiri, ahli penyamaran, ahli benda-benda antik, dan masih banyak lagi."

"APA?"

"Hehehe... Bagus 'kan?" Leeteuk kembali terkekeh sementara Heechul menepuk-nepuk keningnya keras.

To be Continued...

Silahkan di-review :)