Naruto Masashi Kishimoto

.

Author : DanDogoier

.

Main Cast :

Inuzuka Kiba

Shion

.

Other Cast :

Sai

Yamanaka Ino

.

Genre : Friendship/Romance

.

.

DanDogoier PRESENT ...

TWOSHOOT

.

.

[My First Love is Princess Konoha ?]

.

.

Summary :

"Itu karena ia mirip dengan 'dia'!"/"Itu...bukan urusanmu kan?"/
"Kau... mirip sekali dengan cinta dari masa laluku."/"Aku kemari untuk menjemput pangeran berkuda putihku!"/EDITED!

.

.

Warnings :

AU, Gajes, Typo(s), abal dan banyak ke-frik-an fict ini. Yang baca di jamin mual-mual.

.

.

.

Note :

'Italic' : Flashback, mind-talking

'Biasa' : umum

.

.

Gadis blonde itu menatap Kiba sebal. Sejak bel istirahat berbunyi pemuda itu selalu mengikutinya. Ia mendelik pada Kiba.

"Sudah kubilang! Berhenti mengikutiku selama jam istirahat pertama! Kau ini tuli atau budeg sih!" Omelnya sedikit berteriak.

Kiba hanya menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap mata aquamarine Ino. Kaca mata berframe tebal miliknya sedikit melorot. Ia kemudian mengangguk dan bergegas pergi meninggalkan Ino sendirian di depan area loker. Berbelok di koridor dan akhirnya sosok Kiba menghilang.

Tak lama, muncul seorang pemuda berambut klimis hitam. Ia tersenyum tipis pada Ino.

"Lama menunggu?" Tanyanya,

"Ah Sai-kun, aku baru saja sampai. Ayo kita ke kantin!" Ino menjawab dengan ceria sambil merangkul lengan pemuda bernama Sai itu mesra. Melupakan masalahnya dengan Kiba.

Sementara kita lihat keadaan Kiba saat ini. Ia duduk di pojok perpustakaan. Punggungnya membungkuk membaca buku sejarah di hadapannya. Pikirannya tak bisa teralih dari Ino. Ia menggelengkan kepalanya kemudian fokus membaca lagi. Tak lama datang seorang pemuda berambut duren menghampiri Kiba. Ia duduk disebelah anak bungsu keluarga Inuzuka. Naruto-pemuda duren itu- menghela nafas memperhatikan teman masa kecilnya itu. Selalu duduk termenung di pojokan perpus memikirkan seorang gadis yang jelas-jelas tak menyukainya.

"Hei Kiba, apa kau menolak beasiswa itu?" Ia bertanya pelan sambil membuka buku Fisika yang ia bawa dari kelas. Kiba mengalihkan perhatian dari buku sejarahnya lalu memandang Naruto sekilas dan bergumam lirih,

"Ya, hanya demi dia ..." Jawab Kiba lalu kembali menenggelamkan diri dalam buku sejarahnya.

Naruto memandang teman masa kecilnya itu miris. Kiba telah dibutakan oleh silaunya Ino Yamanaka. Gadis terpopuler di sekolahnya ini. Sebelumnya, Sakura Haruno, merupakan gadis paling 'perfect' di Amanogawa Highschool. Ia telah lulus setahun yang lalu. Dengan kecerdasannya ia mampu mengakselerasi pelajaran SMA dalam waktu kurang dari setahun. Ia sangat cantik dan ramah. Mereka dulu mendapat sebutan Rockie 12 karena merupakan kumpulan orang paling cerdas di sekolah, beranggotakan Sasuke Uchiha, Sakura Haruno, Neji Hyuuga, Hinata Hyuuga, Tenten, Rock Lee, Temari Sabaku, Gaara Sabaku, Shino Aburame, Shikamaru Nara, Inuzuka Kiba dan terakhir ia sendiri, Naruto Namikaze. Kini Rockie 12 yang tersisa di Amanogawa Highschool hanya ia dan Kiba, yang lain telah melanjutkan sekolah mereka ke luar negeri. Setelah kelulusan Sakura, Ino yang notabene nomor dua kecantikannya mengambil alih. Dengan modal wajah yang rupawan, ia mampu menggaet banyak lelaki jika ia mau, termasuk sahabatnya, Kiba. Ino tak terlalu cerdas, bahkan bisa dibilang err... Bodoh. Setiap ulangan ia selalu meminta Kiba untuk duduk di dekatnya. Kiba menurut saja. Naruto selalu menatap geram Ino. Tapi tak mungkin kan ia melawan Ino. Ia yang termasuk nerd ini tak mungkin melawan seseorang yang memiliki ke-famous-an itu.

Kiba menutup buku sejarahnya. Ia bangkit dan meninggalkan Naruto yang memandangnya dengan berhentilah-mengejar-gadis-itu. Tak lama setelah itu, sosok Kiba menghilang di balik pintu keluar perpustakaan. Naruto menghela nafasnya lagi. Apa benar Ino adalah dia ? A~h sudahlah, sebaiknya aku mengejar Kiba, Naruto bergumam seraya bangkit dari tempat duduknya.

Bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu. Siswa dan siswi sekolah trendi itu sudah menempati tempat duduknya masing-masing. Kiba memandang langit biru musim panas. Tangan kirinya menopang dagu. Pikirannya melayang pada pertemuannya dengan cinta pertama kekanakan dua belas tahun yang lalu.

.

Flashback

.

Kiba kecil melangkahkan kakinya ke taman sambil memeluk robot-robotan anjing yang baru dibelikan ayahnya. Ibunya memintanya untuk menunggu di Taman Konoha. Senyum senang tak pernah luput dari bibir tipisnya itu malah tampak seperti seringai karena taring-taring yang baru tumbuh. Ketika sampai ia disuguhi pemandangan khas anak-anak. Ada yang berlari-larian, memetik bunga, bermain pasir dan dibu- heh tunggu dulu, apa matanya tak salah lihat?. Kiba memicingkan matanya. Tampak seorang gadis kecil bersurai kuning keemasan tengah diganggu beberapa gadis kecil lainnya.

Kiba perlahan mendekat untuk melihat apa yang terjadi. Ia bersembunyi di balik semak belukar. Mata kecoklatannya menatap lekat pada sekumpulan gadis kecil di depannya.

"Cuma pinjem boneka aja pelit cekali. Lebih baik kamu tidak ucah belmain cama kami." Gadis berambut kebiruan berujar.

"Iya, kamu pelit cekali. Hush pelgi cana," tambah seorang gadis bersurai kekuningan yang lebih pucat dari gadis kecil yang memeluk boneka anjing itu.

"Ta-tapi a-aku mau main cama kalian." Balas gadis kecil yang mulai terisak itu.

"Makanya kamu jangan pelit cama boneka. Cini aku pinjem bonekanya!" Gadis berambut kebiruan menarik boneka anjing itu. Gadis si pemilik boneka menarik bonekanya balik.

"Engga boleh, ini balu dibeliin papa. Nanti lusak!"

"Kalo kamu mau main dengan kami kamu halus kasi pinjem boneka ini!"

"Engga boleh, nanti lucak!" dan KRETTT telinga boneka yang tadi ditarik gadis berambut kebiruan itu putus, memperlihatkan busa-busa lembut yang berjatuhan. Si gadis langsung melemparkan potongan telinga itu ke pemiliknya.

"Nih engga ucah lagi aku pinjem. Bonekanya udah lucak! Ayo Pig, kita pulang!"

"Jangan memanggilku pig nee-chan!" kemudian mereka berlari kecil menuju keluar Taman Konoha.

Gadis pemilik boneka anjing itu kini menangis keras. Boneka yang baru dibelikan ayahnya kini rusak karena ulah mereka. Kiba yang sedari tadi menonton kemudian keluar dari tempat persembunyiannya.

"Kau tak apa?" untuk bocah seusianya Kiba termasuk anak yang cerdas. Ia dengan pandai membantu gadis itu berdiri.

"A-aku tidak apa-apa. Telima kacih cudah membantuku beldili." Gadis itu memandang Kiba sambil tersenyum. Pipinya yang chubby itu tampak merona merah. Matanya sedikit sembab akibat menangis tadi. Kiba merogoh saku celananya dan mengeluarkan sapu tangan berwarna coklat tua. Ia menyeka air mata yang keluar dari permata yang entah berwarna biru atau ungu itu. Ia juga membersihkan debu yang ada di pipi gadis itu.

"Nah sudah bersih. Ini sapu tanganku kamu bawa ya, siapa tahu nanti kalo kamu nangis lagi kamu bisa bersihin pake sapu tangan itu." Kiba menampakkan cengirannya. Mereka berdua tampak seperti sepasang kekasih, hanya saja masih anak-anak ^^ pikir orang-orang yang tak sengaja lewat di dekat mereka.

Si gadis yang kini sudah berhenti sesenggukan, memandang Kiba yang lebih tinggi darinya. Gadis itu menunduk, malu. Ia memeluk boneka anjingnya erat.

Kiba memandang boneka yang rusak yang tengah dipeluk gadis didepannya. Dipungutnya potongan telinga kiri boneka itu.

"Bonekamu rusak. Ayo ke rumahku dulu, kaa-san akan menjahitkan boneka ini agar bisa jadi lebih bagus. Sebagai gantinya, kamu bawa aja robotku ini." Ujar Kiba menawarkan. Gadis di hadapannya tampak ragu-ragu. Ia kemudian menyerahkan bonekanya pada Kiba.

"O-onegai... ell namamu ciapa?" Tanya gadis itu.

"Kiba. Kiba Inuzuka." Balas Kiba sambil menerima boneka itu. Belum sempat ia menanyakan nama gadis didepannya, beberapa orang berpakaian hitam dan kaca mata hitam menghampiri mereka berdua.

"Ojou-sama, Ojou-sama baik-baik saja?" Tanya salah satu dari mereka. Wajah gadis kecil itu tampak merengut.

"A-aku baik-baik caja Ebicu-can." Balas gadis itu.

"Ayo Ojou-sama, Ojou-sama harus pulang sekarang juga. Tuan Besar mengkhawatirkan anda." Tambah seorang yang berada di sebelah pria yang ada di samping orang yang dipanggil Ebisu itu. Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Engga mau, aku macih mau main cama Kiba-kun!" balas gadis itu keras kepala.

"Sudahlah, kita masih bisa main besok bukan?" Ujar Kiba pada gadis dihadapannya yang mulai merengek itu.

Dengan terpaksa, Ebisu menggendong nona besarnya itu lalu berjalan menuju beberapa mobil Lamborghini yang terparkir manis di depan Taman Konoha. Kiba hanya bisa memandang gadis yang tengah meronta dalam gendongan pria paruh baya itu. Ia memandang boneka di tangan kirinya. Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang sekali. Aku kenapa? Kok sakit disini? Jangan-jangan aku sakit? Oh tidak, aku harus bertanya pada Kaa-chan, tapi robotku bagaimana? Kedua hitam dan putih dalam diri Kiba berperang pendapat. Kiba mengacuhkannya dan berjalan keluar dari taman. Ibunya tampak menunggu di sebuah bangku di taman itu.

"Kamu lama sekali Kiba-kun, ayo kita pulang." Ibunya tampak tak memperhatikan boneka anjing di tangan kirinya yang tengah bergelayutan itu. Kiba memandang ke belakang. Pertemuan pertamanya dengan gadis asing bersurai keemasan itu. Ia berjanji ia akan mencari gadis itu.

.

Flashback off

.

Lamunan Kiba buyar ketika pintu kelas mendadak terbuka. Tampak Kurenai-sensei masuk dengan seseorang yang mengekorinya. Kiba mengerutkan keningnya, seseorang yang berada dibelakang Kurenai-sensei itu tampak familiar. Tapi siapa ? gumam Kiba. Ia memandang penuh pada gadis itu. Tak sedetikpun pandangannya lepas dari gadis yang kini mulai memperkenalkan dirinya. Ah ia ingat sekarang, gadis itu yang sempat ia tolong beberapa hari yang lalu di depan Taman Konoha.

"Watashi namae wa Shion Hatsune, yoroshiku." Gadis itu memperkenalkan namanya lalu membungkuk 90°. Surai keemasan miliknya yang diikat ekor kuda itu turun. Ia lalu menegakkan tubuhnya lagi.

"Apa ada yang ingin bertanya?" Tanya Kurenai-sensei.

"Pindahan dari mana?" Tanya Suigetsu, yang tampaknya tertarik pada Shion.

"Selama ini aku ikut homeschooling." Balas Shion kalem. Mata biru keunguannya memandang ke seluruh penjuru kelas dan voila, bersibobrok dengan mata kecoklatan Kiba yang memandangnya intens. Ia kemudian dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Kiba. Memandang ke siswa-siswi lainnya.

"Lalu, kenapa kamu memilih masuk ke SMA ini? Bukankan Homeschooling lebih baik?" Tambah Juugo yang sama tertariknya dengan Suigetsu.

Shion tersenyum lalu menjawab, "Itu privasi. Pertanyaan lain?"

"Kau sudah punya pacar?" Tanya Pein yang tampaknya mulai tertarik pada Shion.

"Sorry, nanti saja ku jawab." Balas Shion.

"Oke, nanti saja dilanjutkan tanya jawabnya. Hatsune-san, silahkan duduk disebelah Fuma-san. Sasame, angkat tanganmu." Sasame Fuma, gadis bersurai oranye terang bermata hazel itu mengangkat tangannya. Ia tersenyum penuh pada Shion. Shion berjalan menuju Sasame dan mendudukkan dirinya disebelah gadis itu. Tempat duduk Shion berada di sebelah Kiba yang duduk sendirian.

Bel istirahat kedua berdentang dengan nyaringnya. Siswa dan siswi Amanogawa Highschool berhamburan keluar kelas. Termasuk Kiba dan Naruto, mereka berdua keluar dari kelas mereka, XI A2. Mereka berjalan santai menuju kantin, Naruto bilang ia ingin makan ramen. Kebetulan Kiba juga ingin membeli air minum, entah ia terlalu fokus pada pelajaran atau Shion, yang jelas ia melupakan kewajibannya membelikan Ino jus setiap harinya. Ya ia lupa. Tampak sebuah kerumunan memenuhi meja kantin yang tepat berada di tengah. Terlihat di sana Shion yang tengah duduk manis bertemankan salad dan jus stroberi. Disampingnya duduk Sasame yang sepertinya sudah akrab dengan Shion. Beberapa murid lelaki mengerumuni Shion seperti semut. Ino and The Gank duduk di depan Shion yang sedang melahap saladnya. Ino mendecih tak suka. Pasalnya sejak tadi ia duduk dan mengoceh pada gadis yang look-a-like dengannya itu. Tapi tak sekalipun gadis itu mendengarkan. Ia tetap setia bercanda dengan si kampungan Fuma itu.

Ino menggebrak meja di hadapannya itu. Ia menatap tajam Shion yang kini memandangnya datar. Ia mengepalkan tangan dan mengerucutkan bibir. Bagi para lelaki disana, Ino tampak sangat err sexy. Tapi bagi Shion dan Sasame, kalian tahu? Itu menjijikkan pikir Shion. Shion hanya memandang Ino datar. Ia dengar kok apa yang diucapkan gadis itu.

.

Flashback

.

"Hei, anak baru. Kenalkan, dia Ino Yamanaka, ketua The Gank dan Ketua Tim Cheerleaders sekolah ini. Ia ingin mengikutkanmu menjadi anggota di The Gank." Ujar seorang gadis bersurai merah terang dengan potongan simetris yang tak jelas. Mata merah rubynya memandang gadis yang memang look-a-like dengan Ino. Shion hanya melirik sekilas, lalu kembali melanjutkan makan siangnya. Ia tak terlalu tertarik dengan hal semacam itu. Jika ia mau ia bisa membuat yang lebih besar dan beranggotakan para supermodel, bukan anak ingusan macam mereka. Ino yang tampak agak kesal mulai angkat bicara.

"Heh, kau anak baru engga usah belagak sok deh! Mentang-mentang punya wajah cantik aja sombong! Kheh, elo sama kampungannya sama Si Fuma itu." Ujar Ino emosi.

.

Flashback End

.

Terlihat Shion sudah selesai dengan santap siangnya. Ia kembali memandang Ino and The Gank.

"Aku mau menjadi bagian dari kalian. Asal Sasame bisa ikut juga. Aku bisa menyediakan semua yang kalian inginkan jika ia juga bisa masuk. Dan satu lagi, kalian tidak boleh mencampuri urusan pribadi tentangku ataupun Sasame. Dan Ino, nanti aku ingin berbicara pribadi denganmu." Ujar Shion simpel. Ino menyeringai tipis.

"Hn, baiklah itu bisa diatur." Ujar Ino kemudian meninggalkan Shion dan Sasame. Sasame menatap Shion.

"Hei, kenapa aku juga diikut sertakan?" Tanyanya.

"Aku tidak ingin menjadi satu-satunya yang paling waras disana. Jadi aku mengajakmu. Tenang saja, mereka tak akan menyentuhmu." Ujar Shion sambil tersenyum pada Sasame. Sasame hanya mengedikkan bahu. Tak mengerti jalan pikiran teman barunya itu.

Kiba menenggak sebotol air mineral di hadapannya sekali tenggak. Lega sekali rasanya. Pikirannya tiba-tiba melayang pada acara di kantin tadi. Ia mencuri dengar bahwa Ino memasukkan Shion ke dalam anggota The Gank. Ah~ tak usah dipikirkan Kiba.

Tiba-tiba ponsel Kiba berbunyi. Ino mengirim pesan padanya.

.

Mana jus melonku?

Bawakan ke Gym

Sender : Ino-chan

.

Kiba baru ingat bahwa ia belum membelikan Ino jus melon. Kiba lalu memesan satu pada bu kantin dan membawanya ke gymnasium. Ketika ia sudah memasuki Gym, ia mendengar suara selain suara milik Ino.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Ino yang tengah menyeka keringatnya sehabis berlatih cheerleaders.

"Ku dengar dari Sasame, kau dekat dengan seseorang bernama Inuzuka, bukan? Apa hubunganmu dengannya?" Shion memandang Ino sambil memainkan anak rambut di dekat telinganya.

"Ya, aku memang dekat. Tapi ia hanya pesuruhku. Bukan siapa-siapa." Balas Ino.

"Oh, jadi ia hanya pesuruhmu? Bagaimana kalau kita barter. Aku akan mengambil Inuzuka dan aku akan memenuhi satu permintaanmu, apa saja. Bagaimana?" Shion menyeringai tipis, saking tipisnya sampai Inopun tak melihatnya.

"Hoo .. Menarik juga. Baiklah aku menyetujui penawaranmu." Ino tersenyum senang.

"Baik. Dengan syarat : 1. Inuzuka harus selalu berada di dekatku kapan pun. 2. Kau tidak boleh mengganggu kehidupanku atau Inuzuka. 3. Jika kau melanggar salah satu dari keduanya atau mungkin keduanya, maka semua yang kau minta akan ku tarik kembali, dan Inuzuka..." Shion menggantungkan kalimatnya, "...Inuzuka menjadi milikku sepenuhnya."

Ino mengernitkan keningnya. Kenapa gadis di depannya ini begitu terobsesi pada Inuzuka yang nerd itu? Ah sudahlah yang penting ia bisa dijauhkan dari Inuzuka itu.

"Baik. Aku menerimanya." Jawab Ino dengan mantap.

"Bagus, dan waktunya aku pergi." Kata Shion lalu meninggalkan Ino. Kiba bersembunyi di balik pintu Gym. Belum sampai setengah perjalan menuju pintu keluar Gym, suara Ino mengintrupsi jalan Shion.

"Kenapa kau begitu menginginkan Inuzuka itu?" Tanya Ino penasaran.

"Itu..." Shion mengerling pada Ino, "...bukan urusanmu." Lanjut Shion. Dahi Ino sudah memunculkan 4 sudut siku-siku. Seenaknya sekali anak baru itu. Harus diselidiki! Pikir Ino.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

Author's Note :

Hehe ini fict twoshoot pertama saya ^^ mohon reviewnya yaa Minna-san!

Saya harap minna-san menyukainya. Mendapat satu review saja saya sudah senang bukan kepalang. Alangkah bagusnya jika saya mendapat banyak review. Arigatou udah mw baca ... dan fict ini saya kebut 2 jam dengan ide yang tak tentu arah.

Saya terpaksa mengedit sedikit ceritanya. Karena agak ganjil ^^