Matahari pagi ini bersinar cerah. Angin pun bertiup sesekali sekedar menandakan bahwa sirkulasi udara itu ada. Suara cicit burung kadang terdengar dan menjadi ricuh dengan suara deru mesin mesin kenderaan.
Seorang wanita cantik tampak sibuk di dapur. Dengan apron yang terpasang apik di tubuhnya, tangannya yang lihai memotong beberapa jenis bahan baku makanan dan kemudian—
Masakannya gosok.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Kim Heechul, seorang dokter beranak dua yang memiliki suami yang super baik dengan kehidupan yang bahagia memang tidak bisa memasak. Heechul mendesis, menyayangkan telurnya yang gosong. Tapi Heechul adalah seseorang yang selalu optimis. Masih ada hari esok untuk memasak telur yang lebih baik.
Hanya sialnya—
"Mama, kau membuat telurnya gosong lagi?" Heechul selalu mengulangi kesalahan yang sama setiap memasak telur. Dan si bungsu keluarga Kim, sedang mengecek keadaan ibunya di dapur. Ibunya itu hebat dalam membedah, tapi tidak dengan memasak. Dia payah.
Heechul memajukan mulutnya. "Begitulah" sahutnya. Dia menatap si kecil yang masih berusia empat tahun—terlalu muda untuk sekolah sebenarnya tapi cukup pintar dalam mengkritik. Namanya Kim Kyuhyun, usianya tepat lebih muda dua puluh menit dari si sulung Kim. Pipinya chubby dengan tambahan kulit pucat yang membuatnya persis seperti kue mochi. Dia anak yang manis dan aktif.
"Mama, susu susu susu susu" dia mulai memukuli meja dengan sendok di tangannya. Mengingatkan ibunya bahwa ia butuh susu. Ia harus meminum banyak susu karena dia harus tumbuh tinggi dan besar dengan cepat. Karena dia harus—
Mengalahkan si sulung Kim.
"Tenanglah sedikit Kyuhyun, mana papa dan kakakmu?" Heechul meletakkan segelas susu di hadapan Kyuhyun, cengiran terlihat di wajah lucu si anak. Dia kemudian menggedikkan bahunya—tanda ia tak tahu menahu tentang keberadaan ayah dan kakaknya.
Tak butuh waktu lama sejak di pertanyakan keberadaannya, kedua laki laki yang terpisah usia sangat jauh itu menunjukkan batang hidung mereka. Kibum—si sulung Kim menuruni tangga satu per satu, langkahnya terlihat malas di tambah dengan mulutnya yang terbuka lebar—menguap berkali kali. Sementara Leeteuk—si kepala keluarga keluar dari kamar di lantai bawah, berjalan dengan kondisi primanya—bertolak belakang dengan Kibum.
Hingga—
Bruuukk
Kibum menabrak tubuh Leeteuk dan dialah yang terjatuh. "Astaga, Kibum kau baik baik saja?" tentu saja sedikit takut jika anaknya terluka. Heechul cepat mematikan kompornya.
Kyuhyun mendumel. "Dia pasti tertidur lagi"
Dia cepat memeriksa sang anak, dan benar saja, Kibum memang tengah tertidur. "Kyuhyun, apa Kibum susah tertidur ketika malam?" Tanya Heechul. Sedikit cemas dengan kondisi Kibum yang sepertinya kurang tidur ketika pagi.
"Tidak" ucap Kyuhyun, menyingkirkan bagian gosong telurnya sambil mendesis tidak suka. "Dia selalu tidur lebih awal. Dia bahkan tidur di manapun yang ia mau. Mama harus memarahinya, dia bahkan tidur ketika jam pelajaran"
Heechul mengguncang tubuh Kibum. Si sulung yang memang pendiam, berwajah tak lebih chubby dari Kyuhyun, berkulit lebih sedikit gelap, dan selalu pasif itu membuka matanya. Seolah itu hal sulit yang ia lakukan, ia menyeret langkahnya mencoba menggapai meja makan. Dia memanjat naik. Meminum susunya. Tatapannya bahkan sayu—kelopak matanya nyaris enggan terbuka.
Mendesah lega. Heechul rasanya ingin mengamuk dengan kelesuan Kibum. Tapi Leeteuk buru buru menghentikannya. Empat tahun hidup bersama si kembar tentu saja mereka hapal sifat keduanya. Kibum dari bayi juga entah kenapa lebih menyukai tidur dari pada bermain seperti Kyuhyun. Heechul juga sudah memeriksa sang anak, tidak ada yang aneh pada diri Kibum.
Intinya, si sulung keluarga Kim itu memang malas.
Dia malas melakukan segala hal, selalu suka tidur dan benci obrolan ringan.
Oleh karenanya Kyuhyun membenci Kibum. Mereka hanya terpisah dua puluh menit bukan dua puluh tahun tapi Kibum selalu melakukan segalanya lebih baik darinya meski sang kakak sangat malas melakukan segalanya. Seperti ketika belajar mengikat tali sepatu, Kyuhyun bersusah payah untuk mengulang berkali kali sementara kakaknya itu mengasingkan diri di dekat jendela untuk mendapatkan angin yang berhembus untuk tidur. Kemudian Kibum bisa mengikat tali sepatunya sendiri ketika pulang dari tempat penitipan anak.
Kyuhyun kesal setengah mati.
Ketika belajar bernyanyi. Kyuhyun mengulang berkali kali nyanyiaannya. Sementara sang kakak—Kibum menatap datar sekelilingnya tanpa mau mengeluarkan suara. Namun ketika ibu di tempat penitipan anak meminta Kibum menyanyikan ulang lagunya, Kibum hapal tanpa cacat.
Kyuhyun benci Kibum.
Dia seperti pecundang yang selalu menjadi nomor dua meski ia berusaha keras.
Lalu apa Kyuhyun menurut Kibum?
Kibum menatap datar wajah Kyuhyun, kemudian BUGH—
Kepalanya terantuk meja dan dia kembali tertidur.
"Astaga, KIBUUUUMMM!" dan suara teriakan Heechul menggelegar untuk membangunkan Kibum.
Lullaby
.
.
Ika. Zordick
Kyuhyun melambaikan tangannya pada Leeteuk yang berada di dalam mobil. Ayahnya baru saja pergi untuk melakukan tugas Negara—ayahnya seorang PNS dan ibunya pasti mengambil jalan terpisah kearah rumah sakit dengan angkutan umum. Mereka orang tua yang sibuk, tapi Kyuhyun dan Kibum tidak merasa mereka anak yang kurang perhatian orang tua.
Kyuhyun menarik tubuh Kibum, sebenarnya nyaris menyeret. Inilah pekerjaan Kyuhyun setiap pagi ketika berada di tempat penitipan, menyeret Kibum ke sana kemari karena mata sang kakak enggan terbuka. Kibum dan Kyuhyun memasuki salah satu ruangan, di sana ada anak anak lain yang tengah bermain.
Ada yang menyusun balok.
Ada yang menghapalkan lagu.
Ada yang berendam di kolam bola.
Ada pula yang hanya sekedar berputar putar tak jelas di tempat.
Kibum menegakkan tubuhnya. Tugas Kyuhyun sudah habis, sang kakak sudah bisa berjalan tegak dan Kyuhyun tahu kemana arahnya Kibum pergi. Sudah jelas Kibum akan bergerak ke lantai yang di lapisi matras—di bawah AC. Dia kemudian menjatuhkan dirinya di sana dan kemudian terlelap dengan sebuah boneka menjadi bantalannya.
Kyuhyun bersungut. Kakaknya itu sungguh benar benar tak bisa di andalkan.
Tapi percaya atau tidak, Kibum selalu memasang pendengarannya dengan baik—meski matanya terpejam dan dia sudah berkelana di alam mimpi. Inderanya sensitive pada Kyuhyun. Meskipun dia tertidur dia selalu mengawasi Kyuhyun. Meski kenyataannya, sepertinya dia yang lebih membutuhkan Kyuhyun—mengingat dia yang berjalan saja suka menabrak benda di sekitarnya.
Ika. Zordick
"Kibum, sepertinya papa tak akan menjemput kita" Kyuhyun melihat sekelilingnya. Sudah sangat sepi—hanya tinggal mereka berdua. Kyuhyun belum bisa melihat jam dinding tapi di luar sudah hampir gelap. Ayahnya biasanya datang menjemput ketika sore hari, bahkan tanda tanda senja belum terlihat seperti saat ini. "Ayo kita pulang sendiri!"
Kyuhyun merasa dia sudah besar. Dia sudah mampu mengasuh kakaknya yang pemalas dan tak berguna. Dia juga bisa mengkritik ibunya dan hebatnya dia juga sering mengingatkan ayahnya kalau lelaki itu terlambat mengantarkan atau menjemput mereka dari tempat penitipan. Dia akan pulang sendiri hari ini—maksudnya bersama Kibum, dia rasa takkan masalah. Lagipula dia hapal jalannya. Setiap hari hampir enam bulan dia selalu bolak balik di jalan yang sama. Jarak rumahnya dan tempat penitipan tidak jauh.
Semuanya hanya anggapan Kyuhyun tentu saja.
Kibum enggan bergerak. Dia hanya memutar tubuhnya dan masih betah untuk melanjutkan tidurnya. "Kibum, bangunlah~" Kyuhyun merengek. Sesekali tangan mungilnya memukul mukul lengan Kibum agar saudara kembarnya itu terbangun.
Lumayan lama, sampai akhirnya Kibum membuka matanya. Iris hitam kelam itu menatap Kyuhyun malas. Dia melihat ke luar jendela, memang sudah gelap. "Tunggu sebentar lagi, papa akan datang" kata Kibum. Menurutnya, mereka tak cukup besar untuk pulang berjalan berdua. Meski sebenarnya Kibum malas untuk melangkahkan kakinya berjalan. Ke kamar mandi saja ia malas, apalagi untuk jarak rumahnya dan tempat penitipan. Dia tak perlu berpikir untuk mengatakan tidak.
"Tapi di luar sudah gelap, papa tidak akan datang. Dia lupa pada kita!" tuding Kyuhyun pada ayahnya yang masih tak kunjung datang. "Aku tak mau menjadi anak yang dibuang di penitipan" katanya polos.
Kibum mendudukkan dirinya. Kembali menatap sang adik dengan mata sayunya. Sebenci bencinya Kibum dengan keadaan yang tidak membiarkan dia untuk bermalasan—dia lebih benci air mata Kyuhyun. Dia jelas melihat mata Kyuhyun berembun. Ini akan gawat jika dia mencoba untuk menyuruh Kyuhyun menunggu sebentar lagi.
Menghela nafas. Kibum membangkitkan tubuhnya. Perutnya juga sudah lapar, dia perlu segera mengisi asupan energinya agar bisa tidur lagi. Keduanya memakai sepatu mereka dan melangkahkan kaki mereka tanpa meminta izin dari pemilik penitipan untuk pulang.
Ika. Zordick
Menguap.
Sekali.
Dua kali.
Empat belas kali.
"KENAPA KAU TERUS MENGUAP? KAU KAN SUDAH TIDUR SEHARIAN!?" teriak Kyuhyun kesal ketika dia melirik ke arah Kibum dan sang kakak kerjanya hanya menguap. Kibum sepertinya tak berpikir ke arah mana mereka akan pulang. Di sekitar mereka juga sangat gelap, hanya ada beberapa lampu jalan. Sangat sepi dan Kibum masih mengantuk. Kibum itu benar benar tak bisa di andalkan.
Kyuhyun menggembungkan pipinya. Rasanya ia ingin protes pada ibunya kenapa harus Kibum yang jadi kakaknya. Harusnya dia. Selama ini Kyuhyun yang melindungi Kibum. Lihat saja, sekarang ia menautkan tangannya erat dengan tangan Kibum, agar dia bisa dengan gampang menarik Kibum jika saja di depan Kibum ada tiang listrik atau kotoran anjing.
Kibum itu tak bisa berkonstrasi. Dia itu benar benar pemalas sejati dan itu merepotkan Kyuhyun yang umurnya bertaut dua puluh menit dari Kibum.
"Kita kembali saja, aku masih mengantuk" ucap Kibum. Dia tahu Kyuhyun pasti tak tahu arah selanjutnya. Kalau Kibum berkata Kyuhyun tak tahu, adiknya itu pasti berkilah kalau dia lupa. Jadi, Kibum mengambil jalan lain saja, lebih baik mereka memutar dan kembali menunggu ayah mereka.
"Tidak! Ini sudah setengah jalan" Kibum rasa seperempat saja belum ada. Kyuhyun itu memang sok tahu. Kibum pasrah saja di seret seret.
Hingga—
"Ki—Kibum" Kibum merasakan jemari Kyuhyun yang basah dan gemetar. Suara Kyuhyun juga terdengar tak menyenangkan. Kibum membuka matanya, cukup terkejut dengan kehadiran anjing besar di hadapan mereka.
Angin bertiup. Suasana terasa menegang. Kibum reflek menyembunyikan Kyuhyun di belakang tubuhnya. Alasannya jelas, karena dia seorang kakak.
Lampu jalan yang berkedip sesekali, menambak kesan bahwa suasana ini betul betul dalam keadaan gawat. Kyuhyun sudah menangis dan kakinya gemetar hebat. "Kibum bagaimana ini? Bagaimana?" dia bahkan terisak takut.
Kibum masih kokoh berdiri di depan Kyuhyun. Dia menelan ludahnya susah payah. Tubuhnya masih terlalu kecil untuk menghadapi anjing besar dengan lidah menjulur serta liur yang mengalir dari mulutnya. Kibum bergedik. Dia tak suka anjing, dia lebih suka kucing sebenarnya, sialnya ayahnya mengalami alergi, hingga ia tak diperbolehkan memeliharanya.
Anjing itu mengeram. Maju perlahan, memperlakukan Kibum dan Kyuhyun seperti mangsanya. Kyuhyun benar benar ketakutan saat ini. Kondisinya hampir sama saja dengan Kibum. Tapi Kibum tak boleh menunjukkan ketakutannya atau Kyuhyun akan menangis.
"Aku akan menahannya, kau lari kembali ke penitipan dan panggil bantuan" instruksi Kibum.
Kyuhyun tentu saja langsung menolak. "Tidak tidak! Kau pasti terluka, aku tidak mau!" Kibum juga sudah menduga reaksi ini. Kibum mengambil ranting yang kebetulan berada di dekatnya. "KIBUM! KAU TAKKAN BISA MELAWAN ANJING DENGAN RANTING KURUS ITU" Kyuhyun masih tetap saja memarahi Kibum dengan tingkah konyol kakaknya itu.
"Kau punya benda yang lebih baik, Kyuhyun?" Kibum benci dengan ocehan Kyuhyun tapi dia selalu rindu jika tak mendengarnya. Tapi di waktu genting begini, Kibum lebih suka jika Kyuhyun diam.
Kibum dan Kyuhyun memundurkan tubuh mereka ketika anjing itu semakin mendekat pada mereka. Dan tepat ketika anjing itu akan menerkam.
BETS—
Anjing itu melolong kesakitan. Kibum menusuk mata sang anjing dengan ranting di tangannya. Kibum cepat berlari menerjang sang anjing, menendangnya kuat untuk menjauhkannya dari Kyuhyun yang terduduk ketakutan. Kibum menyambar tangan Kyuhyun setelahnya, mengajak Kyuhyun berlari sekuat yang ia bisa, mereka harus kembali ke penitipan.
Ika. Zordick
"KIBUM! KYUHYUN!" Leeteuk berteriak ketika menemukan kedua anaknya berlari menghampirinya. Kyuhyun langsung menghampur ke kaki Leeteuk, memeluk kaki ayahnya itu dan menangis meraung. Dia ketakutan. "Kemana saja kalian? Ada apa?" Tanya Leeteuk, menggendong tubuh mungil Kyuhyun.
Ia menatap Kibum yang mengatur nafasnya. "Kami berpetualang" ujar Kibum acuh. Jika dia bilang tentang pulang sendiri ke rumah mereka, Leeteuk pasti akan marah. Dan siapapun yakin kalau Kyuhyun lah pencetus idenya. Kibum tak mungkin punya inisiatif melelahkan sejenis itu.
Leeteuk menaikkan sebelah alisnya. Merasa kurang yakin kalau Kibum mau repot ikut permainan Kyuhyun memutari daerah di sekitar penitipan anak. Lihat saja ulah Kibum saat ini, dia membuka pintu kursi belakang mobil Leeteuk dan mulai menidurkan dirinya dengan nyaman di sana. "Maaf, aku terlambat menjemput. Papa ada kerjaan sedikit" Leeteuk mengelus kapala Kyuhyun hingga Kyuhyun berhenti menangis meraung. "Ayo kita pulang!"
Kyuhyun mengangguk. Dia di dudukkan Leeteuk di kursi di samping kemudi.
Ika. Zordick
"KIBUM! BUKA MATAMU KETIKA SEDANG MAKAN!" suara pekikan Heechul kembali terdengar. Ini makan malam yang romantis. Kyuhyun tak bisa melepas pandangannya pada sang kakak yang baru hari ini ia mengerti mengapa terlahir lebih cepat darinya.
Kibum itu sangat pemberani.
Dia juga terlihat keren dengan ranting kurus di tangannya.
Kyuhyun berbinar melihat Kibum, meski wajah Kibum saat ini tak pantas untuk di banggakan. Bocah lelaki yang terpaut dua puluh menit lebih tua dari Kyuhyun itu menghantukkan lagi kepalanya secara tak sengaja ke meja karena menahan kantuk.
"KIBUM! JIKA KAU MENUMPAHKAN SUP MU, TAK ADA SARAPAN UNTUKMU" Heechul kembali marah. Leeteuk mencoba menenangkan sang istri.
Sepertinya hari ini penilaian Kyuhyun tentang keburukan Kibum berkurang. Ia bersyukur punya saudara seperti Kibum.
Hingga—
KRAAAKK—
Kyuhyun menatap horror punggung Kibum yang beringsut mundur untuk melihat sesuatu di kakinya—Kibum menginjak sesuatu di tengah jalan sempoyongannya menuju kamar. "Apa yang kau injak Kim Kibum?" Kyuhyun mendesis berbahaya.
"Mainanmu, maaf" kata Kibum cepat.
"KIM KIBUM! AKU MEMBENCIMU!" teriak Kyuhyun membahana. Dia menambah point mengapa ia benci Kibum setelah menguranginya di hari yang sama.
TBC
AAARGHHHH!
KA UDAH GILA MEMBUAT FF INI! MENAMBAH HUTANGAN!
