Salam :) inilah fic kolaborasi kami berdua. DeathCode & Snow Jou. Baru berupa prolog yang tidak jelas, dan fic ini akan menjadi fic yang sangat panjang :D
Hope you like it!
Life Circlet
(Without deep reflection one knows from daily life that one exists for other people)
Disclaimer: ATLUS owns Persona 4, quote by Albert Einstein
Genre: Friendship/Romance
Prologue
Setiap manusia memiliki kenangan dan memori, manis dan pahit, madu dan racun.
Masa lalu akan menggandeng masa kini, masa kini akan menggandeng masa depan. Mereka tidak terpisah… dan apapun yang terjadi pada seseorang di masa lalu, adalah mutlak dan tidak dapat diubah, sebab waktu tidak akan berputar balik.
Entah seseorang itu menyukai masa lalunya atau tidak… ia harus menerima apapun peristiwa yang tercatat secara langsung maupun tidak langsung dalam sejarah hidupnya.
Ah… bukan berarti ia tidak menyukai masa lalunya. Saat ia berjalan di dalam gelap, ia dapat melihat seberkas cahaya lilin kecil yang indah. Lilin itu akan menerangi perjalanannya, mulai dari sekarang hingga masa depan…
Setiap kepingan memori yang berserakan di dalam otak akan membawanya memasuki sebuah lingkaran kebersamaan yang mengandung emosi dan perasaan. Yakni kasih, cinta, iri hati, kebencian, amarah, kebahagiaan, dan emosi-emosi lain yang mampu menguasai setiap manusia, mewarnai suasana hati mereka.
--//--
Inaba
2001
Hari ini aku bertanya penuh keraguan. Dia… tidak akan menolakku, kan? Aku takut… mereka membenciku… hanya karena… hanya karena…
Setidaknya, menurutku hal ini tidak logis… apa yang salah dengan menjadi diriku sendiri? Maka mulut kupaksa untuk terbuka, sementara jantungku berdegup kencang. Ini pertama kalinya hatiku tersentuh oleh perasaan semacam ini… aku sangat ingin berteman dengannya, tapi aku tidak dapat menghilangkan perasaan ini… aku takut ditolak.
"Maukah kau… berteman denganku?"
:0:
2002
Kukatakan hal itu padanya. Aku tidak ragu lagi. Aku mencintai lingkungan dimana aku berada sekarang ini. Keberadaan mereka sama sekali tidak berarti lagi bagiku.
Di tempat inilah, aku merasakannya. Aku telah kembali ke rumah.
"Kita tidak akan berpisah, kan? Sebab tanpamu, hidupku terasa hampa. Kau sahabatku yang terbaik. Terima kasih."
:0:
Ia tampak ragu. Sesekali ia akan memalingkan wajahnya dariku. Apa ia merasa malu? Padahal seharusnya, ia tidak perlu merasa sungkan. Bukankah kami teman? Kuperhatikan wajahnya, dan ia mulai memprotes, sementara wajahnya memerah dan ia memperkuat genggaman tangannya.
Setelah kuperhatikan penampilannya, otak di kepalaku memberitahu bahwa aku dapat mengungkapkan satu komentar tentang dirinya. Entah penting atau tidak, tapi mungkin ini bisa menjadi alasanku untuk mengajaknya bicara. Dan perkataanku ternyata membuat rona merah mulai menyemburat di paras manisnya.
"Hei… menurutku… kau tampak lebih manis jika kau memanjangkan rambutmu."
:0:
2003
Kutatap sepasang iris mata jernihnya itu dalam-dalam. Barulah kusadari bahwa sorot matanya selalu diliputi rasa kesepian. Hatiku terasa pedih. Mengapa selama ini aku tidak pernah menyadarinya?
Kemudian aku segera memeluknya erat, dan aku merasakan hangat tubuhnya. Kemudian mulutku terbuka perlahan dan berbicara penuh kelembutan… mungkin bukan kelembutan yang diharapkannya, tapi aku akan menemaninya… selalu…
"Kalau kau merasa kesepian… atau sedang terlibat masalah… beritahu aku, ya? Aku akan selalu bersamamu… aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji. Kau adalah orang pertama yang dapat membuatku merasakan kegembiraan ini… sekarang adalah giliranku untuk membuatmu tersenyum."
:0:
Hei… ia tidak seperti kebanyakan anak lainnya. Ia tidak mengatakan bahwa aku terlalu kekanak-kanakan atau bertindak bodoh. Ia hanya tertawa dengan tindakanku, tapi itu saja. Ia kemudian ikut melakukannya.
Aku telah menjerumuskannya dalam kesukaran. Hmm… tapi sepertinya hal ini menyenangkan juga. Kemudian aku memanggilnya. Ia menoleh ke arahku dan aku tersenyum.
"Sekali-kali kita dipermalukan seperti ini, eh? Dinilai terlalu tinggi oleh orang lain juga terkadang membuatku merasa terbeban. Lain kali, kita bermain bersama lagi, ya? Pengalaman hari ini cukup menyenangkan untukku."
:0:
2009
Aku memandangnya kagum. Ia tidak seperti dulu, sosoknya menjadi sesuatu yang kupandang tinggi. Ia mudah tersenyum, dan ia kuat.
Tidak sanggup kukatakan ini, tapi aku merasa kalah. Aku merasa iri akan perkembangannya.
"Kau memang luar biasa… aku ingin bisa menjadi sepertimu. Tapi aku adalah aku, kau adalah kau. Aku iri padamu, walaupun aku menyayangimu. Kau sahabatku yang terbaik, selalu menopangku di atas kesusahanku. Kira-kira, kapankah giliranku untuk menopangmu?"
A/N: prolognya masih belom jelas xDD ah, tapi tidak apa kan? -ditabok-
Kira-kira apa yang akan ditampilkan dalam fic ini? Mungkin dari prolog sudah cukup terlihat, kami akan menekankan 'friendship' dan 'romance' dalam fic ini. Prolog di atas semacam menampilkan 'journal' atau 'diary' seseorang, tentang masa lalunya, dan dengan tahun yang berbeda-beda.
Berhubung fic ini akan sangat panjang, keberadaan readers akan sangat kami butuhkan untuk menyemangati kami untuk melanjutkannya. Kritik, saran, dan komentar amat sangat ditunggu!
So, mind to review?
