Remake series 'Perfection' dari Abbi Glines.

Alur cerita sama dengan karya asli, hanya pemilihan kata, setting disesuaikan dengan konsep boyXboy.

!OOC!BoyXboy!Yaoi.

MinYoon, HopeGa

!Uke: Yoongi, Taehyung, Jin, Baekhyun.

!Seme: Jimin, Hoseok, Jungkook, Namjoon, Chanyeol.

Mention of other Idol (random).

Rate M.

Romance, Drama, (probably) MPreg.

!Typo, bahasa non-baku, cursing. Please NO BASHING.

DON'T LIKE DON'T READ.


CHAPTER 1

"You are my sunshine, my only sunshine. You make me happy when skies are gray."

Jangan berhenti bernyanyi Eomma. Jangan sekarang. Maafkan aku karena telah pergi. Aku hanya ingin lebih merasakan hidup. Aku tidak takut sepertimu. Aku ingin kau bernyanyi. Silahkan bernyanyi untukku. Jangan lakukan ini. Jangan pergi kepadanya. Dia tidak nyata. Apakah kau tidak melihat? Dia tidak pernah nyata. Dia meninggal dua puluh tahun yang lalu. Aku harus memberitahu seseorang tentangmu. Ini semua salahku. Kau membutuhkan bantuan dan aku tidak mendapatkan apapun. Mungkin kenyataannya aku sama takutnya... Takut mereka akan membawamu pergi.

.

.

.

"Yoongi, sobat, beri aku tanganmu. Aku harus membersihkannya. Lihatlah aku, Yoongi. Kembalilah padaku. Dia telah pergi tapi kau akan baik-baik saja. Kita perlu membersihkan dirimu. Mereka telah mengambil tubuhnya dan sudah waktunya untuk meninggalkan rumah ini, untuk selamanya. Tidak perlu datang kembali ke sini. Tolong, Yoongi-yah, lihat aku. Katakan sesuatu."

Aku mengerjap pergi kenangan itu dan menatap Baekhyun, sahabatku. Dia sedang membersihkan darah dari tanganku dengan kain basah, dan air mata mengalir di wajahnya. Aku harus bangun dan membersihkan semua ini sendiri, tapi aku tidak bisa. Aku membutuhkannya untuk melakukannya untukku.

.

.

.

Aku selalu sadar bahwa suatu hari hal ini akan terjadi. Mungkin bukan dengan kronologi yang pasti bagaimana ini terjadi. Aku tidak pernah membayangkan ibuku meninggal. Kebanyakan di hari ketika aku membiarkan lamunanku beralih ke saat ini, aku akan merasa bersalah. Walaupun itu tidak akan menghentikanku untuk berpikir tentang hal itu. Rasa bersalah itu tidak cukup untuk menghentikanku dari membayangkan kebebasanku.

.

.

.

Aku selalu berpikir seseorang akan menyadari ibuku tidak ada lagi di sini. Mereka akan mengetahui bahwa aku bukanlah anak aneh yang ingin tinggal di dalam rumah sepanjang hari dan menolak untuk keluar ke dunia nyata. Aku ingin mereka berpikir seperti itu… tapi kemudian, aku juga tidak menginginkannya. Karena mendapatkan kebebasanku berarti kehilangan ibuku. Segila apapun dia, dia membutuhkanku. Aku tidak bisa membiarkan mereka membawanya pergi. Dia hanya saja sangat ketakutan… dari segalanya.

.

.

.

YOONGI POV

Empat bulan yang lalu.

Ketika Baekhyun memberiku mobil tua-nya dan mengatakan kepadaku untuk keluar dan melihat dunia, tak satu pun dari kami berpikir tentang fakta bahwa aku tidak tahu bagaimana cara mengisi bensin. Aku punya SIM sementara untuk tiga bulan. Dan aku benar-benar punya mobil untuk perjalanan hanya lima jam saat ini. Mengisi bensin bukan sesuatu yang aku perlu tahu sampai sekarang.

Aku merogoh tas dan mengeluarkan ponselku. Aku akan menelepon Baekhyun dan melihat apakah dia bisa bicara padaku. Dia sedang berbulan madu dan aku benci untuk mengganggu dia. Ketika ia mendorong kunci mobilnya ketanganku sebelum datangnya hari ini dan mengatakan kepadaku, "Pergilah. Temukan hidupmu, Yoongi, ne?"

Aku sudah begitu terjebak dalam ketakjuban akan sikapnya dan aku tidak berpikir untuk meminta sesuatu yang lain. Aku hanya memeluknya dan menyaksikan dia berlari ke arah suaminya, Park Chanyeol, dan masuk ke dalam sebuah limusin.

Fakta bahwa aku tidak bisa mengisi bensin tidak pernah terlintas dalam pikiranku. Sampai sekarang. Tangki mobilku sudah kosong, aku mungkin akan meluncur ke bengkel kecil di pantai antah berantah ini.

Menertawakan diriku sendiri, aku mendengarkan suara Baekhyun dari telepon mengatakan, "Aku tidak di tempat. Jika kau ingin menghubungiku, aku sarankan kau menutup telepon dan mengirimiku pesan."

Voicemail suaranya. Dia mungkin di pesawat. Aku harus memikirkan jalan keluar sendiri sekarang.

Aku melangkah keluar dari Honda Civic berwarna merah pudar. Untungnya aku memberhentikan mobil ke mesin pompa bensin di sisi yang benar. Ada pintu kecil yang aku tahu tempat mengisi bensinnya. Aku telah melihat Baekhyun melakukan hal ini sebelumnya. Aku bisa melakukan ini. Mungkin.

Masalah pertamaku adalah aku tidak bisa menemukan cara bagaimana membuka pintu kecil ajaib ini. Itu ada di sana. Aku bisa melihatnya, tapi tidak ada pegangan atau celah untuk membuka. Aku menatapnya sejenak, lalu melihat sekeliling untuk melihat apakah ada orang didekatku yang tidak tampak menakutkan. Aku membutuhkan bantuan.

Aku telah mengambil dua tahun penuh waktu konseling untuk membuatku dapat berbicara dengan orang asing. Sekarang aku sudah sering melakukannya. Baekhyun benar-benar memiliki lebih banyak usaha membantuku daripada Psikolog-ku yang terpaksa kutemui setiap minggu. Baekhyun telah mendorongku keluar ke dunia dan mengajariku bagaimana untuk hidup.

Aku punya kutipan "Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri," yang ditempel di cermin kamar mandi-ku. Aku membacanya setiap hari, atau setidaknya, selama tiga tahun terakhir. Aku diam-diam mengucapkannya dalam kepalaku, dan tubuhku menjadi lebih rileks. Aku tidak takut. Aku bukan ibuku. Aku Min Yoongi dan aku ada di sebuah perjalanan untuk menemukan jati diri.

"Kau baik-baik saja? Butuh bantuan?"

Sebuah suara dengan aksen halus mengagetkanku dan aku menoleh kesekitar lalu melihat seorang pria tersenyum padaku dari sisi lain dari pompa bensin. Matanya hitam gelap muncul bersinar dengan tawa saat ia menatap kearahku. Aku tidak punya banyak pengalaman dengan orang-orang, tapi aku cukup tahu bahwa bahkan ketika mereka terlihat menawan, seperti ini, hal itu tidak berarti mereka adalah orang baik.

Aku telah kehilangan perjakaku pada seorang anak Pendeta yang selalu berbicara dengan senyum yang hangat. Itu merupakan suatu pengalaman terburuk dalam hidupku. Tapi orang ini mungkin bisa membantu. Dia tidak menawarkan seks. Dia menawarkan untuk membantuku. Setidaknya itu yang aku pikir tentang dia.

"Aku tidak bisa… Aku, um… Jadi, aku tidak pernah…"

Ya Tuhan, aku bahkan tidak bisa mengatakan itu. Bagaimana seorang pria berusia dua puluh tiga tahun menjelaskan bahwa dia tidak tahu bagaimana untuk mengisi bensin? Tawa perlahan menggelegak di dadaku, dan aku menutup mulutku. Dia akan berpikir bahwa aku gila. Aku memberikan senyumku yang terbaik yang aku bisa dan melihat ke ke arahnya.

"Aku tidak tahu bagaimana cara mengisi bensin."

Alis gelap elegan milik orang itu terangkat, dan ia menatapku sejenak. Aku kira ia berusaha untuk memutuskan apakah ini benar atau tidak. Jika saja ia tahu. Ada begitu banyak hal yang aku tidak tahu.

Baekhyun sudah berusaha untuk mengajariku cara-cara selayaknya di dunia, tapi dia sudah menikah dan sekarang merupakan waktu dimana aku harus belajar sendiri tanpa dia sebagai penopangku.

"Berapa umurmu?" Ia bertanya, dan aku melihat matanya perlahan berpindah melihat tubuhku.

"Aku dua puluh tiga, tapi aku sudah lama tidak mengemudi selama ini dan ini pertama kalinya aku harus mengisi bensin," ucapku sambil tertawa lirih.

Ini terdengar konyol, bahkan bagiku.

"Aku tahu kedengarannya sulit dipercaya, tapi jujur, aku butuh bantuan. Jika kau dapat memberitahuku, itu akan sangat melegakanku."

Aku kembali menatap ke arahnya dan menemukan sebuah mobil mewah di belakangnya. Mobilnya mengkilap dan berwarna hitam, sesuai untuk penampilannya yang berotot, kulit semi-tanned, dan berambut dark gray. Dia adalah salah satu dari mereka yang seksi, tampan, yang berbahaya. Aku bisa melihatnya dari caranya memberikan seringai padaku.

Ketika ia melangkah di sudut, aku menyadari bahwa ia memiliki tinggi yang kurang lebih sama denganku. Pakaiannya terlihat santai dengan kaos ketat dan jins. Sepatu bot kulit berwarna coklat tua yang benar-benar melekat pas dikakinya. Aku menyadari agak terlambat bahwa aku sedang menatapnya dan tersentak dengan pemikiranku. Itu membuatnya sedikit tersenyum geli.

Dia memiliki senyum yang benar-benar indah. Gigi putih sempurna dibingkai oleh wajah yang tampak seperti tidak bertemu pisau cukur dalam beberapa hari. Penampilannya yang berantakan memang tidak cocok dengan mobil yang mahal, tapi sepadan dengan keseksiannya.

"Kau harus menekan pintu kecil ini agar terbuka," katanya, menekan buku jari di atasnya.

Cara bibirnya meringkuk menggoda disekitar kata-katanya membuatku terpesona sampai pada titik dimana aku khawatir akan melewatkan instruksinya lebih lanjut. Aku baru saja akan menanyakan bagaimana, ketika ia berjalan di sekitarku dan membuka pintu pengemudi. Dia membungkuk, memberiku pemandangan bagaimana otot pahanya yang terhalang celana jinsnya mengetat dan terlihat lezat dari belakang. Aku benar-benar menyukai pemandangan ini.

Pintu kecil ajaib yang membingungkanku mengeluarkan suara dan mengejutkanku. Aku menjerit dan berbalik melihatnya sekarang berdiri terbuka.

"Oh!" Aku berseru kegirangan.

"Bagaimana kau melakukannya?"

Badannya yang terbentuk dan hangat, datang disisi belakangku dan aku bisa mencium aroma rumput dan sesuatu yang lebih hijau, natural… Mungkin dedaunan. Aromanya sangat memikatku. Tanpa sadar aku bergeser sedikit, hingga cukup untuk kembali menyentuh dadanya. Dia tidak menjauh dariku saat tubuhku menempel padanya. Sebaliknya, ia menundukkan kepala untuk berbicara ditelingaku. Suaranya lebih rendah dari sebelumnya dan bergemuruh nikmat.

"Aku menekan tombol pintu bensin. Itu berada di dalam mobilmu, di bawah dasbor ."

"Oh," hanya itu semua yang bisa aku katakan sebagai respon.

Sebuah tawa rendah dalam dadanya bergetar menyentuh bahuku.

"Kau ingin aku menunjukkan cara untuk benar-benar menempatkan bensin di dalam mobil sekarang?"

Ya, itu akan membantuku belajar, tapi aku benar-benar menikmati berdiri seperti ini juga. Aku berhasil mengangguk, bersyukur bahwa tubuhnya tidak bergerak. Mungkin dia menyukai kontak fisik hanya sebanyak seperti yang aku lakukan. Ini benar-benar ide yang buruk. Aku harus bergerak. Orang seperti dia mungkin tidak memperlakukan gay dengan baik, kurasa. Mengapa mereka harus memiliki wangi yang menggiurkan dan terlihat begitu menggoda?

"Kau harus memperhatikan disekitarku, manis."

Napas hangat-nya memanas di rambut yang menutupi telinga sensitifku. Aku mencoba untuk tidak menggigil ketika aku berhasil mengangguk dan buru-buru mengikutinya. Setelah merasa aman dari sentuhan tubuhnya, aku memutuskan sudah waktunya untuk kembali berkonsentrasi menonton dia mengisi bensin. Aku perlu ingat ini adalah pelajaran. Satu hal yang akan sangat kubutuhkan.

"Kau harus membayar terlebih dahulu. Kau punya kartu atau akan membayar tunai?"

Suaranya kembali normal. Tidak terdengar seksi seperti saat berbisik rendah di telingaku.

Uang. Aku lupa tentang uang. Aku mengangguk, membungkuk ke dalam mobil untuk merogoh tasku, dan menarik dompetku. Aku meraih kartu debit dan kembali berdiri menyerahkannya kepadanya. Matanya tertuju pada bagian bawahku saat ini. Pemikiran bahwa dia memperhatikan pantatku ketika aku mengambil kartuku membuatku tersenyum. Sedikit terlalu lebar.

"Di sini," kataku, menyerahkannya kartu debit kepadanya sambil matanya berlari kembali ketubuhku.

Dia mengambil kartu dan mengedipkan mata kepadaku. Dia tahu aku menangkap gerak-geriknya yang melihatku dan ia menikmatinya. Dia mengamati kartu debitku.

"Min Yoongi. Aku suka nama itu. Cocok untukmu. Itu terdengar manis, dan misterius."

Pada saat itu, aku menyadari dia sedikit menggodaku? Pemikiran bahwa dia kemungkinan sama sepertiku membuatku menahan napas. Apa dia juga seorang gay? Oh, dan satu hal lagi, aku tidak tahu namanya.

"Terima kasih, tapi sekarang kau lebih satu langkah di atasku. Aku tidak tahu namamu."

Dia menyeringai.

"Jimin."

Oke, Jimin. Menarik.

"Aku juga suka itu. Cocok untukmu. Seksi," jawabku.

Dia tampak seperti dia akan mengatakan sesuatu yang lain, tapi kemudian senyumnya berubah serius dan ia memegang kartuku mengarah kepadaku.

"Pelajaran nomor satu adalah bagaimana membayar untuk ini."

Aku menyaksikan dan mendengarkan dengan seksama setiap langkah kerja pompa bensin. Itu sulit untuk tidak menjadi teralihkan dengan cara dia memerintah dan membawa diri.

Kesedihan menyapuku ketika ia menempatkan pompa bensin kembali pada mesin dan merobek secarik kertas kecil untukku. Aku tidak ingin momen ini selesai, tapi aku punya perjalanan untuk dilanjutkan. Setelah sekian lama, aku perlu berkonsentrasi pada menemukan jati diriku. Aku tidak bisa berhenti sekarang, hanya karena seorang pria yang menarik perhatianku di pom bensin. Itu akan menjadi kisah yang konyol.

"Terima kasih banyak. Pemberhentian berikutnya tidak akan terlalu menyulitkanku," kataku sambil mengambil kartuku dan kertas dengan sedikit kaku mencoba untuk mendorong mereka ke dalam saku celanaku.

"Sama-sama. Kau berlibur di sini?" Ia bertanya.

"Tidak. Hanya melakukan perjalanan saja. Aku di sebuah perjalanan kemana-mana dan dimana-mana."

Alis Jimin mengerut dan ia menatapku sejenak.

"Benarkah? Itu terdengar menarik. Apakah kau tahu tujuan akhirmu? "

Aku tidak memiliki petunjuk. Aku mengangkat bahu.

"Tidak. Aku kira ketika aku menemukannya aku akan tahu itu."

Kami berdiri di sana sejenak dalam keheningan. Aku mulai bergerak untuk masuk ke dalam mobil, ketika tangan Jimin menyentuh lenganku.

"Makan malamlah denganku sebelum kau melanjutkan kembali perjalananmu? Hari akan menjadi gelap dalam satu jam. Tidakkah kau akan berhenti sebentar lagi untuk mendapatkan tempat menginap untuk menghabiskan malam?"

Dia benar. Ini adalah kota kecil yang bagus-sangat berkelas dan pesisir pantai yang indah. Tampaknya akan menjadi pilihan yang aman. Meskipun aku tidak khawatir tentang rasa aman. Aku akhirnya dapat benar-benar menjalani hidup. Aku melemparkan kegelisahanku dalam terpaan angin. Mataku menatap orang asing di depanku ini. Dia tidak aman. Sama sekali tidak.

"Makan malam terdengar menarik. Mungkin kau juga bisa menyarankan tempat terbaik untukku bermalam malam ini."


-TBC-

16.10.29

Proudly present New Project

[Warn: Ini akan jadi FF yang kemungkinan sepanjang jalan tol ya (walo gk sepjg minimini series kok hehe), so prepare your heart all ^^ P.S: Tolong liat Rate-nya ABJ sayangs ehm… ehm… *wink wink*]

[But, first. CONT/NO?]

[Let me know ^^]