Hai minna- Saya ChiyaSakura termasuk newbie di fanfic dan ini karya pertama saya di fandom ini.
Mohon dimaafkan jika masih abal dan banyak kesalahan. I always accept reviews and critic. Saya mendapat ide membuat fic ini ketika saya mendengarkan lagu yang berjudul 'Memories' dari Within-Temptation dan saya jadi membayangkan bagimana kalau jadinya kita lupa dengan orang yang sangat kita cintai ya?akhirnya saya tulis apa yang saya bayangkan dan jadilah FIC pertama saya ini.
saya menetapkan pair kedua favorit saya setelah KENSUGA-yaitu-NAGAICHI. ah-ya meskipun Katsuie dan character tertentu lain ikut saya masukin di fic ini-supaya ramee-uhuk.
Selamat membaca Minna~san and please don't flame~~
Kenapa ingatan Oichi hilang tak berbekas?
Mereka bilang Oichi mengalami kecelakaan yang mengerikan.
Tapi seseorang ingin Oichi mengingat masa lalunya. Dan menuntunnya menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi.
Dan Oichi harus mencari tahu jawabannya seorang diri.
'MY MEMORIES'
Sengoku Basara Fanfiction
Rate : T
Genres : Romance/angst/many more(maybe)
This story set in modern time
CHAPTER 1
All of my memories keep you near
In silent moments
Imagine you'd be here
All of my memories keep you near
The silent whispers
Silent Tears
Aku tidak pernah tahu apa yang telah terjadi kepadaku.
Karena aku tiba-tiba saja terbangun di atas ranjang rumah sakit.
"Oichi,Kau mengalami amnesia. Kata dokter separuh ingatanmu telah hilang." Ujar seorang laki-laki berkumis tipis yang merupakan kakak kandungku,Oda Nobunaga.
Dia bilang aku mengalami kecelakaan mobil mengerikan.
Dan beginilah kondisiku sekarang.
Amnesia.
Setelah kecelakaan itu,kurasa aku mengalami shock.
Aku kehilangan sebagian ingatanku. Sebagian kehidupan masa laluku pergi begitu saja.
Tak ada satupun yang kuingat tentang minggu itu. Atau minggu-minggu berikutnya.
Rasanya seperti melihat pantulan samar di air keruh kolam yang dalam.
Apa yang terjadi padaku?
Hari itu?
Kenapa aku tidak bisa mengingat kecelakaan itu?
Aku masih ingat dengan kakakku,orangtuaku yang kini telah tiada. Hal terakhir yang kuingat adalah aku merayakan kelulusan di koukou tempatku sekolah. Setelah itu..semua hilang.
"Sebaiknya kau makan dulu." Ucap seorang perempuan berwajah cantik di dekat Nii-sama,dia bilang itu istrinya.
Bahkan aku tidak ingat Nii-sama sudah menikah.
Aku hanya menatap piringku sambil masih berbaring di ranjang rumah sakit.
"Nii-sama,Apa yang terjadi saat kecelakaan itu?" tanyaku padanya.
"Sebaiknya kau tidak usah ungkit-ungkit lagi masalah itu. Yang penting sekarang kau sudah membaik,bukankah dokter melarangmu memaksakan diri mengingatnya?" jawabnya agak kelihatan kesal.
Wanita yang kata Nii-sama bernama Nouhime itu duduk di sampingku dan mengelus pundakku "Makanlah,Oichi. Supaya kau lekas sehat dan cepat pulang."
Aku hanya memangut-mangut sambil menyendok bubur yang di siapkan suster untukku.
Mungkin aku lebih baik tidak bisa mengingatnya. Apakah aku harus bersyukur dengan adanya lubang besar dalam ingatanku ini?
Kadang-kadang kulihat Nii-sama memandangiku,matanya yang tajam seolah-olah mengamatiku,berusaha membaca isi pikiranku.
Entahlah . Mungkin sebaiknya kujalani saja hidupku seperti biasa.
xXx
Tiga hari setelah itu aku di perbolehkan pulang.
Saat masuk ke kamarku,aku sangat linglung. Kamarku tampak berbeda dari yang terakhir ku ingat.
"Santai saja. Biasakan dirimu dan lupakan masalah kecelakaan itu." Ucap Nii-sama lalu hendak melangkah keluar dari kamarku.
Namun aku memanggilnya dan ia pun menoleh. "Ada apa?"
"Umm..Berapa umurku sekarang?"Tanyaku canggung.
Nii-sama terkekeh.
"Dua puluh tiga."jawabnya lalu berlalu.
Dua puluh tiga?berarti aku sudah lupa apa saja yang aku lalui selama tiga tahun terakhir.
Aku duduk di ranjang tempat tidurku. Kadang-kadang kepalaku masih terasa pusing jika aku berusaha mengingat kejadian itu.
Kemudian pintu kamarku dibuka pelan dari luar. Aku mendongak dan melihat seorang laki-laki kira-kira beberapa tahun lebih tua dariku,ia memandangku dengan canggung.
"Oichi,kau sudah membaik?" tanya nya sambil masih berdiri di bawah pintu.
"S-Siapa kamu?"seruku.
Dia tersenyum lalu menghampiriku dan duduk di dekatku.
"Katsuie. Shibata Katsuie. Kau tidak ingat aku?" tanya nya lagi dengan suara pelan.
Aku menggeleng.
Ia mengenakan kaus hijau dan celana jeans hitam,rambutnya berwarna hitam pendek dan tatapannya sangat datar.
"Oichi,aku tunanganmu."
Kalimat yang dia ucapkan membuatku sangat terkejut. Tunangan?
"Oichi,kau baik-baik saja?" Katsuie bertanya saat melihat aku diam saja dengan ekspresi bingung.
Tangan Katsuie berusaha menyentuh jemariku,tapi aku menepisnya.
"Ja-jangan!" tanpa di sadari aku melonjak berdiri. Rasanya dia sangat asing,dia membuatku takut.
Kedua mata Katsuie membelalak "Oichi-wow!"Katsuie juga berdiri di depanku "Aku hanya ingin menjelaskan."tambahnya.
Aku tidak mengingatnya. Tentu saja karena aku amnesia. Tetapi sungguh-dia terasa sangat asing.
"Maaf,Ichi hanya..Ichi bingung...kumohon tinggalkan Ichi sebentar."Pintaku padanya.
Kini kepalaku berdenyut .
"Baiklah. Kau istirahat saja dulu,aku bisa menjelaskanya di lain waktu." Jawab Katsuie lembut lalu ia keluar.
Aku terduduk di ranjangku lagi.
Tunangan? Kenapa Nii-sama tidak bilang aku sudah tunangan?
Kedua mataku menelusuri seisi kamarku,kemudian aku melihat beberapa bingkai ,semua bingkai itu kosong.
Kenapa bingkai-bingkai foto itu kosong?Kenapa aku meletakkan banyak bingkai dikamarku kalau semua kosong?apa Nii-sama melepas semua foto itu?tapi kenapa?
"Oichi,waktunya makan siang!"Suara Nouhime terdengar dari dapur.
Dengan langkah gontai aku menuju meja makan dan duduk di sebelah Nii-sama.
Nii-sama memperhatikanku.
"Kau sudah bertemu dengan Katsuie?Kenapa dia pulang secepat itu?"tanyanya sambil menyendok sup di mangkuknya.
"Ichi yang menyuruh dia meninggalkan Ichi sendirian."jawabku pelan.
Alis Nii-sama berkerut,dia tetap memandangiku dengan cara yang sama. Hal ini sungguh membuatku merasa tidak nyaman.
Nouhime mendengus "Oichi,dia itu tunanganmu lho. Dan kau suruh dia pulang saat dia kemari untuk menjengukmu."
"Ichi tidak ingat dia."bantahku. Sup di mangkukku sama sekali belum ku sentuh,aku tidak berselera untuk makan.
"Tentu saja,tapi bagaimanapun juga dia tunanganmu."ucap Nii-sama.
Aku terdiam dan menatap sup ku dengan pandangan kosong.
Entah kenapa aku merasa sangat tidak bahagia. Seperti ada sesuatu yang janggal di hatiku.
"Makanlah. Sup nya keburu dingin."Perintah Nouhime.
Aku mulai menyendok beberapa sup dan makan kemudian aku berdiri "Ichi ke kamar dulu."ucapku pelan.
"Kenapa sup nya tidak di habiskan?"Tanya Nouhime,berpaling padaku.
"Ichi..Ichi tidak berselera."jawabku lalu saat hendak berlalu aku tiba-tiba teringat sesuatu.
"Oh iya. Nii-sama,kenapa semua bingkai foto di kamarku kosong?Dimana foto-fotonya?"
Tiba-tiba saja sendok yang dipegang Nii-sama terjatuh di atas meja. Dia sangat gelagapan.
Kak Nouhime membelalak dan langsung tampak tegang.
Mereka tampak resah.
"Aku tidak tahu."Jawab Nii-sama pada akhirnya.
"Ichi kira Nii-sama yang melepas foto-foto-
"Tentu saja tidak!"tiba-tiba saja Onii-sama membentakku. Aku sangat terkejut. Kenapa reaksinya seperti itu?
"Maafkan Ichi.."Kemudian aku cepat-cepat masuk ke kamarku.
xXx
Aku membuka mata dan cahaya yang menyilaukan membuat mataku sakit.
Aku berusaha mengerjapkan mata beberapa kali kemudian kini penglihatanku mulai tampak jelas.
Aku berada di sebuah taman yang luas yang dipenuhi berbagai jenis bunga,tempat itu sangat indah.
Awan biru menghiasi langit yang membentang di atasku.
Kemudian tiba-tiba setangkai bunga lily putih jatuh tepat di depanku,entah darimana datangnya.
Dengan membungkuk aku memungut bunga lily yang indah itu dan menghirup baunya yang sangat harum.
Namun tak kusangka tiba-tiba bunga itu mulai meneteskan sesuatu yang berwarna merah.
Tetesan merah itu kini semakin banyak dan melebar hingga kini warna bunga lily putih itu menjadi merah.
Darah.
Darah itu terus menetes dari bunga itu.
Kemudian langit biru yang cerah itu berubah menjadi hitam.
Bunga-bunga di taman itu semuanya layu.
Ini sangat mengerikan.
Aku menjatuhkan bunga lily itu dan menjerit kencang.
"Oichi!Oichi!Bangun!"
Bahuku di goncang-goncang dengan sangat keras di sertai seruan suara yang berhasil membangunkanku.
Aku terbangun dan terduduk sambil terengah-engah.
Nafasku rasanya sesak.
Kulihat Nii-sama duduk di tepi ranjangku.
"Kenapa tengah malam begini kau menjerit-jerit?!Kau mimpi?"Tanya Nii-sama dengan suara kesal dan dari suaranya terlihat dia masih sangat mengantuk.
"Nii-sama..Ichi bermimpi. Mimpi itu sangat mengerikan." Ucapku terbata-bata.
"Sudahlah. itu cuma mimpi,kembalilah tidur."Jawab Nii-sama santai lalu beranjak meninggalkanku seorang diri lagi.
Aku menyeka keringat di keningku dan berbaring lagi.
Di kegelapan malam aku bisa mendengar denyut jantungku yang masih berdetak keras.
Beberapa saat kemudian perlahan-lahan aku merasakan sesuatu yang hangat di bahuku. Rasa hangat itu semakin nyata,seolah-olah ada seseorang yang sedang memelukku.
Namun entah mengapa aku tidak merasa takut. Aku merasa sangat nyaman.
Perlahan-lahan detak jantungku mulai normal kembali dan aku pun kembali tertidur dengan nyenyak.
xXx
Keesokan paginya aku menemui Nii-sama sebelum dia berangkat bekerja.
Dia tengah mengikat tali sepatunya di teras depan.
"Nii-sama-Ada yang ingin Ichi tanyakan."Ucapku canggung.
Nii-sama mendongak dan memandangku curiga
"Apa?"
"Ichi ingin melihat foto album tiga tahun terakhir kemarin,Siapa tahu bisa membantu Ichi me..
Nii-sama bangkit berdiri dan membetulkan dasinya. "Cukup, kubilang berhentilah mengingat-ingat masa lalumu."
"Tapi kenapa?"Tanyaku kecewa.
"Itu tidak baik untuk otakmu. Lebih baik kau hubungi Katsuie dan ajak dia jalan-jalan supaya kau bisa merasa lebih baik."
Aku menunduk.
Kurasa aku terdiam cukup lama karena kemudian Nii-sama berkata demikian.
"Ya sudah aku saja yang menyuruh dia mengajakmu keluar."Kata Nii-sama kemudian mengotak-atik ponselnya lalu menyimpannya lagi.
"Cepat mandi. Dia segera kemari."
"Tapi Nii-sama..Ichi merasa asing dengan dia."Kataku pelan.
Nii-sama mengangkat alisnya.
"Yang benar saja. Jangan konyol,Dia itu tunanganmu. "Jawab Nii-sama kemudian ia berangkat bekerja.
Aku mendesah dan apa boleh buat?
Mungkin keluar rumah dan berjalan-jalan dapat sedikit membuatku tenang.
Aku tengah memandangi diriku sendiri di cermin besar yang terletak dikamarku sambil menyisir rambut panjangku. Kulihat ada beberapa helai yang rontok -tiba bel rumah terdengar dan aku segera bergegas ke depan dan menemui Katsuie.
Rambutnya yang sepanjang dagu tetap di biarkan tak terikat.
"Selamat Pagi,Oichi." sapanya tersenyum ke arahku.
"Pagi,Katsuie-san." jawabku apa adanya.
"Kemana rencana kita hari ini?" tanya nya bersemangat. Aku menggeleng.
"Ichi tidak tahu.."
"Hmm-Bagaimana kalau ke pantai?Kita bisa jalan-jalan di dermaga." tawarnya.
Aku hanya mengangguk saja.
"Baiklah."
Kami sudah hampir setengah jam berjalan-jalan menyusuri pantai. Katsuie terus menanyaiku tentang keadaanku,obat-obat yang aku konsumsi,dan kegiatan yang aku lakukan setelah pulang dari rumah sakit. Aku berusaha mengobrol dengannya walau setengah hati. Ini karena pikiranku terus melayang-layang teringat terus dengan mimpiku semalam.
"Jadi-Oichi,setelah ini kau ingin kemana lagi?"
Aku terus memandang lautan yang luas di depanku. Merasakan hembusan angin yang mengibarkan rambut hitamku. Pikiranku mengembara entah kemana.
"Oichi?"ulangnya.
"Eh-ya?"
Katsuie berdehem "Kau tampak sedang memikirkan sesuatu. Ada apa?"
"Tidak. Ini hanya karena mimpi Ichi semalam."
"Mimpi apa?" tanya nya.
"Bukan apa-apa.." jawabku. Aku tak merasa berantusias menceritakan mimpiku kepada Katsuie.
Katsuie diam beberapa saat sambil menatap lautan dari dermaga kemudian memandangku lekat-lekat kemudian ia bertanya "Oichi,apakah kau mencintaiku?"
Aku membelalakkan mataku.
"Apa?"
"Kau dengar aku tadi." jawab Katsuie.
Aku menunduk menatap lantai kayu dermaga yang kering. Aku tidak tahu harus menjawab apa.
Apa aku mencintainya?Rasanya..entahlah.
Apa yang harus kukatakan padanya?
Mungkin aku sudah terdiam dalam waktu lima menit lebih karena Katsuie kemudian mengatakan "Tidak apa-apa,Oichi. Kita coba saja pelan-pelan."katanya
Aku mengangguk saja. Kulihat sekilas wajahnya. Menurutku ia tampak muram,seakan-akan kelihatan sepertinya ia menyembunyikan sesuatu dariku.
"Kau tahu tidak?Jika kau tidak bisa bersama orang yang kaucintai,cintailah orang yang bersamamu."
"A-apa maksud Katsuie-san?"
Kastuie tampak salah tingkah dan ia menggeleng-gelengkan kepalanya "Uh-tidak kok. Aku cuma bicara ngawur tadi."
"Kau mau kemana lagi,Oichi?"
Aku mengangkat bahu.
"Ichi tidak tahu,Tapi rasanya Ichi tidak enak badan.."
Katsuie tampak khawatir "Kau sakit ya?"lalu ia melingkarkan lengannya di bahuku. Dan lagi-lagi secara spontan aku menepisnya.
Ekspresi Katsuie tampak terluka saat aku menepis lengannya.
"Maaf..Katsuie-san. Ichi tidak bermaksud-
"Um-tidak apa-apa. Ya sudah ayo pulang." katanya. Dari nada suaranya terdengar ia sangat kecewa karena nada suaranya amat pahit.
xXx
Malam itu cukup dingin. Mungkin karena musim dingin akan tiba. Aku menyampirkan selimut di sekeliling tubuhku,namun masih tetap menggigil.
Kepalaku rasanya pening. Kurasa aku sedang demam.
Aku beringsut di tempat tidurku dan mencoba untuk tidur,Namun tubuhku bergetar karena dingin.
Aku mencoba melihat jendelaku yang sudah tertutup rapat kemudian mencoba memejamkan mata.
Sebuah sentuhan hangat terasa di pundakku.
Aku membuka mata dengan cepat dan menoleh ke belakangku.
Tidak ada siapa-siapa.
Aku memejamkan mata lagi dan kali ini sepertinya..aku sungguh mendengar suara bisikan.
'Ichi..'
Aku terduduk,memicingkan mata menatap seisi kamarku yang kosong. Apakah ada orang dikamar ini?Aku mendengarkan kembali dengan cermat dan tidak mendengar apapun kecuali detak jantungku sendiri.
Aku yakin itu pasti cuma bayanganku . Aku berbaring lagi sambil meringkuk. Tiba-tiba rasa dingin di tubuhku hilang,seolah-olah benar-benar ada seseorang di sini yang memelukku. Namun lagi-lagi aku tidak takut. Aku sungguh merasa nyaman dan aman.
Dan kemudian aku bermimpi lagi..
Aku tengah berada di depan sebuah cermin yang sangat besar.
Cermin itu memantulkan bayangan diriku.
Aku mengamati penampilanku. Aku memakai baju putih panjang yang amat indah,sebuah cadar putih panjang tergantung di sela-sela rambutku.
Kemudian aku sadar yang aku kenakan adalah gaun pengantin.
Tak lama datanglah seeorang.. wajahnya belum cukup jelas karena sinar putih yang menyilaukan. Tapi ia adalah seorang laki-laki,ia memakai jas hitam dan membawa setangkai...bunga lily putih.
Dia berdiri di depanku dan memberikan bunga itu kepadaku. Aku menerimanya dan tersenyum.
Kemudian ia memelukku erat dan membisikkan sebuah kalimat di telingaku.
'Ichi,aku mencintaimu.'
Aku melepaskan pelukan itu dan memandangnya. Kali ini wajahnya sangat jelas. Matanya yang tajam berwarna coklat,Rambutnya hitam panjang diikat satu kebelakang,bibirnya yang indah dan tipis itu tersenyum kepadaku. Dan aku merasa sangat bahagia.
Aku mengelus pipinya dan..
Tiba-tiba sesuatu yang berwarna merah menetes dari dahinya. Membasahi separuh wajahnya.
Darah.
Kini wajahnya penuh dengan darah.
Dan aku menjerit lagi.
Aku membuka mataku dan menatap langit-langit kosong di kamarku.
Kemudian air mata mulai mengalir jatuh dari kedua mataku. Aku merasa sangat sedih dan aku tidak tahu mengapa.
Aku terisak dan memeluk selimutku. Siapakah pria di mimpiku itu? Siapa dia?Kenapa rasanya aku sangat mengenalnya?Sangat menyayanginya?
Aku harus mencari jawabannya.
Ya.
Ichi harus mencari jawabannya.
A/N :
ayee selesai juga chap 1.
Kalau masih ada kekurangan mohon review ya minna~~
Ngomong-ngomong koukou di atas adalah SMA.
Jaa nee~Minna-san
