Oke…

Sasuke benar-benar menjadi makhluk yang sangat di luar karakter untuk saat ini. Bahkan Itachi saja sempat berusaha untuk menelepon Orochi-sensei agar memeriksa keadaan adik 'tersayangnya' itu, yang untungnya bisa digagalkan oleh tendangan maut Sasuke. Iya dong, anak Taekwondo gitu loh…

Nah kan. Sasuke out of character lagi.

Demi apapun selama ini Sasuke tak pernah menyombongkan diri hanya karena mahir menendang bokong milik Itachi yang sama sekali tak menarik itu. Jangan protes wahai pecinta Itachi, Sasuke hanya mengemukakan pendapatnya mengenai 'aset belakang' milik Itachi yang menurutnya sama sekali tak menarik, karena baginya, 'aset' belakang maupun depan milik Sai jauh lebih menarik.

Eh?

Sebentar!

Sai?

Aset milik SAI?!

SAI YANG ITUUUUU?!

Astaga!

Demi kolor Hidan yang pernah tertinggal di kamar mandi Uchiha!

Sasuke benar-benar butuh medis untuk otaknya!

.

.

.

Butuh medis,

.

.

Atau…

.

.

.

.

Butuh Sai?

.

.

.

DAM!N YA SAI! KAPAN KAU AKAN KEMBALI?


.

.

.

.

PERINGATAN :

RATED M

(Harap dipikirkan baik-baik sebelum membaca. Segala risiko bukan tanggungan penulis.)

AU, OOC, Mengarah –dan sengaja mengarah- ke Boys Love, Miss/Typo, alur apaadanya, dll.

Sasu x Sai

Dipersembahkan untuk memperbanyak cerita SasuSai /aaaaakkkhh demi apapun saya cinta mereka/

.

Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

STR8!

a Naruto Fanfiction by Vi'keesha Keilantra

.

.

.

.


19 : 05

Uchiha Sasuke : Sai…

19 : 09

Uchiha Sasuke : Sai?

19 : 15

Uchiha Sasuke : Oi

Uchiha Sasuke : Shimura Sai…

Uchiha Sasuke : Kapan kau kembali ke konoha? /delete/ Aku merindu-/delete/

.

"Dasar sialan."

"Kenapa ceklis semua?!"

"Mayat brengsek. Ada apa dengan ponselmu?"

"Jika begini bagaimana kau bisa membaca pesanku?"

"GAHHHHHHH…"

DEG!

Jantung Itachi seakan berhenti berdetak. Sasuke berulah lagi.

"S-Sa-Sasu?"

"Sssttt… jangan berisik, aku sedang berpikir."

-dan Itachi speechless. Yang berisik dari tadi itu kan Sasuke!

.

.

.

.

Ini malam minggu. Sebuah momen singkat yang selalu hadir sekali dalam seminggu, namun entah kenapa selalu dibahas oleh para muda-mudi dengan semangat menggebu. Oke, semangat menggebu bukan pilihan kata yang tepat, karena ada juga yang membahasnya dengan menggerutu.

Para jomblowan dan jomblowati misalnya.

Tapi tunggu dulu, tidak semua ras jomblo yang menggerutu, karena ada banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan bersama teman atau keluarga untuk menghabiskan malam minggu.

Seharusnya begitu.

Ya, seharusnya memang begitu. Seharusnya malam minggu Sasuke tidak semembosankan ini.

Karena biasanya dia akan menghabiskan malam minggunya bersama teman-temannya yang lain.

Itu biasanya.

Sekarang?

Huh!

Memangnya apa sih yang bisa Sasuke lakukan untuk membunuh rasa bosannya bersama Itachi yang asik dengan video games juga geng akatsukinya? Dan apapula untungnya menonton Naruto yang lagi pendekatan sama cewek kompleks sebelah?

Nggak ada men! Nggak ada!

"Hahh…" Sasuke menghela napas, lagi.

Sasuke melirik ponselnya, dia benar-benar sudah di luar karakter. Memangnya wajar jika seorang Sasuke mengirim pesan berkali-kali? Dan, kepada seorang cowok pula?

Syit. Sasuke tak boleh begini. Secepat kilat Sasuke memutar otak agar semua terlihat sewajarnya.

Tapi Sasuke lupa…

.

19 : 20

Uchiha Sasuke : Lupakan. Yang kurang kerjaan tadi adalah Itachi.

.

… Segala sesuatu yang berhubungan dengan Sai selalu membuatnya tak wajar.


.

STR8!

a Naruto Fanfiction by Vi'keesha Keilantra

.


Sasuke membaringkan tubuhnya senyaman mungkin di tempat tidurnya.

Tapi percuma.

Kenyamanannya hanya ada saat ada Sai.

Tayiii kucing,

Kenapa nama Sai lagi yang tersebut?

Hufth…

Sasuke butuh pikiran jernih.

Tarik napas ….

'Hhhhhh..'

Keluarkan ….

'Haaaahh..'

.

.

.

OKE!

Sasuke siap menganalisa apa yang terjadi padanya beberapa hari belakangan.

Sebelumnya, Sasuke maupun Sai hanyalah teman biasa. Iya. Hanya teman. Bukan pacar apalagi mantan. Dibanding Naruto yang memang akrab dengan semua orang –termasuk Sai ; Sasuke jelas kalah.

Lagipula…

Sai itu hanya anak yang baru pindah ke sekolah mereka enam bulan yang lalu. Yang suka berbicara seenaknya tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Dan, buat apa pula Sasuke harus repot-repot mengakrabkan diri dengan makhluk pembawa masalah seperti itu?

Tapi nyatanya, Sasuke justru jadi akrab dengan Sai –walau tidak seakrab dan sedekat Sai dengan Naruto, dan entah kenapa kenyataan satu ini sekarang membuat Sasuke agak gerah.

Kenapa Sasuke bisa akrab dengan Sai?

Begini,

Waktu itu Sasuke sedang marahan dengan Itachi, ughh, ini memalukan, tapi percayalah wahai manusia, hubungan kakak-adik memang sesuatu yang kadang sangat memalukan. Oh sampai mana tadi? Oke, marahan. Dan karena tak ingin berlama-lama melihat wajah Itachi di rumah, Sasuke berniat pergi mengunjungi rumah Naruto.

Tapi sialnya,

Sasuke justru bertemu dengan segerombolan senior sekolah mereka yang sedang mengeroyok seseorang yang sudah bisa ditebak adalah… Sai.

Masalah sepele sebenarnya. Sai hanya mengatakan bahwa pacar-kakak-senior-yang-menjadi-ketua-itu sama sekali tak cantik, berotak kosong dan hanya bisa membicarakan kejelekan orang.

Sepele?

Sepele darimananya!

Cewek itu kalau sudah sakit hati bisa jadi bencana!

Oke, lupakan soal cewek tadi.

Sasuke benar-benar terkejut melihat pemandangan di depannya, dan dengan agak terpaksa –hanya karena dia mengenal Sai, Sasuke akhirnya membantu Sai.

Tapi bung!

Ini bahkan tidak bisa dibilang membantu! Sai tidak bisa melakukan apapun! Skill berantem Sai nggak ada sama sekali! Kelebihan Sai itu cuma di mulut tanpa filternya! Dan terima kasih kepada keadaan yang membiarkan Sasuke berakhir dengan lebam biru keunguan lambang kemenangan.

Dan mulai dari sana…

Sai mulai sering mengekori dan mengganggu Sasuke. Juga seenaknya menjadikan Sasuke menjadi guru beladirinya.


.

.

.

.

.

.

"Sasuke, aku harus pakai baju hitam atau putih?" Sai mulai mengganggu Sasuke melalui telepon sejam sebelum keberangkatan kelas mereka dalam kegiatan amal.

"Pink," Sasuke menjawab asal, sudah terlampau kesal karena sedari tadi sudah direpotkan oleh tugasnya sebagai ketua kelas, dan sekarang Sai justru menanyakan hal tidak penting, siapa yang tidak kesal coba?

"Aku serius Sasu,"

TUTTT TUTTT

-Panggilan diputuskan oleh Sasuke.

Dan tanpa disangka, Sai benar-benar datang dengan kemeja pink, saat semua teman sekelasnya memakai perpaduan putih-hitam.

.

.

"Sasuke, menurutmu aku tampan tidak?"

"WHAT THE-" -tapi Sasuke mendapat tatapan serius Sai yang penasaran, "Gah! Aku tidak tahu Sai!"

.

.

"Sasuke,"

"Apa?"

"Apa yang harus dilakukan jika teknik kuncian yang kita lakukan terlepas?"

"Kalau begitu jangan sampai lepas."

"Tapi jika ternyata musuh menciumku sebagai pengalih perhatian, bagaimana?"

Sasuke membeku, tiba-tiba terbayang sebuah kilasan gambar absurd di benaknya.

"Lupakan Sai. Itu tidak akan terjadi."

"Tapi aku baca di buku, hal mendadak bisa sangat berbahaya –termasuk ciuman."

"Diam. Lupakan soal ciuman."

"Kenapa?"

'Karena aku jadi memperhatikan bibirmu bodoh!' –Sasuke menghela napas, "Diam. Atau jangan pernah datang untuk latihan lagi."

Dan Sai menurut. Entah sejak kapan ekspresi dingin Sasuke cukup mempengaruhinya.

Iya, Sai yang tak pernah cukup peduli untuk tiap perkataan orang.

.

.

"Sasu…"

"Hn?"

"…"

"…"

"…"

"Ada ap-a, Sai?"

-dan ternyata Sai tertidur di atas tempat tidur Sasuke. Terkutuklah Itachi yang ikut-ikutan mengajari Sai beladiri sampai Sai kelelahan. Dan terkutuklah Sai yang mempunyai wajah tidur yang sangat damai –karena sekarang Sasuke seakan tak bisa menemukan objek menarik lain di kamarnya, bahkan Sasuke sampai melupakan majalah tentang idol kesukaannya.

.

.

"Sasuke?"

"Hn?" Sasuke menoleh pada Sai yang saat ini sedang memainkan ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur Sasuke. Tch, benar-benar sudah merasa seperti di rumah sendiri.

"Kau lebih suka Ino atau Karin?" Sasuke mengerutkan dahinya, ada apa ini? Pertanyaan jebakan kah? Seperti Naruto yang dulu dengan sengaja membuatnya menyanyikan lagu alay kemudian merekamnya dan menjualnya pada para fansnya?

"Aku lebih suka kau."

-Ponsel Sai jatuh menimpa wajah Sai.

Sasuke tertawa. Tanpa tahu sebesar apa efek yang menantinya.


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Oh bagus! Sasuke sekarang ingat. Pertanyaan Sai tentang Ino dan Karin adalah pembahasan terakhir mereka –sebelum Sai menghilang tiba-tiba. Dan itu terjadi hari minggu, sementara sekarang sudah sabtu.

Oke, menghilang tiba-tiba mungkin bukan ungkapan yang tepat, karena Sai yang tak masuk sekolah tiba-tiba itu adalah hal biasa.

Di hari pertama –senin, Sasuke biasa saja.

Di hari kedua –selasa, Sasuke masih biasa saja.

Di hari ketiga –rabu, Sasuke mulai resah. Iya, serius. Sai yang tidak masuk sekolah tiba-tiba itu memang wajar, tapi biasanya kan Sai menghubungi Sasuke jika tidak masuk lebih dari tiga hari! Tapi Sasuke tetap -berusaha- untuk tidak memikirkan ketidakhadiran Sai.

Di hari keempat –kamis, Sasuke tak tahan lagi, memilih opsi teraman walau mencurigakan, jam setengah dua belas malam Sasuke akhirnya bertanya pada Naruto.

"Loh? Kau tidak tahu Sasuke? Sai sedang berada di Suna Hospital."

DEG!

Mampus!

Jantung Sasuke serasa tak di tempat.

"Oi! Sasuke! Teme! Oi- Halo?!"

Berusaha membuang imej-tidak-peduli dengan menghubungi nomor ponsel dan telepon rumah Sai, Sasuke akhirnya… tak bisa tidur sampai pukul setengah empat pagi.

Di hari kelima –jumat, Sebuah tinjuan dihadiahkan Sasuke pada Naruto.

"OI ! APA-APAAN KAU TEME?!"

"Tch, Dobe sialan."

"Hoi! APA MAKSUDMU HA?" Naruto menarik kerah seragam Sasuke, sementara Sasuke menatapnya kesal, dan melepaskan kerah bajunya yang dicengkram Naruto. "Kau bilang Sai masuk rumah sakit, sialan."

Naruto membatu.

Kemudian tertawa keras.

Dan semua orang yang sedang berada di koridor sekolah menatap Sasuke dengan prihatin.

"Ya ampun Sasuke… Ahahaha, kau -?! Hahaha"

"Diam."

"Makanya jangan menutup telepon seenaknya! Pffftt, haha. Siapa suruh membangunkan orang tengah malam dan seenaknya menutup telepon tanpa mengatakan apapun? Hahaha"

"Tch.."

Dan alasan mengapa Sasuke menghadiahkan tinjuan pada Naruto adalah…

Karena Sasuke merasa dikhianati!

Dia sudah –uhuk-khawatir-uhuk- sampai mengorbankan jam tidurnya, dan ternyata Sai baik-baik saja! Sai ternyata ditunjuk menjadi perwakilan dari jurusan IPA sekolahnya untuk ikut berpartisipasi dalam rangka merayakan ulang tahun Suna Hospital di kota tetangga, dan sialnya (bagi Sasuke) Sai diwajibkan untuk menjalani semacam pelatihan dan diharuskan untuk tinggal di lingkungan Rumah Sakit sampai waktu yang Sasuke sendiri tidak tahu sampai kapan. Lebih buruk dari itu, Sasuke tahu semua hal tadi tadi pelayan di kediaman Shimura yang mengangkat telepon jam tiga pagi, karena Sai sama sekali tak bisa dihubungi! Hah!

Dan,

Di hari keenam –sabtu, malam minggu, alias sekarang, Sasuke hanya bisa menunjukkan sisi gilanya yang tiba-tiba keluar.


.

.

.

.

Sasuke tak mengerti.

Sasuke benar-benar amat sangat tidak mengerti sama sekali!

Kenapa tidak bertemu Sai hampir seminggu seperti ini bisa mengacaukan Sasuke?

Tidak bertemu Naruto tiga minggu, Sasuke biasa-biasa saja.

Berpisah dengan Itachi dua bulan tiga hari, Sasuke biasa-biasa saja.

Tapi Sai?

Jika ini dijadikan peribahasa oleh Sasuke, maka dia akan memilih kalimat : Ibarat tanpa tomat seabad.

Maksudnya?

Benar-benar berat bung!

Hah…

Sasuke mulai lelah, dan tidur sepertinya memang pilihan terbaik yang tersisa.

Tapi, beberapa menit setelah mencoba tidur, sebuah pikiran absurd melintas di benak Sasuke.

Sasuke masih normal kan?

-What?

Iya, pasti. Sasuke masih normal kok. Sasuke masih suka melihat koleksi-koleksi foto terbaru para gadis yang menjadi idola Sasuke. Sasuke juga suka menghabiskan waktunya dengan membaca majalah uhukdewasauhuk milik Itachi, dan Sasuke benar-benar menyukai seorang model di sana. Iya. Benar. Sasuke lurus. Nggak belok sama sekali. Sasuke hanya memikirkan dan mengkhawatirkan Sai sebagai seorang teman. Tak lebih dan tak mungkin kurang.

Tapi…

Kenapa saat memikirkan Sai saat ini rasanya Sasuke jadi uring-uringan?

Kenapa saat mengingat tingkah polos Sai saat membuatnya kesal Sasuke jadi senyum-senyum tak jelas begini?

No-no-no.

Ini salah.

Sasuke tidak seharusnya begini.

Tapi-tapi… Sasuke kangen.

AAAARRRGH!

-dan diam-diam Sasuke teringat kalimat yang diucapkannya minggu lalu,

"Aku lebih suka kau."

Syit!

Jangan-jangan Sai sengaja menghilangkan akses Sasuke untuk menghubunginya karena kalimat itu? Aduh! Kenapa Sasuke jadi deg-deg'an-cemas tak jelas begini?

"Aku lebih suka kau."

"Aku lebih suka kau."

"Aku lebih suka kau."

"Aku. suka. kau."

Aww men…

Sasuke tak menyangka mengatakan hal macam itu pada Sai.

Sai! Cowok! Cowok-sialan-yang-sekarang-membuat-Sasuke-senyum-galau-tak-jelas-hanya-karena-memikirkannya! SAI!

Astaga.

Jangan.

Jangan sampai Sasuke jatuh hati pada Sai.

Sasuke normal.

Sasuke lurus.

Sasuke STRAIGHT!

ARRRRGH!

Tidak-tidak! Lupakan soal Sai. Tidur Sasuke. Pejamkan Matamu! Tidur!

Ya. Tidur memang pilihan terbaik.


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tidur Sasuke terusik.

Sasuke menggerutu sambil menutup mata. Udara dingin menyusup ke dalam kamarnya, di luar memang sedang hujan, tapi bukan suara tetesan air hujan yang mengusik Sasuke.

Mata Sasuke terbuka tiba-tiba. Sasuke menajamkan pendengarannya. Suara hujan memang terdengar samar-samar, tapi kamar Sasuke cukup nyaman dan suara hujan lebat tidak mungkin bisa mengusiknya. Tapi, jika yang di dengar Sasuke dengan jelas sedari tadi bukanlah tetesan air hujan, lalu apa?

Tubuh Sasuke mendadak siaga.

Tak salah lagi, suara air itu berasal dari kamar mandi dalam ruang tidur Sasuke.

Tapi siapa?

Itachi?

Itachi tak mungkin selama itu jika hanya menumpang buang air di kamar mandi Sasuke.

Lalu… siapa? Sasuke mulai menerka-nerka.

CKLEKK

Sasuke semakin waspada mendengar suara kunci kamar mandi yang dibuka dari dalam. Pintu terbuka dengan perlahan. Dan dari dalam sana muncul sosok… Sai?!

APA YANG-

"Oh hai Sasuke." Sai menyapa Sasuke. Sementara Sasuke meneguk ludah dengan susah payah.

"Aku tadi kehujanan. Saat aku mampir kau sudah tidur, aku pinjam kamar mandimu ya." Sai meminta izin Sasuke –yang sebenarnya tak perlu, karena Sai sudah selesai mandi.

"O-oke" Sasuke menjawab walau agak blank.

Syit!

Siapa yang tidak blank saat Sai sedang tersenyum begitu, sementara rambut dan wajahnya basah oleh tetesan air? Dan Sai topless pula! Hanya mengenakan handuk Sasuke dari pinggang sampai bawah lutut. Oh ya ampun. Ini cobaan atau godaan?

Oh tidak-tidak!

Sasuke menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikirannya yang mulai kacau. Beruntung Sai tidak melihat Sasuke karena saat ini Sai sedang sibuk membongkar lemari Sasuke.

"Hei! Apa yang-"

"Aku pinjam bajumu." Sai menjawab sambil memakai sebuah kaos milik Sasuke. Sasuke diam. Berusaha tidak memperhatikan tubuh Sai yang entah kenapa tampak sangat kecil saat memakai kaos milik Sasuke. Oh ya ampun. Pantas saja, bahkan kaos itu kebesaran saat dipakai oleh Sasuke.

Sai masih sibuk membongkar lemari Sasuke, sampai kemudian menarik keluar sebuah celana dalam milik Sasuke.

What the-

Astaga.

"Apa kau berniat memakai celana dalamku juga?"

Sai menoleh sedikit, kemudian kembali menghadap lemari, "Tentu saja. Kau tak lihat kalau ranselku juga basah?"

Sasuke memperhatikan sekelilingnya, kemudian dalam hati memaki ransel hitam besar milik Sai yang basah dan membuat air tergenang di sekelilingnya.

Sai membungkuk, masih dengan handuk di pinggangnya Sai memakai celana dalam milik Sasuke.

Sasuke menahan napas. Dan Sasuke semakin lupa cara bernapas saat Sai melepas handuk yang tadi dipakainya. Tanpa curiga sedikitpun pada Sasuke, Sai kembali berjalan ke dalam kamar mandi untuk menyimpan handuk milik Sasuke.

Tiba-tiba bayangan saat Sai tidak memakai atasan tadi memenuhi benak Sasuke, dan tanpa diminta sesuatu di bawah sana tiba-tiba terasa sesak.

Sai kembali keluar dari kamar mandi. Kali ini Sasuke bisa melihat dengan jelas kaki jenjang dan mulus milik Sai. Lagi-lagi Sasuke kesulitan mengatur napas. Sialan! Double Sialan! Bahkan kaki idol idaman Sasuke tidak semenggoda ini.

"Kau mau apa?" Tanpa disadari Sasuke bertanya dengan nada penuh waspada saat melihat Sai berjalan ke arahnya.

"Tentu saja mau tidur." Sai menjawab dengan amat sangat jelas.

"Disini? Tanpa menggunakan celana?" Sip. Sasuke terdengar mesum, tapi peduli apa soal pilihan kata, dia hanya mengatakan apa yang ada dipikirannya. Sementara Sai… mengerutkan dahinya saat Sasuke seakan menghalangi dirinya untuk naik ke ranjang.

"Di rumahku, aku bahkan hanya tidur dengan boxer tanpa atasan juga dalaman."

Sasuke membulatkan mata mendengarkan penjelasan Sai.

"Tapi biasanya dan seharusnya kau tidur dengan pakaian lengkap saat menginap disini!" Sasuke mulai cerewet, sementara Sai yang biasanya tidak membantah Sasuke justru terlihat mulai emosi.

"Itu terpaksa, " Ucap Sai agak ketus, "Aku lelah Sasuke. Aku baru pulang. Kehujanan. Dan aku sangat ingin tidur dengan nyaman malam ini. Geser!"

Tapi Sasuke justru semakin menghalangi Sai. Oh ya ampun. Jangan sampai Sai tahu bahwa Sasuke sedang mati-matian mengendalikan diri agar tetap normal, dan untuk itu, dia tidak boleh seranjang dengan Sai sampai pikiran gilanya musnah.

"Baik! Aku tidak akan tidur di tempat tidurmu," Sai akhirnya mengucapkan kalimat yang sedaritadi ditunggu Sasuke, Sasuke menghela napas lega.

"Aku akan tidur di kamar Itachi."

WHAT?!

DEMI APA SAI MAU TIDUR DI KAMAR ITACHI DENGAN PENAMPILAN BEGITU?!

"Apa?!" Sai kembali berkata ketus saat Sasuke tanpa sadar menahan tangan Sai. Sasuke panik. Dia bahkan terlalu bingung atas gerak refleks yang baru saja dilakukannya. Sai menghentakkan tanggannya. Oh ya ampun! Sai benar-benar lelah. Dan tanpa mempedulikan Sasuke, Sai berbalik dan melangkah menuju pintu.

T-Tunggu!

NO!

SASUKE NGGAK RELA!

"Sasu- duh!" Sai meringgis saat tubuh bagian belakangnya menabrak Sasuke. Salahkan Sasuke yang menariknya secara tiba-tiba hingga mereka berakhir dengan jatuh terduduk di atas tempat tidur Sasuke. Sai menatap Sasuke tajam, dan mencoba untuk bangkit.

Tapi sialnya, Sai mengambil keputusan yang salah.

"UGH!"

Tangan yang harusnya digunakan Sai untuk bertumpu dan membantunya berdiri justru mendarat di tempat yang salah. Benar-benar salah.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Vi'keesha's Box/?:

Lanjut?

Apa hapus?

Haha

Ups…

By the way, welcome to November,

Dan semoga kita bisa bertemu di ulang tahun Sai nanti!

Salam Fanfiction!

Unleash Your Imagination

Tertanda

Vi'keesha Keilantra

Pekanbaru, 01 November 2016