Selama bel masuk yang berbunyi pukul 09.30, orang yang duduk di seberang mejamu itu selalu menopang dagu, atau kadang hanya iseng mencoret-coret belakang buku, yang lebih sering sih, tertidur dijam pelajaran.
Kalau sensei tiba-tiba menegurnya, ia langsung memasang wajah tegang seperti posisi siap dalam upacara. Kamu sering menahan tawa karena ekspresinya itu. Beruntungnya, ia jarang ketahuan kalau ketiduran. Rambut hitamnya yang jatuh menutupi mata kalau ia meletakan kepalanya begitu saja dimeja, dan tidur menghadapmu yang setengah mati menahan semburat merah yang kamu dapatkan dari menatap sekilas wajah tidur si penyuka susu dan yogurt itu.
Si Kageyama Tobio.
.
.
.
Disclaimer : Haikyuu!! Not mine, but Kageyama tobio is mine/ woi bukan/
.
.
Warning: Sorry for writing that doesn't match your expectations.
.
.
Your Side Face
Mochin 2018
.
.
.
.
Satu
_
Anak yang sering kamu perhatikan itu adalah salah satu anggota ekstrakulikuler voli, dan karena kamu dan dia sama-sama berasal dari SMP Kitagawa Daichii―SMP yang terkenal dengan tim bola volinya yang kuat―kamu tahu betul kalau dia memang anak voli dari jaman SMP, malah menurut rumor si Kageyama kageyama ini memang bermain voli sejak kelas 2 SD. Kamu memang tidak tahu tentang voli, tapi kamu tahu ia adalah pemain hebat.
Bel istirahat berbunyi, waktu berlalu cepat ya kalau melamun.
Tuh'kan, benar!
Seperti orang aneh, ia akan bangun ketika bel berbunyi, sementara ketika sedang pelajaran dia memasang tampang mengantuk, yang setelahnya tertidur.
"Ng...Kageyama," kamu memanggilnya.
Dengan wajah polos, ia melihat kearahmu, "Ya?"
Kamu melirik kesamping sebentar, membuang muka dari tatapannya dan mempersiapkan diri lagi untuk memandang tepat pada mata safirnya, "Sudah mengerjakan PR sastra modern?"
Dengan wajah-polos-datarnya ia membulatkan mata lalu mengerjap-ngerjap, badan tinggi besar dan muka seramnya itu seharusnya tak cocok dengan keimutan macam ini, "Memang ada PR?"
"Ada! Dikumpulkan setelah jam istirahat ini." Kamu menunjuk buku latihan di mejamu.
"Boleh kulihat punyamu.." dia terhenti sejenak, "..lagi?"
Kamu tersenyum kecil, "Tentu saja." Lalu mengulurkan buku itu padanya.
Ia menerimanya, dan membuka lembar perlembar, "Wah, tidak sebanyak biasanya!"
Si Kageyama itu lalu dengan gesit mencatat, sementara kelas mulai sepi karena sebagian besar murid pergi ke kantin atau toilet atau atap sekolah, yang mana pun terserah. Karena sekarang kamu bebas menikmati wajah samping Kageyama yang menulis dengan kebut-kebutan. Seperti memilikinya dalam beberapa waktu. Di saat-saat tertentu.
Saat-saat ia menyalin tugasmu.
"Ano..," Kageyama mengeluarkan suara, meskipun perhatiannya tak teralihkan dari buku tugas dan pulpenya, "Untuk tiga hari kedepan aku akan dispensasi jadi tidak masuk kelas."
"Eh, kenapa?" Kamu langsung menatap wajah sampingnya dengan intens―pandangan penuh rasa ingin tau. Oh ayolah, tiga hari tanpa wajah samping Kageyama apa jadinya?
Dia bengong sebentar, "Tim voli akan ikut inter-high."
Kamu diam-diam merasa senang ia 'minta izin' seperti itu padamu, rasanya seperti seorang pacar yang memberi tau kalau ikut turnamen dan minta disemangati. Semacam itulah.
Hei kok sudah pede sekali sih?
"Inter-high ya." Kamu menggulum senyum tertahan, "Voli sekolah kita kuat, kan?"
"Kurasa begitu." Ia mengangguk, play mengembalikan bukumu yang secepat kilat ia salin, "Mohon bantuan PR-nya lagi ya, selama aku tidak masuk."
Eh?
Kamu mematung. Diam. Ternyata yang tadi itu izin untuk menyalin PR lagi?
"Kurasa aku akan membeli minuman dulu." Ia melangkahkan kaki keluar mejanya, pasti ke mesin penjual minuman dan setelah itu kebingungan memilih susu atau yogurt, pola Kageyama sekali.
Kamu tidak bisa berpikir, bingung, tapi juga sekaligus yakin. Perasaan semacam itu bercampur menjadi satu kesatuan yang mustahil dibedakan. Dan dibalik pintu kelas Kageyama sudah menghilang, dan didalammu ada perasaan untuk menghentikannya dan mengatakan beberapa kalimat. Kalimat yang kamu tahan empat tahun lamanya.
Apakah sudah saatnya kamu bilang?
Kamu bosan berpikir, kamu benci dirimu yang selalu seperti ini, terlalu lamban dan tidak bisa bergerak cepat hingga selalu kehilangan pada akhirnya. Selalu (memaksa) merasa puas dengan hanya menjadi orang yang duduk di sebrang meja pemuda itu. Kamu bosan membuang-buang waktu. Maka dengan sekali langkah, kamu sudah melesat menuju pintu kelas―berlari.
Berlari mengejar sisa-sisa Kageyama yang samar terlihat diujung lorong.
"Kageeyamaaaaaa!"
Kamu mengejarnya sampai sini, memanggilnya dengan teriakanmu sendiri.
Ia menoleh, bingung, seperti si Kageyama yang tidak bisa membaca situasi (kecuali situasi di lapangan voli―tentunya), selalu si Kageyama yang seperti itu.
"Eh? Ada apa?" Ia bertanya. Sungguh bodoh kuadrat. Ya kalau dia pintar tentu tidak akan menyalin PR-PRmu, kan?
Kamu mengepalkan tangan, 'ayolah kata-kata, keluarlah.'
"Aku.." kamu berusaha, sangat berusaha.
Kageyama menunggu.
"Aku ss―" tidak bisa keluar, kamu ingin sekali bilang tapi kata-katanya terhenti di tenggorokan, menyebalkan sekali.
"Aku su―" Kamu menunduk lantas memejamkan matamu erat-erat, kuku jarimu mungkin saja asudah melukai tanganmu karena kepalanmu yang terlalu erat. Dan ayolah, kamu sudah seperti orang gagap yang tidak bisa bicara kan?
Kamu menghela napas, merilekskan bahumu yang tegang, perlahan kepalan tanganmu melonggar, kau membuka mata pelan-pelan, lalu mendongak untuk menemukan wajah Kageyama yang menunggumu.
Wajah polos terkeren yang pernah kamu lihat. Ya, untuk ekspresi di wajah itu. Wajah memabukkan itu memaksamu sekali lagi menarik napas supaya lebih tenang. Kamu harus bisa menguasai dirimu sendiri!
"Aku harap kau berhasil di turnamen inter-high. Berjuanglah!"
Salah, bukan itu kalimatnya.
"Ooh, aku pasti akan berjuang." Jawabnya, seperti yang sudah-sudah.
Kamu terseyum pahit, "Karena aku anggota dewan siswa, aku juga akan berusaha menonton pertandinganmu."
"Benarkah?" Ia tak sungguh-sungguh terkejutnya, kamu tau, "Baiklah, mohon bantuannya, ya."
Dan pemuda voli itu melanjutkan jalannya menuju mesin minuman yang tinggal beberapa belokan lagi. Meninggalkanmu yang masih terpaku ditempat. Karena biasanya menatap wajah samping Kageyama, ketika menyaksikan punggung nya yang menjauh, itu terasa berat juga buatmu.
Kamu tak punya alasan lagi untuk mengejarnya.
Lagipula kalimatnya salah, kalimat yang keluar terganti begitu saja di detik-detik akhir 'pertandingan'. Keberanianmu menguap hanya karena tatapan intimidatif-semu (yang sebenarnya hanya tatapan polos seperti biasa, sih) dari si raja.
'Aku suka Kageyama.'
Itu yang seharusnya terucap, kan?
Ya, kamu memang menyukainya. Sangat menyukai wajah sampingnya. Tidak, kamu menyukai semua yang ada pada si Kageyama itu dengan sangat.
"Bodoh," kamu meraih wajah dengan kedua tanganmu, menutupi nya. Tidak berniat menangis juga sebenarnya.
"Selesai turnamen inter-high, aku harus mengatakannya. Ya."
Kali ini harus.
Dan itu sudah menjadi janji pada dirimu sendiri, entah sudah yang keberapa kali diingkari.
.
.
.
.
.
Note :
AKHIRNYA! HAHAHAHAH draft cover sudah dibuat dari Agustus lalu, cuman baru bisa di eksekusi hari ini. Maaf ya kalau jelek :3 eh, iya mau minta pendapat dong kira-kira karakter OC yang suka sama si Kageyama ini namanya siapa ya? Bisa minta bantuannya untuk mikirin juga? Hehe. Mochin tunggu di kolom komentar ya. Hehe.Akhirkata, terimakasih sudah menyempatkan diri membaca, bisa minta tolong like dan komentarnya? Itu sumber semangatku, lho (selain Kageyama) hehe.Ketemu lagi, ya nanti kita!
