Tittle : Flying Without Wings
Author : Rika
Fandom : Harry Potter
Pair : Draco x Harry
Warn : Sedikit OOC, atau banyak? XD *plaak* Typo, Alur kecepeten?
…Siapa yang bisa menyangkal kebahagiaan…
…jika kau telah menemukan kebahagiaan itu…
"Ennervate!" Mantra itu di ucap kan oleh seorang gadis berambut ikal kecoklatan untuk membangunkan temannya yang sedang tak sadarkan diri itu.
Perlahan, kelopak matanya terbuka dan tubuhnya mulai bereaksi. Semua mata memandangnya dengan tatapan lega.
"Malfoy! Syukurlah kau sadar...!" Sapa gadis berambut ikal itu sambil memasang senyum lebar. Lelaki yang baru sadar itu melihat sekitarnya dengan bingung.
"Ada apa ini?" Tanya seorang lelaki yang bernama Draco Malfoy itu.
"Entahlah, kami menemukanmu yang tak sadarkan diri di tepi danau... Untung kau tak apa-apa Draco." Kali ini Nott yang angkat bicara.
Danau? Hei, kenapa Draco tak mengingat kalau dia bisa berada disana dan kenapa ia bisa pingsan... Entahlah, ia tak bisa mengingatnya. Draco mencoba untuk berdiri.
"K-kau tak apa-apa! Istirahat dulu saja, Draco!" Draco menatap ke sumber suara yang berasal dari seorang perempuan berambut hitam... Muris dari Slytherin juga, Pansy.
"Aku tak apa-apa, terima kasih untuk semuanya." Dan Draco pun berlalu dari hadapan semua orang yang ada di St. Mungo.
"Kurasa kita membutuhkanmu, 'Mione.." Hermione menghela nafas dan menatap Ron sebentar. Lalu tak lama ia pun mengangguk.
"Baiklah." Hermione pun berlalu dari hadapan kerumunan orang itu dan mencoba menyusul Draco.
"Disini kau rupanya..." Draco menoleh kebelakangnya dan mendapatkan sosok Hermione yang ada di belakang pohon.
"Ada apa kau kesini?" Tanya Draco dengan nada dingin ke Hermione. Ia mendengar keluhan nafas perempuan berambut ikal itu yang kini duduk disampingnya.
"Jangan dingin seperti itu, bukan kah kita sudah berdamai setelah perang besar?" Tanya Hermione. Dan Draco pun akhirnya meminta maaf karena tingkahnya. Lagi pula, Hermione lah yang telah menyadarkan Draco dari pingsannya. Ia sama sekali tak mengira kalau orang-orang yang dulu menjadi lawan musuhnya itu ternyata mereka begitu mengkhawatirkannya. Ia bisa mengingat siapa saja yang berada disana tadi... Hermione, Ron, Pansy, Blaise, Theo, Neville, Luna, Ginny, dan Astoria. Tunggu... Sepertinya ada yang kurang bukan? Seseorang yang penting... Kenapa ia tak ada disana? Apa ia tak mengkhawatirkan keadaan sang Draco Malfoy?
"Granger..."
"Malfoy..."
Mereka berdua terdiam dan saling menatap, tak lama mereka pun tertawa kecil.
"Ladies first." Ucap Draco.
"Thanks...!" Balas Hermione.
"Hm... Aku hanya penasaran, kenapa kau sering ke Danau ini?" Tanya perempuan bermata coklat itu. Draco tersenyum sesaat dan menatap pemandangan indah yang ada di hadapannya.
"Karena disini aku bisa merasa tenang, apalagi..." Ia hampir kelepasan bicara kalau Ia sering melihat 'cinta rahasianya' disini.
"Apalagi...?" Tanya Hermione bingung.
"Lupakan.." Jawab Draco. Hermione menaikkan satu alisnya dan mencoba untuk berfikir, tapi ternyata ia tak bisa, kelihatannya.
"Lalu.. Kau mau ngomong apa tadi?" Draco kembali menatap Hermione.
"Tidak... Hm, aku hanya ingin bertanya. Kau tahu dimana Potter? Dari tadi aku tak melihatnya.." Kebiasaan seorang Malfoy. Mereka pintar memilih kata yang pas agar tak dicurigai. Padahal semua orang tahu, kalau Draco ingin bertanya kenapa Harry Potter tak ada di St. Mungo untuk menjenguknya.
Mata Hermione terbuka lebar. Begitu pun juga mulutnya. Ia menatap Draco dengan tatapan heran.
"Uhm.., Granger?" Draco yang risih dipandangi seperti itu akhirnya menegur Hermione. Perempuan berambut ikal itu pun berdeham pelan setelah akhirnya sadar dari lamunannya.
"Maaf, K-kau tak terbentur sesuatu kan? Otak mu tak apa-apa? Tak ada yang salah?" Tanya Hermione ke Draco.
"Maksudmu...?" Tanya Draco heran. Hermione menundukkan wajahnya dan menarik nafas.
"Harry Potter sudah tak ada, Malfoy." Ucap Hermione dengan nada yang berat.
Kalimat itu cukup membuat Draco mendadak tak bisa menggerakkan tubuhnya, seperti dimantrai 'Petriticus Totalus'.
"Maksud...mu..?" Tanya Draco yang sama sekali tak percaya.
"Sepertinya kepalamu memang terbentur sesuatu... Kau ingat, 7 bulan yang lalu? Disaat perang besar melawan Voldemort. Harry mengorbankan nyawanya untuk melindungi dunia sihir dan mengalahkan Voldemort. Apa kau sama sekali tak ingat, malfoy?" Hermione menatap Draco dengan cemas. Ia melihat kepedihan yang tergambar dari wajah Draco yang pucat. Untuk sesaat, Draco telah lupa bagaimana cara bernafas. Ia benar-benar tak percaya dengan penjelasan Hermione.
"Bohong... A-aku, kemarin aku baru saja melihat Potter disini! Di danau ini!" Sangkal Draco. Hermione menghela nafas.
"Coba kau tanya yang lain Malfoy, mungkin kau kehilangan beberapa memori." Jelas Hermione. Draco kembali menatap mata coklat milik Hermione.
"Kau... Serius?" Tanya Draco. Hermione mengangguk pelan. Dan Draco kembali menutup matanya kembali.
"Bukan kau saja yang sedih malfoy. Kita semua pun sedih atas kepergiannya.. Tapi kita tak boleh terpuruk hanya karena ini. Kita tak boleh menyia-nyiakan pengorbanan Harry." Tutur Hermione yang sambil menatap langit, merasakan udara segar menjelang malam.
"Aku sama sekali tidak..."
"Cukup Malfoy. Aku sudah tahu semuanya..." Dengan cepat, Hermione memutuskan kalimat Draco. Ia menarik nafas.
"Kau mencintainya, 'kan?" Tanya Hermione mantap. Draco terdiam..
Bagaimana Hermione bisa mengetahuinya?
Draco tak berani untuk menjawab. Sedangkan Hermione menepuk pundak milik Draco.
"Aku tahu dari gerak-gerik mu Malfoy. Aku tahu alasan kenapa kau mengusili kami, aku tahu betapa beratnya kau yang menjadi Death Eater dan harus berada di lawan pihak Harry, aku tahu kalau kau sering memperhatikan Harry di berbagai kesempatan. Aku tahu semua, karena perempuan memang ahli dalam hal seperti itu..." Draco tersenyum pahit. Ternyata gadis yang dulu ia panggil 'mudblood' ini tahu tentang perasaannya. Kadang Draco menyesal telah memperlakukan mereka dengan sangat tidak bersahabat.
"Harry itu lelaki yang baik, kau pantas mencintainya. Tapi kau bodoh, malfoy. Kau tak mau jujur dengan perasaanmu, dan sekarang hanya penyelasan yang kau lihat." Draco mengangguk. Hebat, seorang Malfoy mengakui kebodohannya.
Draco menyadari kebodohannya. Selama ini ia tak bisa bersikap jujur pada Harry. Ia selalu menyangkal perasaannya. Tapi kini, Harry sudah tak ada. Hanya tersisa sebuah nama dan Memori.
"Sepertinya kau butuh waktu sendirian ya malfoy? Sebaiknya Aku pamit ke Aula besar duluan ya." Pamit Hermione yang dibalas dengan anggukan Draco. Hermione melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkan Draco sendiri.
Draco menyenderkan badannya di sebuah pohon dan memejamkan matanya. Merasakan angin yang menerpa wajah pucatnya. Mengingat kembali kenangan yang ia miliki tentang Harry Potter, seseorang yang sangat ia cintai. Memori itu terus berjalan bagaikan film layar lebar. Dan akhirnya... Setetes, dua tetes... Butiran kristal itu mengalir dari kelopak matanya. Disusul dengan tetesan berikutnya..
"Harry..."
Gumam Draco sebelum ia terisak dalam tangisannya.
