/バスてい - Basutei/

Hujan.

Hijikata Toushiro mengeluh ketika tetesan-tetesan air menerpanya tanpa henti. Melindungi rokok yang baru saja disulutnya agar tidak padam dengan kedua tangan, dia berlari-lari kecil ke halte bus terdekat untuk berteduh. Ia menghela napas lega begitu sudah berada di bawah lindungan halte, seraya mengecek sebarapa basah seragam shinsengumi-nya.

'Sial,' gerutunya dalam hati ketika mendapati dirinya sudah nyaris basah kuyup karena hujan deras yang turun begitu tiba-tiba.

Hijikata memutuskan untuk duduk-duduk dulu sebentar sambil menunggu hujan reda, baru kemudian melanjutkan patrolinya yang tertunda. Namun ia segera membatu di tempat begitu mata tajamnya selesai memindai keadaan halte. Ia tadinya mengira tak ada orang lain kecuali dirinya di halte itu. Tapi perkiraannya jauh dari tepat.

Sakata Gintoki. Pria dengan rambut keriting-alami itu tengah duduk di satu-satunya kursi panjang halte, dengan kedua tangan terentang lebar di sandaran kursi, sementara satu kakinya disilangkan di kaki lainnya. Just like a boss. Matanya yang persis seperti ikan mati memandang tetes-tetes air hujan yang rasanya makin deras saja, sama sekali mengabaikan keberadaan Hijikata.

Kenapa dia harus selalu bertemu dengan Keriting Alami Sialan ini setiap saat dia ingin santai? Kenapa?

Hijikata menghembuskan asap rokoknya sekali, berusaha menahan diri untuk tidak menendang satu-satunya orang lain yang ada di halte itu selain dirinya, dan akhirnya memutuskan untuk mendudukkan diri di ujung kursi, di luar rentangan tangan Gintoki.

"Oi, Oogushi-kun."

Twitch. Urat di pelipis Hijikata menegang. "Siapa itu Oogushi -kun, heh?" balas Hijikata sebal.

"Tempatnya luas," lanjut Gintoki, mengabaikan balasan dari Hijikata, "kenapa kau duduk di pojok begitu?"

Twitch. Bertambah satu lagi urat di pelipis Hijikata yang menegang, "Aku sedang merokok."

"Aku tidak keberatan dengan asap rokok."

Twitch. Twitch. "Bajuku basah."

"Bajuku juga."

Twitch. Twitch. Twitch. Di tambah dengan kedua tangan Hijikata yang mengepal geram. "Aku alergi dengan natural-perm."

Hening.

'Ha! Kena kau!' batin Hijikata puas. Gintoki takkan bisa membalas kata-katanya yang itu. Namun belum sempat Hijikata merayakan kemenangannya dengan menghembuskan asap rokoknya ke udara, ia merasakan tarikan di kerah belakang bajunya, membuatnya kaget dan akhirnya malah menjatuhkan rokoknya, dan detik berikutnya, ia sudah berada dalam kungkungan lengan yang sejak lama ingin dipotongnya.

"Apa-apaan kau?" seru Hijikata, mencoba melepaskan diri dari lengan yang membelit lehernya itu, "Ini tempat umum tahu!"

Gintoki awalnya tidak merespon omelan Hijikata, tapi kemudia ia berkata datar, "Tempat umum itu kalau ada banyak orang di dalamnya. Kalau cuma dua orang, namanya bukan tempat umum."

Hijikata menoleh untuk memelototi Gintoki, namun pria berambut silver itu justru malah mengeliminasi jarak di antara mereka berdua, mengunci bibir Hijikata dengan bibirnya sendiri, membuat Hijikata tak bisa berkutik.

/end/

-omake-

Gintoki menjauhkan diri dari Hijikata yang sedang memandangnya dengan tatapan membunuh terbaiknya. Ia bangkit berdiri dan berjalan keluar dari halte, menembus hujan, seraya berkata, "Mayonaise ternyata tidak buruk."

Kata-kata kutukan dari Hijikata yang menyusul setelahnya tak bisa Gintoki dengar karena teredam suara hujan.

wwWww

Fanfic macam apa ini cuma 400 kata. Wkwkwkw. Idenya muncul spontan saja sore ini, dan setelah perbincangan singkat dengan Aqua Freeze, jadilah! Hahaha. Maaf kalau ababil dan OOC max. Anggap saja ini sekuel dari Omayougozaimasu *maksa* dan バスてい itu artinya 'halte bus' ehehehe. Masalah tanda tanya dan tanda seru yang nggak bisa diletakkan berdampingan itu masih belum selesai rupanya orz. Review akan mencerahkan hari saya :)

Disclaimer: Hideaki Sorachi

ALWAYS KEEP THE FAITH