A Little Too Much!

Kim Jongin – Oh Sehun! Still about my freakin fantasies! General!

Cuaca yang menyenangkan dan khayalan brighty Sunday hanya ilusi, nyatanya malah berubah jadi sebuah drama picisan musim panas…

"Aku peringatkan untuk kau tidak main – main!" Jongin bergerak mundur. Perlahan dengan langkah goyah, kaki bergetar ragu. Rasanya kelu untuk menopang tubuh. Si brengsek itu mulai mendekat.

Di luar sana sungguh adalah cuaca yang begitu baik untuk sekedar berjalan – jalan di taman kota. Tapi Jongin harus mendekam ketakutan didalam rumahnya akibat teror yang tiada henti. Sedari ia terbangun, sosok tinggi itu telah melompat diatas kasurnya, membawa – bawa sebilah pisau kecil yang berdarah. Oh tidak! Ia tak mau minggu paginya menjadi sebuah Bloody Sunday karena adanya kasus pembunuhan. Lagi!

"Kali ini kau tak akan bisa lari kemanapun, sayang!" Jongin menamai pemuda itu sebagai psikopat. Suara bariton rendah dan senyum miring yang dibuat – buat. Ia terus berjalan mendekat, mengacungkan pisau dapur yang ujungnya berkedip genit menyebalkan. Berkilauan dan sungguh tajam, sekali tebas darah segar akan mengucur deras.

"Jangan mendekat!" Jalan buntu! Sial! Jongin sudah di ujung ruangan. Punggungnya sudah berciuman dengan dinding beton sewarna pastel biru langit yang cerah. Wajahnya pucat pasi sewarna ikan teri yang mengering setelah beberapa jam menggelepar kehabisan nafas.

"Kau kehabisan waktu, sayang! Menyerahlah!" Pemuda itu semakin mendekat. Meski ujung pisau mengarah ke dadanya, namun, pemuda itu mengacung – acungkan gagang pisau pada Jongin. Memerintah agar Jongin mau menerimanya.

"Aku sudah bilang bahwa aku menyerah, Oh Sehun! Kau jangan gila!" Kedua tangannya dibelakang, mencari – cari pegangan pada dinding polos dibelakangnya. Pemuda itu keterlaluan pada obsesi. Jongin sudah menangis di ujung ruangan minggu lalu, dan pemuda itu menyerah. Tapi ia mengulanginya lagi minggu ini. Sungguh menyebalkan!

"Maksudku menyerah untuk menolakku, sayang!" Jongin menghembuskan nafas pelan dan sangat pelan. Sehun dengan langkah pasti menghampiri Jongin.

"Kumohon jangan mendekat!" Jongin sudah berteriak – teriak heboh sambil terus mendorong dinding dibelakangnya. Hal yang sia – sia.

"…Jadi? Kau mau memenuhi permintaanku?" Lelaki itu sejenis orang keji, tak berhati dan pemaksa. Ini menyangkut nyawanya. Bulu kuduk telah berdiri sempurna dan keringat dingin memandikan kulit kecoklatannya. Jongin sungguh menginginkan teleportasi dan lenyap dari tempat ini. Entah ke Suburbia atau Cornwall, bahkan ke Arizona sekalipun.

"Kau sudah gila, Oh Sehun!" Wajahnya sudah memerah menahan amarah, tapi pemuda Oh itu justru melebarkan tawa. Sinting! Air muka sengsara itu adalah kebahagiaan Sehun.

"Tak akan menyakitkan jika kau melakukannya dengan cepat! Tubuhnya menggelepar hanya karena keterkejutan sistem sirkulasi darahnya yang terputus." Tapi Jongin justru semakin deras meneteskan bulir air mata. Ia yang akan mati berdiri jika tak mengindahkan kalimat Sehun.

"Kumohon lepaskan aku, Sehun!" Menangkupkan kedua tangan didepan dada, Jongin bahkan mampu bersujud untuk membatalkan rencana keji Oh Sehun. Lelaki itu keterlaluan kejam untuk sebuah perencanaan pembunuhan.

Sandera sudah lemas tak berdaya diatas papan potong, dan rasa – rasanya Jongin juga merasakan ketidakberdayaannya. Lemas sudah kaki dan seluruh persendian. Sehun akan selalu mengejarnya dan pada akhirnya membunuh sang sandera. Jongin sungguh tak mampu menghadapi kenyataan, bahwa nantinya ia yang akan menjadi sang pembunuh. Perjanjian tak tertulis telah terucap dan dekrit tegas telah Sehun buat. Tak ada jalan lagi untuk Jongin menolak. Hari eksekusinya telah tiba dan tangannya akan kotor dengan darah segar sebentar lagi.

Minggu pagi yang ia tunggu – tunggu sebagai minggu menyenangkan, entah kenapa menjadi hari yang begitu mengerikan. Dalang dari semua ini adalah orang tua Sehun. Jongin menganggapnya sebagai yakuza berdarah dingin. Sukanya membunuh tanpa ampun bahkan mmenguliti sang korban setelah menggorok leher. Pakaiannya putih – putih dan bermain api. Sehun sebagai turunan mengkuti jejak langkah sang orang tua. Namanya sudah banyak dikenal dipenjuru negri dan hal itu mengerikan.

"Ayolah, sayang! Ini akan menjadi hal yang menyenangkan!" Dan Jongin terjebak karena rasa cinta, membutakan dan tak berakal. Isakannya tertahan sedang wajah telah berantakan basah.

Gemetar ragu Jongin menerima gagang pisau dari Sehun. Tangannya kaku dan seolah tenaga menguap entah kemana. Sekuat tenaga Jongin tak menjatuhkan pisaunya. Sehun tersenyum penuh kemenangan, dan wajahnya berubah menjadi sangat menyenangkan.

Ragu – ragu Jongin menghampiri tempat eksekusi. Sandera itu memelas, mulutnya membuka megap – megap meminta pengampunan. Jongin sungguh tak tega. Cahyanya sudah pucat pasi mengarahkan mata pisau pada kulit sang sandera. Perlahan Jongin menggoreskan luka, darah merembes mengalir setitik, kemudian memejam dan slash… Jongin memotong keseluruhan kepala.

Membuang jauh – jauh pisau hingga terlempar kedalam wastafel, Jongin menghambur kedalam pelukan Sehun yang Setia berada dibelakangnya. Detak jantungnya menggila dan dadanya naik turun tak karuan.

"Aku tak mau membunuh Gurame dan sejenisnya lagi! Itu tadi sangat menakutkan, Oh Sehun!" Tapi Sehun justru tertawa geli. Ia mengusap punggung sang istri dan mengecup pelan pucuk kepala Jongin.

"Bedebah dengan menantu yang pandai memasak! Seluruh keluargamu adalah seorang koki tersohor termasuk kau!" Jongin sudah menangis saja didepan dada suaminya. Ia tak akan pernah mau membunuh Gurame lagi, hal itu sungguh menakutkan dan membayanginya.

"Baiklah, bagaimana dengan sayur?" Sehun menangkup wajah Jongin dan melihatinya. Wajah istrinya benar – benar telah memerah dan mata bulatnya berair, Sehun jadi gemas. Mengecup pelan dahi Jongin sebelum Jongin mengangguk lemah, setidaknya memasak sayur tak akan menjadikannya pembunuh, bukan?

_fin_

HHHAAAAIIIIIIIIIII GAAAEESSSS XD

Sudah berapa windu saya menghilang? XD

Ada yang kangen?

ENGGGAAAAKKK!

Ya sudah :0

Hehehe, niatnya sih mau ngelanjutin ff berchapter yang sudah ada, tapi kok ya pada menjurus semua ya? XD

Beberapa hari ini, jujur aku lagi muales buanget buat nulis ataupun sekedar baca novel sampe ff ringan ~T_T~

Entah kenapa XD

Ehehehe, semoga temen – temen gak bosen ya sama ide cerita yang super abal kek gini tu XD

Love you allllll XD

Dan aku gak janji buat update cepet ff lainnya XD

Sleding aja ini orang satu mah :')

Hehehe, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan…

Anggap aja ff selingan buat nunggu buka puasa XD

(Best Regards… Caesarinn)